Awalnya hanya rembugan ibu-ibu khas kampung, tapi ketika pembahasan sudah sampai ke obyek jajanan berbuka puasa, maka muncul ide untuk menjual sendiri jajanan berbuka puasa daripada susah-susah nyari di tempat yang jauh dan macet. Dengan saling menjual jajanan unggulan masing-masing, maka otomatis semua akan mendapat jajanan berbuka puasa yang enak, murah dan bahkan gratis. Tentu saja jadi gratis karena mereka juga berjualan dan keuntungan dari jualan bisa dipakai untuk membeli jajanan berbuka puasa dari penjual yang lain. Kesepakatan sudah diambil, tinggal menentukan tempat buka usaha dan kesepakatan kembali diambil yaitu memakai lokasi di depan warung mie sehati. Terjadilah "simbiose mutualisme" disini. Warung Mie Sehati tidak perlu tutup di bulan puasa dan para penjual tidak perlu takut digusur karena sudah mendapat tempat yang nyaman. Hari pertama jualan, yang paling laris adalah makanan umum bulan puasa yaitu kolak pisang. Yang juga laris di hari pertama adalah empek-empek khas Palembang. Hari kedua, berdasar penjualan hari pertama, minuman ditambah jenis dan jumlahnya. Ada jus buah segar yang ditambahkan di daftar menu. Hasilnya Es Sehati yang laris manis. Inilah es buah khusus yang dirancang campurannya oleh mie sehati. Ada rasa masam, manis dan netral di es sehati, sehingga pembeli biasanya penasaran untuk beli lagi. Kalau aku sih biasanya makan buah yang masam dulu, baru terakhir makan buah yang manis, sehingga terasa "nuansa" buahnya. Kegiatan wirausaha dadakan inipun disepakati untuk dilaksanakan sampai akhir bulan puasa dan tempat jajanan buka puasa di Jogjapun bertambah satu lagi. Biasanya yang terkenal dan laris manis didatangi pengunjung dalam kota maupun luar kota adalah jajanan buka puasa di Kampung Kauman. Sejak  terkenal sebagai pusat jajan buka puasa, maka Kampung Kauman memang menjadi kampung terpadat di waktu sore hari menjelang buka puasa. Letaknya ada di sebelah barat Monumen SO (Serangan Oemoem) Jogjakarta, tepat di depan RS PKU Muhammadiyah. Mulai dari lampu merah depan RS PKU sampai ke simpang jalan Nyai Achmad Dahlan, parkir sudah padat, baik di kanan maupun kiri jalan. Biasanya kalau naik mobil harus parkir lebih jauh lagi atau di drop dan kemudian dijemput lagi kalau sudah selesai belanja. Yang lebih cerdas, bisa parkir dari arah selatan, tapi kalau pengunjung sudah meluap, maka parkir dimanapun akan sama jauhnya. Itulah memang magnet tahunan dari Kampung Kauman. Kampung Cungkuk rupanya tidak mau kalah, minimal ibu-ibunya, dalam bersaing dengan kampung Kauman yang sudah ternama. Merekapun dengan kemampuan masing-masing dan dengan jumlah orang yang lebih sedikit mencoba peruntungan di bulan puasa ini. Ada pesan di inboxku yang sesuai dengan semangat para ibu-ibu berjualan jajanan buka puasa ini. "Kok aneh ya, di bulan puasa para pedagang makanan malah untung besar", begitu pesan yang kubaca. Kelihatannya kalimat itu ada benarnya juga, minimal di kampung Kauman atau kampung Cungkuk. Pingin mencoba jajanan buka puasa di tempat yang lebih sepi? Silahkan datang ke kampung Cungkuk yang terletak di sebelah barat pasar Klithikan Jogjakarta. See U there ...!:-) [caption id="attachment_126643" align="aligncenter" width="640" caption="Jajanan Buka Puasa Mie Sehati"][/caption] Begini inilah kalau otak kanan sudah berfungsi (ketahuan kalau penggagas kegiatan ini adalah anggota TDA Jogja), maka semua bisa dijadikan peluang. Beramal jalan terus, berjualan juga tetap jalan. Hasilnya bisa dipakai untuk memberi santunan adik-adik panti asuhan atau mereka yang lebih membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H