Dr Hudaya juga sangat yakin prasasti Kayumwungan bertalian erat dengan peristiwa pembangunan Candi Borobudur seperti kisah tentang Raja Samaratungga dan puterinya Pramodawardhani yang membangun bangunan suci jinalaya. Karena itu, Ia menetapkan 25 Mei 2024 tanggal tepat 1200 tahun Borobudur
" Saya akan datang ke Indonesia 25 Mei nanti," kata Dr Hudaya saat menggelar teleconference
Namun demikian Dr Hudaya juga tidak sepenuhnya sependapat dengan terjemahan Descaparis yang dinilainya lebih banyak memuat tafsiran yang tidak berkaitkelindan dengan Borobudur. Menurut Dr Hudaya, banyak sekali terjemahan Casparis yang tidak berhubungan atau tidak relevan dengan Borobudur. Itulah yang diluruskannya kembali lewat bukunya Borobudur Biara Himpunan Kebajikan Sugata
Ada banyak hal menarik yang dipaparkan Dr Hudaya dalam sesi lecture lewat teleconference. Ia mengaku memahami Borobudur lewat apa yang terpaku di Borobudur itu sendiri seperti sebaran bilangan dan bentuk-bentuk geometris bangunan candi. Sebaran bilangan ini juga sudah pernah dicatat sarjana belanda Theodor Van Verp yang memugar Borobudur pertama kali tahun 1907.
Van Verp menurut Dr Hudaya melihat keteraturan bilangan jumlah arca di lantai-lantai yang berbeda. Dari situ dia menemukan 504 arca di Candi Borobudur. Sebanyak 72 arca berada di dalam stupa berkerawang di lantai melingkar, lalu di atas gallery berbentuk seperti gua ada sebanyak 432 arca sehingga totalnya 504 arca
Sebenarnya sambung Hudaya semuanya 505 arca, hanya saja arca dalam stupa induk dikeluarkan dan diletakkan di halaman Candi Boerobudur lantaran van Verp dan Nicholas, kepala proyek pemugaran kala itu bertengkar. Kini arca dari stupa induk yang dulu diletakkan di halaman sudah disimpan di museum Karmavibangga
Dalam paparannya, Dr Hudaya memang sempat mengundang pertanyaan. Ia menyatakan arca-arca di Candi Borobudur ada yang bisa dilihat secara kasat mata dan ada juga yang tidak bisa dilihat secara kasat mata, Pernyataan ini sempat dipertanyakan Hendrik Tanuwidjaya. Tokoh muda brilian ini bertanya apakah arca yang tidak bisa dilihat secara kasat mata itu tertimbun di dalam tanah. Dr Hudaya menjawab bukan. Mendapat jawaban itu Hendrik pun diam
Dihimpun dari berbagai catatan, Candi Borobudur mengoleksi 2.672 panel relief yang terdiri dari 1.460 panel relief cerita atau naratif dan 1.212 panel relief dekoratif. Relief naratif terdiri dari lima gugus relief, pertama relief Karmavibangga yang tersimpan di lantai dasar candi jumlahnya sebanyak 160 panel relief. Relief Karmavibangga mengisahkan perihal hukum sebab akibat yang bersifat universal
Kedua relief Jataka sebanyak 500 panel relief. Relief Jataka berada di dinding luar lantai 3. Ketiga relief Avadana yang terdiri dari 120 panel relief di lantai 3 dan 100 panel relief di lantai 4. Relief Avadana memuat kisah-kisah moral. Keempat relief Lalitavistara yang berada di lantai 3 sebanyak 120 panel relief. Kelima relief Gandavyuha sebanyak 460 panel relief yang berada dilantai 4 dan 6 Â Â
Relief Candi Borobudur dibaca sesuai arah jarum jam atau pradaksina. Visualisasi estetika relief merupakan ensiklopedi kehidupan kultural yang melampaui zamannya. Ini disebabkan dari setiap panel relief banyak informasi yang bisa digali. Selain memuat ajaran moral, relief juga mengajarkan kehidupan sosial, perihal aristektur rumah, bahkan panel relief memuat informasi tentang nilai-nilai estetika seni, baik seni rupa maupun seni pertunjukan
Sesi lecture yang dikemas BWCF dalam agenda memperingati 1200 tahun Borobudur menghadirkan nara sumber seperti Prof Dr Noerhadi Magetsari. Guru besar FIB Universitas Indonesia ini menyajikan materi Refleksi 1200 Tahun Candi Borobudur. Selain itu ada juga tokoh muda yang sangat brilian Hendrik Tanuwidjaya. Penulis buku Soul of Borobudur ini lebih menyajikan informasi dan referensi  tentang Borobudur sebagai Pusat Peradaban Nusantara. Pemateri terakhir Handaka Vijananda yang telah menulis lebih seratus buku tentang Borobudur