[caption id="attachment_142762" align="aligncenter" width="477" caption="Titus Bonai, andalan Timnas U-23 (Dokumentasi Tribunnews.com)"][/caption] Hasil kontras dicapai oleh dua timnas Indonesia yang sedang mengemban tugas negara. Timnas Senior yang mengemban tugas meloloskan Indonesia dari babak kualifikasi Pra-Piala Dunia zona Asia telah telah mengangkat bendera putih. Meski masih tersisa satu pertandingan tandang lagi melawan Bahrain, impian untuk bisa berbuat banyak di kualifikasi telah terkubur dalam-dalam. Sementara juniornya, Timnas U-23 yang lebih dikenal dengan sebutan Garuda Muda, sedang bermain bagus-bagusnya di ajang sepak bola SEA Games. Pasca-mengalahkan Thailand dengan skor 3-1, Titus Bonai dkk dipastikan lolos ke semifinal. Kamis (17/11) malam, Garuda Muda akan bentrok dengan negeri jiran Malaysia untuk memastikan posisi juara grup. Hasil kontras yang dihasilkan kedua tim tersebut tak ayal membuat perlakuan terhadap keduanya juga berbeda. Tibo dkk diperlakukan bak pahlawan, sementara Bambang Pamungkas dkk dianggap sebagai pecundang. Stadion GBK yang biasanya disesaki puluhan ribu suporter fanatik Merah Putih sama sekali tak tampak saat Timnas Senior menjamu Iran, Selasa (15/11). The Jack Mania (suporter Persija), salah satu kelompok suporter terbesar Indonesia di Jakarta bahkan lebih memilih menyaksikan pertandingn final bulu tangkis putri SEA Games antara Indonesia dan Thailand. Pelatih Iran, Carlos Queiros pun sempat melontarkan kritik pedas kepada suporter Merah Putih. Menurut mantan asisten Sir Alex Forguson di Manchester United ini, suporter Indonesia sangat egois karena membiarkan punggawa timnasnya berjuang sendiri tanpa dukungan. Awalnya Queiros menduga stadion akan penuh meskipun Indonesia telah tersingkir, namun faktanya tidak seperti itu. Masih di hari dan tempat yang sama, segelintir suporter yang menyempatkan diri menonton Indonesia vs Iran justru memburu dua pemain Timnas U-23 yang ikut menonton pertandingan. Striker timnas U-23 Ferdinand Sinaga dan Kapten tim, Egi Melgiansyah justru diburu suporter untuk berfoto bersama. Bahkan aparat kepolisian yang mengamankan pertandingan ikut menanggalkan gengsi dan minta foto. Sepertinya Timnas Senior memang sudah kehilangan simpati di mata publik sepak bola tanah air. Buruknya hasil yang dicapai membuat para suporter mengalihkan perhatiannya untuk mendukung Timnas U-23. Bambang dkk pun bermain tidak semangat, tak ada selebrasi meski striker kawakan itu berhasil membobol gawang Iran. Tak ada yang salah memang. Suporter Indonesia sudah muak dengan kegagalan yang berkanjangan. Ketika ada momentum meski skalanya lebih kecil, asa pendukung Merah Putih seperti terlecut lagi. Momentum ini adalah kesempatan terbaik untuk mengulang memori manis SEA Games di Manila 20 tahun silam. Kala itu Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games untuk terakhir kalinya. Meski begitu, Bambang Pamungkas dkk tetap harus mendapat perlakuan yang layak. Para suporter tak perlu menyudutkan kiprah mereka di lapangan. Menang atau tidak, mereka sebenarnya sudah berusaha memberikan yang terbaik bagi bangsanya. Ke depannya, memang mungkin sudah perlu regenerasi sebab beberapa di antaranya sudah lewat masa jayanya. Lebih baik Senior yang gagal daripada junior. Keberhasilan junior pada saat ini juga akan menjadi kesuksesan senior di masa yang datang, asalkan ditangani dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H