Mohon tunggu...
Esa Surya
Esa Surya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Universitas Negri Malang dengan prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apakah kesengsaraan merupakan sebuah "REZEKI"

28 Januari 2025   22:41 Diperbarui: 28 Januari 2025   22:41 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tanggal 13 januari 2025, tepatnya pada hari senin pagi. ada sebuah tragedi yang sangat-sangat membuatku tersadar dan berpikir tentang apa itu ikhlas? dan apa itu rezeki?. dan tragedi itu adalah tragedi handphone ku terjatuh lalu aku mencoba untuk menemukannya namun sampai hari ini aku pun belum bisa menemukannya. handphone yang penuh kenangan dan juga data-data yang sangat penting itu menghilang begitu saja. aku sudah mencoba untuk melakukan semua yang terbaik untuk menemukan handphone ku namun nyatanya semuanya nihil dan hanya ada tuntutan untuk ikhlas di hadapkan ku.

Tapi setelah kejadian itu aku mencoba untuk menenangkan diriku dengan cara menghindari peralatan elektronik mau itu HP, TV DLL selama 1 minggu. Akupun mencoba untuk menuliskan sesuatu pada buku journal ku sehingga aku merasakan sesuatu kekuatan yang sangat-sangat bermanfaat bagiku yaitu tentang kekuatan kefokusan , pentingnya membaca, serta pentingnya berdiskusi dengan diri sendiri dengan mempertimbangkank faktor-faktor eksternal dll.

Tanggal 19 januari 2025, tepatnya pada rabu sore aku mencoba untuk membantu ibuku berbelanja di sebuah pasar di bali tepatnya pasar badung. di tempat itu aku berkeliling dan aku menemukan suatu fenomena yang membuatku bepikir keras dan fenomena itu adalah dua orang yang sedang melakukan usaha dagang yaitu penjual sayur, sebut saja mereka adalah pedagang A dan pedagang B. aku pun memperhatikan mereka sejenak sembari berpikir bahwa apa yang membedakan dua pedagang ini karna dua pedagang ini mempunyai sesuatu yang menurutku menarik yaitu pedagang A melakukan usahanya dengan menggunakan mobil sedangkan pedagang B hanya menggunakan keranjang. aku pun berfikir sembari bertanya-tanya "apa yang membedakan dua orang ini?".

Setelah hari itu aku pun mencoba untuk mengamati mereka dengan cara selalu ikut ibuku untuk kepasar. Bukti yang ku temukan pada saat pengamatan sangatlah membuatku terheran karena dari barang hingga cara mereka menjual pun sama. aku pun mencoba untuk memberanikan diri untuk bertanya dari mana mereka mengambil barang-barang ini dan benar! mereka mengambilnya di daerah bangli di tempat yang sama.

Selama pengamatan aku pun mencoba untuk berdiskusi dengan orang-orang yang dekat denganku seperti ibuku, pacar dan teman-teman. Namun ada sebuah pernyataan dari ibuku yang membuatku berpikir. Aku pun mencoba untuk bertanya "apa ya bun yang bisa bedain dagang sayur itu nda?" ibuku pun menjawab "mungkin anak e banyak, makannya tanggungannya banyak". statement ini membuatku berpikir sangat keras bahkan aku menyimpulkan bahwa anak adalah faktornya, namun ada satu pikiran di otak ku yang mengatakan "jangan menyimpulkan itu sendiri" karena takut akan sesat dan tumpulnya kesimpulanku aku pun mencoba untuk berdiskusi dengan orang-orang terdekatku. Di sebuah diskusi panjang ada satu statement yang membuatku bertanya-tanya lagi yaitu adalah "Banyak anak Banyak rezeki" kurasa statement ini sangat bertabrakan dengan apa yang ku coba simpulkan tadi. aku pun bertanya "Apakah anak bisa membawakan rezeki? tapi bagaimana jika anak itu malah membuat orang tuanya jatuh kedalam kesengsaraan?". Pertanyaan ku ternyata semakin mengendap di pikiran ku sehingga aku pun mencoba untuk mencari sebuah artikel tentang biaya menghidupi anak dan aku menemukan sesuatu yang mengejutkan ku hari itu bahwa biaya anak mencapai 142 juta https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190616081110-33-78605/wow-seluruh-biaya-sekolah-anak-saat-ini-sentuh-rp-142-juta. Hal ini makin memperkuat Kesimpulan ku bahwa memang mempunyai anak lebih bisa membuat menyengsarakan kehidupan keluarga itu sendiri namun pikiran untuk tidak menyimpulkan sendiri itu muncul sehingga aku mulai untuk meragukan statement ini.

Lalu hari itu aku pun mencoba mencari teman diskusi perkara hal ini. Semua ini ku coba untuk menanyakan ini kepadanya dan jawaban yang dia keluarkan pun sangat-sangat membuatku berpikir dan bingung lagi. Dia berkata bahwa "jika seorang anak bisa menjadi sebuah kesengsaraan bagi keluarga mungkin itu adalah sebuah rezeki itu, karna rezeki bukanlah hanya tentang kebahagian mungkin, jawabannya tidak sesederhana itu. Namun, satu hal yang pasti setiap pengalaman, baik atau buruk, memiliki makna dan pelajaran yang bisa membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik" pernyataan ini pun membuatku tersadarkan tentang apa itu rezeki.

Dari perjalanan pemikiran ini, aku menyadari bahwa konsep rezeki dan kesengsaraan tidaklah hitam-putih. Kesengsaraan yang dialami, seperti kehilangan handphone atau beban biaya pendidikan anak, bisa menjadi pelajaran berharga yang mengajarkan kita untuk lebih ikhlas dan bersyukur. Mungkin, rezeki tidak selalu terlihat dalam bentuk kebahagiaan atau kemudahan, tapi juga bisa datang dalam bentuk tantangan yang mengasah karakter dan ketahanan kita.

Setiap anak membawa harapan dan tanggung jawab, dan meskipun biaya yang terkait dengan pendidikan dan pengasuhan bisa sangat besar, pengalaman yang kita peroleh dari perjalanan itu juga tak ternilai. Dalam setiap kesulitan, ada potensi untuk tumbuh dan belajar.

Dengan demikian, kita perlu menjadikan setiap pengalaman baik maupun buruk sebagai bagian dari perjalanan hidup yang memperkaya jiwa. Mari kita terus berdiskusi dan merenungkan apa arti rezeki dalam hidup kita, sehingga kita bisa menghadapinya dengan bijak dan penuh rasa syukur. Kesengsaraan mungkin bukan akhir dari segalanya, melainkan langkah menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan rezeki.

Special thanks to azila faradina Ramadani, ahmad azrul hikam, Farhan nur Islami, daffi ahmad muzani dan teman-teman diskusi yang tidak bisa saya sebutkan nama-namanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun