Mohon tunggu...
Eko Sutrisno Hp
Eko Sutrisno Hp Mohon Tunggu... lainnya -

Blogger Goweser Jogja, owner Mie Sehati (http://miesehati.com).|.\r\n Anggota komunitas TDA, |.\r\n Blog pribadi http://eeshape.com Blogger Goweser!Runner.|.\r\nhttp://eeshape.com/ |\r\n eko.eshape@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membahas Ruwetnya Malioboro bersama Sultan

3 Oktober 2010   08:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:45 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kalau ada semacam angkutan dari Tugu ke Kraton dan balik lagi ke Tugu, maka itu akan memecahkan banyak masalah", begitu lontaran kalimat dari Prof Budi WS yang duduk di sebelah kananku. "Yang repot pembebasan tanahnya pak", kataku mencoba menimpali "Sebenarnya ide membuat jalan di atas Sungai itu bagus, demikian juga ide Trem untuk kota Jogya", pak Sultan mencoba mengingatkan ide-ide lama tentang bagaimana mengurai kemacetan di Malioboro yang semakin lama semakin tidak terkendali. Pembicaraan selanjutnya makin seru dan aku akhirnya hanya jadi pendengar setia saja, karena yang dibahas sudah mulai tidak kupahami. Ada Dirut Adhi Karya yang fasih berbicara tentang masalah keuangan dan pemikiran ke depan, ada Profesor Budi WS yang penuh ide dan ada pak Sultan yang selalu bisa mengikuti kemana arah pembicaraan menuju. Aku hanya menangkap aroma kepedulian yang kuat di antara mereka bertiga terhadap masalah sosial yang ada di Jogyakarta dan terutama di jalur lalu lintas terpadat di Jogya, Malioboro. "Sekarang ini tidak sembarang pengamen yang bisa ngamen seenaknya sendiri di Malioboro. Bukan untuk membuat para pengamen resah atau terpinggirkan, tetapi aturan ini diperlukan untuk sebuah kota budaya yang sangat menghargai kedatangan tamu kota, baik tamu beda kota ataupun tamu beda negara" "Banyak masukan tentang tidak nyamannya malioboro, karena terlalu banyaknya pengamen yang berlalu lalang" "Hanya pengamen yang memang mempunyai jiwa seni dan ingin berbagi ceria bersama para tamu Jogya yang diijinkan untuk ngamen di Malioboro" Aku jadi ingat saat makan malam lesehan di Malioboro beberapa tahun silam. Saat satu pengamen pergi, maka pengamen lain sudah siap tarik suara di depanku. Beberapa di antara pengamen itu memang nyaman untuk dinikmati, baik suara penyanyinya maupun alunan musik dari pengiringnya, tapi aku harus akui bahwa beberapa pengamen yang kutemui sering fals suaranya dan demikian juga suara gitarnya benar-benar fals habis. Kelompok pengamen yang kuanggap bagus adalah kelompok pengamen yang nongkrong di depan toko Terang Bulan Malioboro. Kita bisa pinjam gitar mereka dan ikut main gitar bersama mereka. Semua lagu mereka kenal baik dan bisa mereka ciptakan suara dua atau suara tiga untuk mengiringi lagu kita (yang sebenarnya cukup fals juga). Pembicaraan asyik di acara Syawalan KAGAMA ini akhirnya harus dihentikan karena banyak peserta ingin berfoto bersama pak Sultan dan akhirnya acara malah berubah menjadi ajang narsis berjamaah. Sebenarnya ini adalah saat yang tepat untuk menyampaikan gagasan tentang kekuatan Divisi Virtual yang ada di Kagama. Minggu lalu, KAGAMA Jakarta telah sukses menyelenggarakan acara semacam ini hanya dengan model undangan via Facebook. Sementara untuk acara di Jogya ini lebih banyak anggota KAGAMA sepuh yang hadir. Kelemahan acara dengan terlalu banyak peserta adalah susunan acara yang biasanya malah menjadi tidak fokus, sementara kelemahan acara yang dihadiri oleh satu segmen umur saja akan membuat pembicaraan terlalu fokus dan tidak ada pembicaraan sampah. Kelebihan acara dengan banyak peserta adalah meriahnya acara, sedangkan kelebihan acara dengan satu segmen umur saja adalah munculnya gagasan ideal yang bila dilaksanakan akan membuat KAGAMA menjadi semakin memebri manfaat bagi lingkungan. Apapun yang terjadi, kita harus pandai mengambil hikmah terhadap apa yang kita terima. Tahun ini aku telah sukses menyelenggarakan sepeda santai yang melibatkan alumni teknik sipil (saja). Mereka berdatangan ke Jogya hanya untuk mengikuti sepeda santai dan ramah tamah dengan teman lama mereka sambil berhalal bi halal. Tahun depan kalau semua fakultas bisa seperti acara sepeda santai ini, maka target 1.000 sepeda memadati jalan dari alun-alun utara ke Balairung UGM bukan sesuatu hal yang sulit. Bila anda cinta Jogya, dimanapun anda dilahirkan ataupun dimanapun anda sekolah, mari kita hijaukan Jogyakarta dengan menggalakkan acara sepeda santai setiap ada kesempatan di Jogyakarta. Salam Sehati +++ Sebelum peserta lain ikut berfoto ria, kita ambil dulu yang sudah siap. Sori yang ketinggalan keluar dari Balairung terpaksa tidak ikut kena foto.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun