Perang Yom Kippur ini berlangsung selama 20 hari dimulai 6 Oktober -- 26 Oktober 1973. Saat perang dimulai 6 Oktober, orang-orang Israel pada hari itu sedang khusyuk dalam suasana hari raya Yahudi yang disebut Yom Kippur
Saat itulah, Suriah, Libya dan Mesir menyerbu Israel di Dataran Tinggi Golan dan Terusan Suez secara tiba-tiba. Pada permulaan perang, kekuatan tentara Israel sempat dipukul mundur. Kemudian setelah memobilisasi tentara cadangan, Israel balik menyerang
Akibatnya tentara Mesir terpukul mundur. Mencemaskan Mesir nyaris kalah, Uni Sovyet tidak tinggal diam. Melihat sikap Uni Sovyet, akhirnya Amerika mendukung Israel. Raja Faishal marah besar dan menetapkan embargo minyak kepada Amerika
Dirangkum dari berbagai sumber, hubungan Arab Saudi -- Amerika sudah dimulai delapan dekade lalu tepatnya 1943. Pada saat itu putra mahkota Pangeran Faishal dan Pangeran Khalid mengunjungi Gedung Putih atas undangan Presiden Franklin Delano Roosevelt.
Kedua pangeran muda itu ditawarkan bantuan keamanan oleh Amerika. Bantuan keamanan Amerika ini diberikan sebagai imbalan atas pilihan Arab Saudi untuk terus memberi akses kepada perusahaan-perusahaan minyak Amerika di Kerajaan Saudi
Kesepakatan bantuan keamanan itu akhirnya diresmikan pada tanggal 14 Februari 1945 antara Raja Ibnu Saud yang bertemu secara langsung dengan F.D. Roosevelt di atas kapal USS Quincy di Terusan Suez. Raja Saudi dan Presiden Amerika itu akhirnya menjadi teman akrab,
Kendati telah berteman akrab, namun dua kepala negara ini sudah tentu memiliki perbedaan pandangan cukup tajam terutama mengenai masa depan Palestina. Ini pula yang sering memicu kerenggangan mereka, tapi itu hanya sebentar kemudian hubungan harmonis terjalin lagi
Sepanjang 1980an dan 1990an dua negara ini memperlihatkan hubungan yang sangat harmonis. Di era ini terjalin hubungan 15 kerjasama antara kedua negara. Hubungan kerja sama seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya
Namun hubungan kembali renggang pada tahun 2000 ketika Presiden Bill Clinton gagal membawa Suriah dan Israel ke meja perundingan damai di Shepherdtown, dan juga gagal menengahi proses perdamaian antara Palestina dan Israel di Camp David.
Dari gagalnya Clinton mengemas sejumlah perundingan, Putra Mahkota Abdullah menganggap Clinton telah gagal dalam menekan Israel agar bersedia memberikan konsesi wilayah. Dalam pandangan para elit Saudi, seharusnya kesepakatan Suriah bisa terwujud pada tahun 2000
Disaat kondisi kesehatan Raja Fahd memburuk, secara de facto, Abdullah yang memimpin Kerajaan Saudi. Saat itu, 2001, kerenggangan muncul lagi. Abdullah sangat kecewa pada George W. Bush karena mendukung Ariel Sharon saat terjadi perlawanan rakyat Palestina dalam Intifadah jilid II.