Esaunggul.ac.id, Lonjakan kasus COVID-19 yang disebabkan oleh varian B.1.617.2, yang dikenal sebagai varian Delta atau varian India, yang dinyatakan dapat menyebar sangat cepat, telah menarik perhatian beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia. Sebetulnya, seperti apakah sifat varian virus SARS-COV-2 yang disebut dengan varian Delta ini, berikut penjelasan dari Ahli Mikrobiologi sekaligus Dosen Farmasi Universitas Esa Unggul, Prof Dr Maksum Radji M. Biomed.
Maksum menerangkan varian Delta lebih cepat menular dibandingkan dengan virus COVID-19 yang original. Info ini berasal dari hasil penelusuran di Australia pada kasus-kasus COVID-19 baru, yang kembali muncul, setelah berhasil mereka kendalikan.
"Pada data yang dipublikasikan oleh New South Wales Health Officer, Lembaga ini  melakukan tracing penularan yang terjadi di sebuah pusat perbelanjaan Bondi Junction Westfield, menunjukkan begitu cepatnya penularan varian Delta dan varian Kappa. Penularan dari varian ini sangat cepat karena dapat terjadi dalam hitungan detik, bahkan saat berpapasan dimungkinkan bisa terjadi penularan jika seseorang tidak menggunakan masker," terangnya.
Maksum melanjutkan Penularan varian Delta dalam waktu singkat tersebut karena varian Delta memiliki kemampuan untuk bertahan lebih lama di udara sehingga seseorang yang kebetulan menghirupnya dapat terinfeksi dengan mudah.
"Apabila seseorang terinfeksi varian Delta, mereka kemungkinan akan memiliki viral load lebih tinggi. Tingginya viral load tersebut dapat menyebabkan pasien yang terinfeksi lebih mudah menularkan virus terhadap orang lain," ucapnya.
Maksum mengatakan penyebaran lokal varian Delta di Indonesia sudah tergolong menghawatirkan. Selain varian Alfa dan varian Beta yang sudah menyebar lebih dulu di Indonesia, varian Delta inilah yang memicu tingginya lonjakan kasus baru COVID-19 dalam beberapa hari terakhir ini.
"Dari Hasil analisis Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa ada 211 kasus varian baru Covid-19 di Indonesia. 160 Kasus di antaranya merupakan varian Delta. Dari 160 Kasus varian Delta ini tersebar di sembilan provinsi yaitu, di Kalimantan Timur 3 kasus, Gorontalo 1 kasus, Kalimantan Tengah 3 kasus, Sumatera Selatan 3 kasus, Jawa Tengah 80 kasus, DKI Jakarta 57 kasus, Banten 2 kasus, Jawa Barat 1 kasus dan Jawa Timur 10 kasus," ungkapnya.
Maksum melanjutkan hal yang mengkhawatirkan dari itu semua yakni varian Delta lebih mudah menyerang anak dan remaja. Kasus infeksi COVID-19 pada anak-anak di Indonesia dilaporkan tertinggi di dunia. Â Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan bahwa kasus COVID-19 pada anak usia 0-18 tahun mencapai 12,5 persen. Sementara, tingkat kematian pada anak dan remaja juga meningkat mencapai 3-5 persen.
Dosen Farmasi Universitas Esa Unggul ini  menerangkan Adapun kecepatan penularannya, berdasarkan berbagai hasil penelitian disebutkan jika di suatu kawasan tidak ada program pembatasan mobilitas, atau tingkat cakupan vaksinasinya masih rendah, maka angka reproduksi varian (R0) varian Delta bisa mencapai angka 7.
"Artinya untuk setiap satu orang yang terinfeksi, mereka dapat menularkan pada 7 orang lainnya. Sebaliknya, strain asli virus penyebab COVID-19 memiliki R0 sekitar 3, dan varian Alpha antara 4-5. Oleh sebab itulah varian Delta 60 persen lebih menular daripada varian Alpha," terangnya.
Dirinya pun mengatakan untuk menangkal merebaknya beragai jenis varian penting bagi kita untuk tetap konsisten dalam mentaati protokol kesehatan, terus meningkatkan imunitas tubuh kita, serta mendukung pemerintah dalam mempercepat program vaksinasi massal dan meningkatkan program 3T.