Mohon tunggu...
Esdras Idialfero Ginting
Esdras Idialfero Ginting Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penggila Pantai

Hidup Sehat Tanpa Narkoba

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Juara, Cara Ucok/Melati Meminta Maaf

21 Oktober 2019   13:17 Diperbarui: 21 Oktober 2019   13:55 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praveen/Melati berpelukan usai juara. (Foto: Badminton Indonesia)

Akhirnya Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti berhasil meraih gelar juara juga sekaligus pecah telur melawan mimpi buruk mereka selama ini, Wang Yilyu/Huang Dongping dari Tiongkok. Sekali juara langsung di Super 750 pula, Denmark Open!

Sebelum berangkat ke tur Eropa mereka dihadapkan pada persoalan yang cukup pelik, nyaris dijatuhi sanksi karena keluyuran dan kabur dari asrama tanpa sepengetahuan pelatih kepala ganda campuran, Richard Mainaky. Belum selesai masalah itu, Ucok (panggilan akrab Praveen) lagi-lagi berulah mangkir dari latihan dengan alasan mengantarkan ibunya ke Bandara. Pelatih sangat murka dengan kelakuannya.

Ucok sendiri dikenal sebagai pemain yang bengal namun punya smash super dahsyat. Prestasinya juga tidak terlalu menonjol. Capaian terbaiknya adalah menjadi juara All England 2016 bersama Debby Susanto. Mereka digandang-gadang sebagai pengganti dan pelapis peraih emas Olimpiade 2016, Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir yang sudah mulai tergerus umur.

Sayangnya, pasca juara All England, justru perlahan prestasi pasangan ini meredup. Meski berada di peringkat 10 besar dunia tapi mereka sering kalah di babak-babak awal.  Tim pelatih menyadari mereka berdua tak lagi solid untuk terus dipaksakan bersatu.

Pasangan di kemudian dipecah. Debby sempat beberapa kali ganti pasangan sebelum akhirnya memilih pensiun. Adapun Ucok, dipasangkan dengan Melati, juara dunia ganda campuran junior 2012.

Mereka dibebankan target cukup berat yaitu menjadi pengganti Owie/Butet. Pasca Owie/Butet, praktis Indonesia hanya mengandalkan Praveen/Melati dan Hafiz Faisal/Gloria Emanuella yang ternyata masih sangat rapuh. Di sisi lain terjadi pergeseran kekuatan bulutangkis ganda campuran dunia dengan kemunculan pasangan bongkar-pasang Tiongkok, Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang Yilyu/Huang Dongping.

Awal-awal kemunculannya Ucok/Melati sering disebut sebagai "pasangan error" karena sangat sering melakukan blunder di saat poin-poin kritis. Pertandingan-pertandingan mereka kerap berujung pada kekalahan menyesakkan, layaknya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

Ucok memang punya smash yang sangat keras tapi kerap melakukan blunder. Ia sangat akrab dengan net karena nyaris pukulannya selalu nyangkut. Begitu juga dengan Melati, awal-awal kemunculannya banyak menuai kritik kalangan pecinta bulutangkis karena ia sangat malas bergerak (mager). Mereka kerap jadi bulan-bulanan dan objek perundungan di media sosial.

Setidaknya 5 kali mereka berhasil menjejakkan kaki di partai final super series, namun selalu berujung kekalahan. Tiga kali di antaranya tersungkur melawan pasangan Wang/Huang. Sebelum Denmark Open 2019, head to head kedua pasangan ini sangat njomplang, 6 -- 0.

Ucok/Melati ditarget minimal lolos semi final agar bisa 'dimaafkan'. Di sisi lain hasil drawing sangat tidak mengenakkan, harus bertemu pasangan nomor 1 dunia, Siwei/Yaqiong di perempat final.

Mungkin karena energi positif kedua pemain ini sedang memuncak akibat sorotan negatif yang ditujukan kepada mereka, Ucok/Melati tampil luar biasa. Siwei/Yaqiong yang dalam setiap pertandingan nyaris selalu menang straight set, dipaksa jatuh-bangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun