Mohon tunggu...
Esdras Idialfero Ginting
Esdras Idialfero Ginting Mohon Tunggu... -

-Penikmat pantai- \r\n@esdrasidialfero

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar Menabur 'Penak Zamanku Tho', Prabowo Menuai Suara

31 Maret 2014   01:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="332" caption="Ilustrasi (berita9online.com)"][/caption] Sebagian elemen masyakat menyatakan kerinduan pada kepemimpinan ala orde baru. Soeharto sebagai aktor utama orde baru banyak dimunculkan oleh pengagumnya dalam wujud visual bagian belakang truk disertai tulisan "Piye kabare, penak zamanku tho?" Belakangan ini visual seperti itu juga telah merambah ke media sosial. Apakah itu ungkapan tulus kerinduan terhadap sosok seperti Soeharto ataukah sekadar olok-olokan tak ada yang tahu pasti. Golkar yang dulunya sempat mencoba melepaskan diri dari bayang-bayang orde baru mencoba menangkap peluang tersebut. Dalam rangkaian kampanye yang diperkuat oleh dua putri Soeharto yakni Mbak Tutut dan Mamiek, Golkar mencoba menawarkan kejayaan seperti orde baru bila tampil sebagai pemenang dalam pemilu kali ini. Namun sepertinya ini hanya pepesan kosong Golkar untuk meraih suara pengagum Soeharto. Jika ditelisik ke belakang, orde baru memang direpresentasikan oleh sosok Soeharto yang didukung militer dan Golkar. Lantas apa yang ditawarkan partai beringin dalam membangkitkan kembali orde baru kali ini? Hanya Aburizal Bakrie dan Golkar. Mari kita cermati terlebih dahulu 'dapur' Golkar dalam pemilu kali ini. Jago yang diusung Golkar adalah sang ketua umum. Coba kita bandingkan karakter antara Soeharto dengan ARB. Apakah ada kemiripan? Tidak ada sama sekali. Karakter tegas dan cenderung kejam yang melekat dalam diri Soeharto sama sekali tidak dimiliki oleh Ical. Dalam iklannya yang muncul bertubi-tubi di TV One dan ANTeve, Ical tidak memunculkan karakter seperti itu. Mertua Nia Rahmadani ini justru cenderung menonjolkan sisi-sisi lembutnya dalam berkeluarga. Bahkan belakangan ia mendapat panggilan baru yakni sebagai presiden boneka, setelah dia memeluk boneka Teddy Bear usai mengklarifikasi plesirannya bersama artis kakak-beradik Marcella dan Olivia Zalianty ke Maladewa. Justru kalau mengacu pada persamaan karakter kepemimpinan, dari semua capres yang ada hanya Prabowo yang paling mirip dengan Soeharto. Paling mencolok adalah latar belakang mereka yakni sama-sama berasal dari militer. Kedua orang ini juga sama-sama berasal dari Jawa. Soal kenekatan dalam bertindak juga tak berbeda jauh. Soeharto dikenal dengan jargon 'nanti saya gebuk' terhadap penentang-penentangnya. Adapun Prabowo, kenekatannya pada tahun 1998 lalu masih dikenang hingga kini. Inilah yang tidak dimiliki oleh Pramono Edhie meskipun dia juga berlatar belakang militer dan orang Jawa. Terlepas dari persoalan Prabowo bukan lagi bagian dari keluarga Cendana, namun diyakini ketegasan ala Soeharto ada dalam dirinya. Meski ada perbedaan, tapi coba cermati persamaannya. Dulu orde baru memunculkan figur sentral Soeharto yang didukung militer dan Golkar, sekarang ini ada Prabowo yang didukung ratusan purnawirawan militer dan Gerindra. Lebih logis dibanding klaim Golkar kan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun