"Perjalanan 48 jam menuju Jogja hanya untuk belajar membuat mie?", kataku melihat penampilan seorang pemuda yang sedang mengaduk adonan mie. Sang pemuda yang kuperhatikan masih tetap asyik dengan kegiatannya, sementara itu beberapa peserta pelatihan bisnis mie juga asyik dengan kegiatannya masing-masing. Ini memang ajang pelatihan membuat mie, agar sepulang pelatihan langsung bisa buka usaha jualan mie ayam. Mereka tidak perlu membayar royalti pada pemegang merk Mie Sehati, mereka bisa langsung membuka warung dengan nama apa saja tanpa perlu menyetor sejumlah uang tertentu sebagai royalti. Mas Bagus Jeha, manajer mie sehati mendekatiku dan berkata sambil ikut memperhatikan sang pemuda dari Sumbawa yang naik bus 2 hari 2 malam untuk menuju ke lokasi pelatihan mie di Jogja. "Pak Eko, kisah dia ini sangat bagus diangkat sebagai pembangkit motivasi lho" "...........", aku spechless tak bisa menjawab. Naik bus dua hari dua malam belum pernah kubayangkan. Naik pesawat 5 jam Jogja Papua saja sudah membuatku jet lag, bagaimana rasanya kalau dua hari dua malam di sebuah tempat yang sempit dan tidak terlalu nyaman. Salah satu peserta pelatihan mie dari Sragen juga mendekatiku dan menyapa ramah padaku sambil bercerita. "Saya sebenarnya punya dua acara yang sama di hari ini. Satu di Surabaya dan satu lagi di sini" "Yang di Surabaya pelatihan mie juga?" "Iya mas, tapi akhirnya kuputuskan untuk ikut acara pelatihan mie yang di Jogja saja. Saya bawa teman untuk mengawani saya" "Kenapa memilih Jogja?" "Waktu itu saya pilih yang lebih dekat saja" "Hahahaha.... alasan yang sederhana ya mas, tapi penting:-)" "Waktu itu saya merasa sebagai peserta terjauh, hahahaha.... ternyata ada yang lebih jauh lagi. Dari Sumbawa sampai Jogja lewat berapa selat tuh?" "Ada peserta pelatihan mie yang dari Papua lho mas" "Iya ya.. sudah kubaca juga di blog mie sehati. Hebat sekali mereka. Luar biasa semangat wirausahanya" Sang pemuda yang kita bahas masih tetap asyik melakukan kesibukannya bahkan sampai pelatihan mie selesai, sang pemuda tetap saja betah di warung mie sehati untuk melanjutkan diskusi tentang usaha mie sehati dan pernak perniknya. Dalam dialog singkatku dengannya, aku sempat memberi pelajaran membuat nasi goreng mewah padanya. Nasgome, begitu kita menyebutnya. Inilah salah satu menu andalan dari mie sehati ciptaan master Mie Perto Syamsu Irman yang berhasil mendapatkan penghargaan dari ketua TDA Bekasi waktu itu. Dengan memanfaatkan minyak hasil pengolahan ala mie sehati, maka proses pembuatan nasi goreng menjadi sangat mudah. Cukup tuangkan minyak mie sehati dan kemudian masukkan bawang putih yang digeprak plus nasi putih, maka jadilah Nasgome (Nasi Goreng Mewah). Dengan tekun sang pemuda Sumbawa mencatat semua keteranganku maupun keterangan dari instruktur pelatihan. "Kira-kira peralatan apa yang tidak ada di Sumbawa yang bisa diadakan disini ya mas?", katanya bertanya padaku. "Lihat saja file resep mie sehati yang bisa diunduh di blog mie sehati dan periksa di beberapa lembar terakhir. Ada daftar peralatan yang harus dipunyai untuk membuka usaha mie sehati" Di akhir acara pelatihan, semua peserta mendapat sertifikat pernah mengikuti pelatihan mie dengan tanda tangan dari instruktur pelatihan bu Yeni Eshape. "Wah pelatihan ini memang bonafide. Nanti saya pasang di dinding rumah saya untuk menunjukkan kalau saya sudah bisa membuat mie" "Ternyata mudah ya pak membuat mie?", kataku "Terus terang pak Eko. Selama hidup ini, baru sekali ini saya memasak di dapur. Hahahaha...." "Hahahaha...." "Istri saya pasti heran dengan kemampuan baru saya ini" "Yakin sudah bisa pak?" "Paling tidak sudah bisa 50%, sampai di Sragen nanti akan saya biasakan sehingga kemampuan membuat mie makin terasah" "Hahahaha.... dari guru SMK otomotif pindah menjadi ahli masak mie sehati" "Saya juga dari SMK Otomotif lho pak", tiba-tiba sang pemuda Sumbawa nimbrung pembicaraan "Lho?" Kitapun tertawa bersama dan berhenti ketika salah satu peserta pelatihan membagikan tepung krispi pada kita. "Berapa harganya pak?" "Gratis untuk peserta pelatihan mie sehati", ujar sang bapak sambil tersenyum. "Wah aku kasih resep satu lagi nih", kataku ketika memegang tepung krispi yang berlabel halal ini. "............." "Tepung ini cocok untuk menu nasi goreng istimewa. Saat kita memasak nasi goreng, maka ketika nasi sudah hampir siap dihidang, kita taburi dulu dengan tepung ini dan rasakan bedanya dengan nasi goreng biasanya" "Hahahahaha.... pak Eko bisa saja tuh..." Para peserta saling berjabat tangan masih dalam senyum dan akhirnya berpisah dengan meninggalkan sang pemuda Sumbawa dengan catatannya. Pagi ini aku coba kualitas tepung itu pada menu nasi goreng magelangan. Rasanya? Anakku tersenyum simpul sambil memuji masakanku dan pagi itu semua piring terlihat bersih tanpa sisa makanan sedikitpun. Semoga perjalanan 48 jam menuju Jogja tidak sia-sia bagi sang Pemuda Sumbawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H