Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik dalam Narasi Kebohongan

24 Februari 2019   15:38 Diperbarui: 25 Februari 2019   08:27 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto :encrypted.com)

Kebohongan "The Big Lie" disampaikan berulang-ulang agar diterima sebagai sebuah kebenaran, hanya itu. Sementara, kebohongan yang dikemas konsultan politik Trump atau kebohongan "Firehose of Falsehood" adalah kebohongan nyata (obvius lie) yang sengaja disebarkan untuk menimbulkan kebencian dan ketakutan publik.

Teknik propaganda "Firehose of Falsehood" berpijak pada  hasil penelitian seorang professor Harvard Unversity, Rose McDermott tentang "Genetic of Politic". Dalam penelitian itu McDermoth menunjukkan bahwa orang konservatif dan orang progressive memiliki pola kerja otak yang berbeda. Konservatif memiliki amygdala yg lebih aktif sementara progressive memiliki insula yg lebih aktif.

Amygdala adalah bagian otak yg berhubungan dengan kebencian dan rasa takut. Sementara insula berhubungan dgn rasa empathy. Dari penelitian Rose McDermott, orang-orang konservatif akan lebih menyukai keteraturan dan kagum pada otoritas, sementara orang-orang progressive yang didorong oleh empathy akan lebih cenderung bergerak berdasarkan apa yg dirasakan oleh orang lain.

Dalam propaganda "Firehose of Falsehood" kebohongan sengaja dibangun untuk "men-trigger" amygdala para calon pemilih. Teknik "Firehose of Falsehoods" ini memang untuk membangun kebencian dan ketakutan lewat informasi yang mampu merangsang amygdala masyarakat agar aktif secara terus menerus sehingga menimbulkan kebencian atau ketakutan.

Namun demikian kebohongan yang dibangun dalam propaganda "Firehose of Falsehood" tidak mampu bekerja pada orang-orang yang memiliki kecerdasan atau orang-orang yang mau berpikir sebelum melalap informasi. Sebab kecerdasan atau berpikir akan mengaktifkan insula atau bagian otak yang berhubungan dengan rasa emphaty bukan bagian otak yang berhubungan dengan kebencian atau rasa takut.

Kalau menyimak fenomena yang dimunculkan kontestasi politik Pilpres di negeri ini, propaganda "Firehose of Falsehood" sepertinya tengah diterapkan. Para pemilih yang terpolarisasi dalam arus politik setelah dikotak-kotakkan algoritma media sosial melalui efek filter bubble, kini terperangkap dalam rasa kebencian dan rasa ketakutan. Saling hujat, saling ejek antar kubu sudah menjadi keseharian dalam berkomunikasi. Begitu juga dengan Xenophobia dijadikan isu yang mencemaskan.

Hanya satu cara untuk mengatasi semua ini seperti yang dipesankan Rose McDermoth. Berpikirlah dulu sebelum melalap informasi, sebab berpikir akan mengaktifkan insula yakni bagian otak yang berhubungan dengan rasa emphaty bukan dengan rasa kebencian atau rasa takut. "Firehose of Falsehood" tak akan mampu bekerja pada orang-orang yang memiliki kecerdasan atau orang-orang yang berpikir sebelum melalap informasi. Berpikirlah.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun