Kemenangan trio Jamaika di nomor sprint 200 meter putra membuka mata dunia betapa bagusnya regenerasi atlet di negara kepulauan Karibia tersebut.
Tiga atlet yang turun di nomor bergengsi itu adalah Usain Bolt, Yohan Blake dan Warren Weir. Di antara ketiga peraih medali itu, Bolt merupakan atlet yang paling senior.
Jarang terjadi dalam event sekelas Olimpiade medali bisa dimonopoli oleh satu negara.Tapi itulah Jamaika, negara kecil di Karibia yang membuat dunia terkagum-kagum.
Untuk Olimpiade yang akan datangpun sepertinya Jamaika sudah percaya diri. Jikalau nantinya Bolt tak bisa lagi maksimal di usianya yang ke-29 pada Olimpiade 2016, mereka masih punya Blake dan Weir.
Ini juga bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia terutama cabor bulu tangkis yang gagal menyumbang medali sejak 1992 lalu.Cabor anak emas ini gagal merusak dominasi China.
Padahal jika berkaca pada pengalaman, kejayaan atletik Jamaika saat ini tidak beda jauh seperti yang. Dialami bulu tangkis Indonesia di era 1990-an. Susi Susanti yang sedang jaya-jayanya sudah memiliki suksesor yakni Mia Audina. Di nomor ganda putra juga sama, pasangan Ricky/Rexy punya junior yang tak kalah tangguh yakni Sigit/Candra. Yang lebih menggila di sektor tunggal putra, selain Allan Budikusuma, Indonesia punya stok berlimpah yang tak kalah hebat semisal Ardy B Wiranata, Haryanto Arby, Joko Supriyanto maupun Hendrawan.
Kejayaan itu mulai luntur setelah tak ada lagi suksesor alias regenerasi. Itu yang terlupa pada saat itu, yakni mempersiapkan kader-kader baru untuk menggantikan senior.
Indonesia tak punya stok lagi di nomor tunggal putri saat Mia Audina memutuskan pindah ke Belanda. Tunggal putra juga hampir sama.Stok yang dunya berlimpah setalh iti praktis hanya mengandalkan Taufik Hidayat. Selepas era Taufik, tak ada lagi yang menonjol.
Di situlah letak perbedaan generasi emas atlet Jamaika. Indonesia cenderung puas ketika sudah sampai di puncak prestasi tapi lupa regenerasi. Ayo Indonesia, tak ada salahnya kita belajar dari negara kecil seperti Jamaika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H