Mohon tunggu...
Esdras Idialfero Ginting
Esdras Idialfero Ginting Mohon Tunggu... -

-Penikmat pantai- \r\n@esdrasidialfero

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Konflik PSSI Berawal dari Kue

6 Februari 2012   13:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Konflik PSSI jilid 2 sebenarnya sama sekali urgent dan jauh dari substansi. Persoalan itu sama sekali tak ada hubungannya dengan buruknya performa timnas atau karena kegagalan Indonesia secara terus-menerus menuju pentas dunia.

Semuanya berawal saat Djohar Arifin Husin mengumumkan pemegang hak siar Liga Indonesia bukan lagi Anteve. Sebagai gantinya PSSI menunjuk MNC Grup yang membawahi RCTI, Global TV dan MNC TV. Padahal Anteve, stasiun TV milik keluarga Bakrie ini, sudah bertahun-tahun menguasai hak siar liga tersebut.

Sumber di kalangan PSSI menyebutkan sebenarnya induk cabang olahraga sepak bola tertinggi di Indonesia tidak bertindak sepihak. PSSI sebelumnya sudah menawarkan hak siar kepada Anteve, hanya saja harga yang disanggupi Anteve masih jauh dari harga yang diajukan MNC Grup.

Anteve tak mau kehilangan muka karena sudah terlanjur menayangkan iklan bergulirnya Indonesia Super League (ISL) seri ke-11. Tak lama kemudian, mulailah barisan sakit hati eks pengurus PSSI yang nota benar masih dikendalikan Nurdin Halid melancarkan gerakan.

Djoko Driyono dan Nirwan Bakrie mulai menghimpun klub-klub untuk terus setia berlaga di bawah naungan ISL. Perlahan-lahan beberapa klub mulai dilanda perpecahan misalnya saja Persia Jakarta, Persebaya, Arema, PSMS. Sebagian klub memutuskan bergabung dengan liga yang dikoordinasi PSSI sedangkan sisanya bergabung dengan Djoko cs.

Awalnya publik terkecoh karena Djoko cs berkeras yang mereka lakukan semata-mata untuk menegakkan statuta PSSI. Yang dipermasalahkan kelompok ini adalah soal jumlah peserta liga dan dimasukkannya beberapa klub ke kasta tertinggi yang tidak sesuai dengan prosedur yakni PSMS Medan, Persebaya Surabaya dan Persema Malang.

Belakangan alibi itu mulai terbantahkan karena ternyata PSMS dan Persebaya yang telah terpecah tetap diakomodasi bermain di liga dibawahi Djoko Driyono cs. Hal itu membuktikan bahwa kelompok ini tak berpijak pada statuta, melainkan pada upaya mempertahankan eksistensi ISL.

Konflik yang ada saat ini sama sekali tak menyentuh ke arah perbaikan PSSI. Yang ada hanyalah pertarungan memperebutkan kekuasaan untuk mengamankan kepentingan kelompok. Pastinya ini semua terkait dengan 'kue' kata lain untuk menyebut uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun