Mohon tunggu...
Esha Cinta Nayuana Putri
Esha Cinta Nayuana Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan IPS

Saya memiliki hobi bermain bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Kematangan dan Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik

12 Desember 2024   16:31 Diperbarui: 12 Desember 2024   16:38 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesiapan adalah kondisi seseorang yang membuatnya siap memberi respon atau jawaban dalam situasi tertentu. Scomanto mengartikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Sementara menurut Djamarah, kesiapan untuk belajar merupakan kondisi fisik dan mental dari siswa yang belajar. Kondisi tersebut diperlukan agar terjadi kesiapan belajar dalam proses pembelajaran. Kesiapan belajar membuat siswa siap memberi respon atau jawaban dalam mencapai tujuan pengajaran tertentu. Learning readiness adalah keadaan fisik dan mental seseorang untuk mempersiapkan diri dalam belajar.

Teori belajar behavioristik adalah teori pembelajaran yang mengkaji perilaku manusia dengan pendekatan objektif, materialistik, dan mekanistik. Teori ini membagi pembelajaran menjadi dua bentuk, yaitu stimulus dan respons. Dalam teori ini, belajar adalah perubahan perilaku yang dasarnya stimulus-respons. Prinsip dasar dari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan hasil dari interaksi stimulus-respons, dimana perubahan perilaku seseorang dapat diukur, dinilai, dan diamati. Teori behavioristik melihat perilaku manusia sebagai hasil belajar yang dapat diperbaiki melalui modifikasi dalam kondisi belajar dan penguatan dari lingkungan sekitar.

Teori classical conditioning yang dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov merupakan proses pengkondisian stimulus-respons. Teori ini menyatakan bahwa melalui pengulangan pemberian stimulus, dapat memunculkan reaksi yang diinginkan. Teori operant conditioning yang dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner melengkapi kekurangan dari teori classical conditioning dengan menekankan bahwa respon yang dihasilkan oleh stimulus harus dilengkapi dengan penguatan atau reinforcement.

Teori belajar Connectivism dikembangkan oleh George Siemens sebagai teori yang mengkaji penguatan pembelajaran, pengetahuan, dan pemahaman melalui perluasan jaringan pribadi. Teori ini berusaha menjelaskan kegiatan pembelajaran yang kompleks di dunia digital sosial yang berkembang pesat. Implikasi dari teori belajar behavioristik dalam pembelajaran dan pengajaran mencakup upaya untuk mengoptimalkan dan meningkatkan pendidikan melalui pemanfaatan sarana dan prasarana. Dalam teori behavioristik, pembelajaran adalah proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, dengan penekanan pada keterampilan, fakta, dan logika linier,

Teori belajar humanistik adalah teori yang berfokus pada perkembangan positif manusia dan kemampuannya untuk menemukan potensi diri. Teori ini menganggap belajar berhasil jika peserta didik memahami lingkungan dan dirinya sendiri, serta mampu mencapai aktualisasi diri. Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai kesatuan, bukan hanya sebagai penerima ilmu yang pasif. Arthur Combs adalah tokoh humanistik yang menekankan pentingnya memahami tingkah laku dan konsep diri peserta didik, serta mengembangkan potensi mereka.

Implikasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran adalah menciptakan pembelajaran yang ideal dan mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mengutamakan pengalaman, dan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar. Indikator keberhasilan aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran adalah siswa merasa senang, bergairah, dan berinisiatif dalam belajar, serta terjadi perubahan pola pikir, perilaku, dan sikap atas kemauan sendiri. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator, memberikan motivasi, dan menyadarkan makna belajar dalam kehidupan siswa.

Kematangan pada individu dewasa didefinisikan sebagai kesiapan individu pada umumnya dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan ini merupakan hasil dari perubahan- perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu, seperti kematangan biologis dan aspek psikis. Misalnya, anak lima tahun belum matang dalam menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak.

Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Fungsi kematangan dalam perkembangan terbagi menjadi fungsi phylogenetic dan ontogenetic. Fungsi phylogenetic melibatkan fungsi-fungsi umum pada individu yang berkembang karena pengaruh neurologis dan peningkatan kekuatan otot, sementara fungsi ontogenetic melibatkan fungsi-fungsi khusus pada individu yang memerlukan faktor stimulus lingkungan dalam bentuk belajar atau pelatihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun