"Liyangan, dusun kecil di kaki Gunung Sindoro, kini menjadi perbincangan dunia. Berbagai temuan arkeologi di situs Liyangan akan menjadikan kawasan ini sebagai lorong waktu untuk menelusuri tingginya peradaban Nusantara"
Matahari baru saja naik sepenggalah ketika para penulis yang dikoordinir Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) tiba di situs Liyangan di Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu pekan lampau
Kawasan yang kini dihuni sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) ini pada masa lalu pernah mengalami kejayaan. Priodesasinya sama dengan Romawi Kuno di awal abad Masehi. Peradaban Liyangan dalam skala local genius tak kalah dengan peradaban kerajaan besar lainnya di dunia.
Namun sedihnya peradaban Liyangan terputus akibat bencana geologi, Meletusnya Gunung Sindoro pada abad ke 11, membuat kawasan ini tertimbun abu vulkanik. Seluruh bangunan di Liyangan tertimbun dalam tanah lebih dari seribu tahun lamanya
"Lebih seribu tahun tertimbun. Ekskavasi penyelamatan situs Liyangan baru dimulai pada 2010 lalu," kata arkeolog Sugeng Riyanto dalam sesi diskusi di ruang meeting sebuh hotel di Temanggung, Sabtu malam pekan lampau
Dalam paparan Sugeng disebutkan setelah melalui kajian teknis pada 2017, situs Liyangan memasuki tahapan pemugaran, rehabilitasi, konsolidasi dan delineasi pada 2021. Tahun 2022 ini situs Liyangan sudah memasuki tahapan kajian pengelolaan
Dari hasil ekskavasi empat teras di hamparan situs Liyangan ditemukan artefak peninggalan purbakala. Kendati teras satu belum diekskavasi seutuhnya, namun di sini ditemukan arang kayu dan bambu dalam gumpalan abu vulkanik.
Diduga, pada teras satu dulunya ada bangunan dari bahan kayu berdinding anyaman bambu. Kuat dugaan bangunan ini milik pemimpin Liyangan karena letaknya di atas kawasan peribadatan
Sedangkan di teras dua, ada bangunan candi utama yang kini sudah dipugar. Hanya saja arca Nandi yang seharusnya berada di atas bangunan candi utama tidak ditemukan. Di puncak candi hanya ada yoni dengan liang kosong tanpa arca
Di teras dua ini juga ada tiga batur tempat berkumpul sebelum melakukan peribadatan. Di setiap puing batur ini ditemukan empat lobang yang juga diduga sebagai lobang tiang kayu. Sehinga diyakini bangunan batur ini dulu menggunakan atap disanggah tiang kayu