Mohon tunggu...
El Mahvudd
El Mahvudd Mohon Tunggu... lainnya -

Belajar mengenal huruf, dan ingin menelusuri alam raya ini dengan bekal dari sana..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuangan Malam Akhir November

24 November 2012   02:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:45 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelisahku

Malam ini aku tak buka buku pelajaran..
Bukan pula sibuk mengetik makalah..
Apa lagi mengingat materi tadi pagi..
aku hanya berdiam ditemani secangkir kegelisahan..

Iya aku gelisah..
Gelisah yang dulu dirasakan pendahuluku..
Benar-benar gelisah..
Setidaknya aku tidak galau layaknya pemuda yang diperbudak cintanya..
Cinta yang ia tak tahu akan membawanya kemana..

Ah sudahlah..
Bukan, bukan itu..
Tapi lihatlah sekeliling, si iblis kecil mulai beranjak dewasa..
Tertawa dan menjamur dimana-mana.. di negara ini, di tiap propinsi, di kabupaten, di kecamatan, bahkan di desa-desa..
parahnya terakhir aku mendengar sampai ketua RT..

Lalu mau sembunyi dimana kita?kala pemegang amanat mulai berkhianat? Kala para pengadil tak berani tampil? Atau pelindung yang justru tersandung..
Belaian lembut dunia merangsang mereka, menutup kalbu suci yang sudah mati..
Bicaranya memang teduh, tapi membawa peluh..
Tak peduli jerit tangis di kolong sana, dari pengemis beranak tiga..

Kini malam semakin larut..
dan aku mulai muak..
tak usah saling berkelut mencari badut..
karena kita semua adalah badut..
yang bermain lelucon di dalam sirkus..
menjadi bahan tertawaan penonton sebelah..
hah.. percuma bersorak merdeka !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun