Mohon tunggu...
Eko Sutrisno Hp
Eko Sutrisno Hp Mohon Tunggu... lainnya -

Blogger Goweser Jogja, owner Mie Sehati (http://miesehati.com).|.\r\n Anggota komunitas TDA, |.\r\n Blog pribadi http://eeshape.com Blogger Goweser!Runner.|.\r\nhttp://eeshape.com/ |\r\n eko.eshape@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kidung Sandi Beksan : Retna Dumilah

7 Juli 2012   10:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kidung Sandi Beksan : Retno Dumilah dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat 6 Juli 2012. Tontonan inji menjadi istimewa karena salah satu pemain dari pagelaran tari Klasik Yogya ini adalah menteri PU Djoko Kirmanto. "Lakon beksan ageng Retno Dumilah adalah lakon yang jarang ditampilkan. Inilah salah satu misi kita dalam mementaskan lakon ini", ucap Djoko Kirmanto sebelum acara dimulai. Perbawa dari Panembahan Senopati pada Retno Dumilah yang begitu besar, mampu membuat keris sakti dari Raja Madiun kehilangan pamornya. Alih-alih menghujamkan kerisnya pada tubuh Panembahan Senopati, menampar wajahnya saja hati Retno Dumilah tidak sanggup lagi. Apalagi sebenarnya ada baju kotang Antrakusuma yang dipakai oleh Panembahan Senopati, sehingga tusukan keris ataupun hujan anak panah dari pasukan Retno Dumilah tak sanggup melukai kulit sang Panembahan Senopati. Pagelaran ini dimulai dengan adanya perang tak berkesudahan antara pasukan Mataram melawan pasukan dari Bang Wetan yang dikomandoi oleh Raja Madiun. Peperangan ini tentu membuat sesak hati para Sunan di pulau Jawa, sehingga mereka terpaksa turun tangan untuk meredakan ketegangan ini. Menteri PU Djoko Kirmanto yang berperan sebagai salah satu Sunan, terlihat fasih mengucapkan wejangannya, meski kualitas vocalnya tidak bisa menandingi para penari profesional yang ikut tampil dalam pagelaran ini. Kekuatan Bang Wetan yang didukung Adipati dari Madura dan Ponorogo (?) membuat Panembahan Senopati berpikir keras. Bagaimana pasukannya yang hanya sepersepuluh dari pasukan musuh bisa memenangkan pertempuran ini. Bagaimana baiknya agar tidak banyak terjadi pertumpahan darah dan Madiun tetap dapat ditaklukan, sehingga dalam pemerintahan Mataram diharapkan negara Jawa akan menjadi lebih makmur. Akhirnya muncul ide untuk memisahkan kekuatan para pendukung Madiun dengan cara berpura-pura menyerah, takluk pada Madiun. Panembahan Mas percaya akan kabar takluknya Mataram ini, antara lain karena disampaikan oleh selir tercantik Panembahan Senopati dan permintaan air cucian kaki panemabahn Emas yang akan dipakai sebagai air minum panembahan Senopati. Kecantikan wanita memang kadang mengundang petaka. Kecantikan Nyai Adisara telah membutakan mata raja Madiun dan begitu saja percaya akan apa yang dikatakan oleh wanita cantik itu. Berita takluknya Mataram ini langsung membuat Adipati Ponorogo pulang membawa pasukannya, demikian juga Adipati Madura yang sebenarnya kurang percaya takluknya Mataram ini. Adipati Madura merasa ada yang janggal dengan proses takluknya Mataram ini, tetapi melihat perkembangan euforia kemenangan di Madiun membuat Adipati Madura akhirnya ikut meninggalkan bumi Madiun.

Saat itulah pasukan Mataram menyerbu Madiun dan mengepung Madiun. Pasukan Madiun yang tidak siap menerima serangan musuh berlarian dan akhirnya meninggalkan pasukan Retno Dumilah di Taman Sari bersama sebuah pusaka keris Kiai Gumarang. Terjadilah perang tanding satu lawan satu antara Panembahan Senopati melawan Retno Dumilah. Pertempuran yang panjang ini dimenangkan oleh Panembahan Senopati dan keris berpindah tangan ke panembahan Senopati. Bukannya dibunuh, justru Panembahan Senopati mengawini Retno Dumilah dan melahirkan beberapa putra. Cerita ini bisa disampaikan dalam berbagai versi, tetapi pada intinya tetap saja mengisahkan Panembahan Senopati yang melakukan taktik mengelabui musuh menggunakan peran wanita cantik dan bahwa untuk menjadikan negara Madiun tetap tunduk tidak melawan lagi dengan mengawini keturunan penguasa Madiun, Retno Dumilah yang (juga) cantik dan ahli tempur handal.
Kidung Sandi Beksan (5)
Kidung Sandi Beksan (5)
Lakon panjang ini dibuat menjadi lakon pendek oleh sutradara, melalui proses editing yang pas dan tata cahaya yang sangat mendukung proses pergantian adegan. Adegan Panembahan Senopati memadu kasih dengan Ratu Laut Selatan cukup berhasil mewujudkan image sebuah lautan. Demikian juga tata cahaya saat perang antar pasukan maupun perang tanding satu lawan satu cukup memukau. Salut buat pak Menteri Djoko Kirmanto yang mendirikan lembaga budaya yang mementaskan pagelaran ini dan tidak hanya mendirikan, tetapi beliau ikut juga bermain dalam lakon menarik ini. Salam sehati.
Djoko Kirmanto dalam lakon Kidung Sandi Beksan
Djoko Kirmanto dalam lakon Kidung Sandi Beksan
Djoko Kirmanto dalam lakon Kidung Sandi Beksan +++ Dimuat juga di blog pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun