Media Sosial, dunia virtual yang penuh dengan "huru-hara" dan jutaan warna. Bagaikan pedang bermata dua, selain mempunyai berbagai manfaat, Media Sosial juga menyimpan berbagai hal yang berbahaya di dalamnya.
Siapa dari kita yang tidak menggunakan Media Sosial?! Pastinya, hampir semua dari kita kaum Gen-Z dan seluruh lapisan masyarakat dari semua kalangan di dunia sudah tak asing dengan Media Sosial dan bahkan tlah menjadi "asupan" sehari-hari. Perbedaan Jarak, Ruang, dan Waktu seolah semakin samar dan tak lagi menjadi halangan. Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan di Media sosial seperti Informasi, Pendidikan, Hiburan dan masih banyak lagi. Selain menjadi kemajuan, kemunculan media sosial juga membuat pola perilaku masyarakat di Indonesia mengalami pergeseran, yaitu pergeseran budaya, etika, dan norma yang ada, tidak terkecuali yaitu efek negatif yang ditimbulkan oleh Media Sosial berupa kebebasan berpendapat dan berbicara yang "terlalu bebas" hingga tanpa sadar pada waktunya nanti kita beresiko untuk Terjegal, Jejak Digital.
Pengguna Media Sosial terkadang tidak menyadari bahwa setiap aktivitas virtual meninggalkan jejak digital yang tidak dapat dihapus. Hal tersebut berimplikasi pada keberadaan internet yang diibaratkan sebagai pisau bermata dua yang sewaktu-waktu dapat menjadi bumerang bagi penggunanya jika tidak digunakan dengan bijak. Beberapa contoh dampak negatif yang ditimbulkan ketika individu tidak menggunakannya dengan bijak antara lain kecanduan gadget yang melebihi batas toleransi, perilaku anti sosial, konsumerisme dan hedonisme, perilaku cyberbullying hingga penyebaran hoax dan ujaran kebencian.
Jejak digital adalah kumpulan informasi yang ditinggalkan seseorang saat menggunakan perangkat digital, seperti internet, media sosial, dan aplikasi. Jejak ini bisa berupa data pribadi, foto, lokasi, riwayat pencarian, komentar, hingga transaksi online. Ada dua jenis Jejak Digital, yaitu:
1. Jejak Digital Aktif
Jejak digital aktif adalah jejak digital yang sengaja dibagikan oleh pengguna. Misalnya, mengunggah postingan di media sosial dan berinteraksi dengan pengguna lain melalui komentar atau pesan pribadi. Selain di media sosial, aktivitas lain yang menghasilkan jejak digital aktif yakni menulis ulasan produk, mengisi komentar pada sebuah blog, atau mengisi formulir online.
2. Jejak Digital Pasif
Jejak digital pasif adalah informasi yang dikumpulkan tanpa disadari, misalnya data lokasi atau kebiasaan browsing yang dipantau oleh cookies. Jejak Digital ini, dikumpulkan tanpa sepengetahuan pengguna saat mereka berselancar di internet. Contohnya, ketika kamu mengunjungi sebuah situs web yang tanpa disadari mengumpulkan informasi seperti alamat IP dan aktivitas online kamu, yang kemudian digunakan untuk tujuan periklanan digital.
Beberapa Dampak Negatif yang ditimbulkan oleh Jejak Digital ini antara lain seperti:
- Kebocoran Data dan Keamanan: Data pribadi bisa dicuri dan disalahgunakan, seperti untuk penipuan.
- Profiling dan Pelanggaran Privasi: Jejak digital digunakan untuk membangun profil pribadi tanpa izin pengguna.
- Cyberbullying: Jejak digital dalam bentuk komentar negatif dapat memicu perundungan online.
- Dampak Jangka Panjang: Postingan negatif di masa lalu dapat memengaruhi reputasi di masa depan, terutama dalam pekerjaan atau bisnis.
Nah, yang paling kita soroti saat ini, yaitu Jejak Digital Aktif. Kenapa?! karena Jejak Digital ini, adalah yang paling banyak menimbulkan dampak negatif untuk orang yang menulis, maupun orang yang membaca/melihatnya di Internet/media sosial.
"Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai", "Mulutmu harimaumu" yang saat ini telah bergeser menjadi "Jarimu dan cuitanmu adalah harimaumu" seolah menjadi cerminan, bagaimana kondisi media sosial hari ini yang berhubungan dengan dampak Jejak Digital Aktif saat ini, segala yang kita tulis, segala yang kita sebarkan, baik atau buruknya seolah menjadi bumerang untuk kita di masa depan.
Tlah banyak contoh bagaimana Jejak Digital, berdampak buruk untuk privasi dan kehidupan kita, bahkan sampai diberi "hadiah" berupa hukuman pidana untuk orang yang sembarangan bercuit di media sosial. Beberapa contoh dampak buruk Jejak Digital seperti kehilangan privasi, reputasi yang menjadi buruk, kehilangan pekerjaan, dan bahkan sampai dijebloskan ke jeruji besi, dan masih banyak lagi dampak negatif yang menjadi konsekuensinya.
Salah satu contoh kasus baru-baru ini, yaitu akun anonim dengan nama "Fufufafa" baru-baru ini menghebohkan dunia digital di Indonesia, terutama karena unggahan-unggahannya dianggap menghina tokoh politik dan memicu perdebatan tentang etika serta literasi digital. Akun ini aktif di forum Kaskus dan diduga kuat terkait dengan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi. Sejumlah warganet mengumpulkan jejak digital akun tersebut, termasuk unggahan-unggahan lama yang menunjukkan indikasi bahwa akun itu dimiliki oleh Gibran. Dalam hal ini, akun Fufufafa ditemukan menulis narasi-narasi yang menyudutkan Pak Prabowo. Salah satunya: “Istri cerai, Anak homo, Trus mau lebaran sama siapa,” dan masih banyak lagi cuitan-cuitan yang berkonotasi negatif lainnya.
Kasus Fufufafa ini menggambarkan bagaimana jejak digital yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak negatif pada reputasi individu dan memperburuk polarisasi sosial-politik. Hal ini menekankan pentingnya literasi digital dan kesadaran akan konsekuensi dari setiap aktivitas online.
Dan masih banyak lagi contoh kasus Jejak Digital lainnya, yang membuat yang bersangkutan Hidupnya "Terjegal" oleh cuitan dan ketikannya di masa lalu.
Lalu, bagaimana cara kita menghindari dampak buruk Jejak Digital?
1. Selalu bijak bermedia sosial, selalu berpikir sebelum memposting dan hindari "nafsu" bercuit/berkomentar yang beresiko;
2. Periksa Jejak Digital secara berkala di search engine seperti google dan media sosial terkait nama kita dan hapus konten lama yang berpotensi untuk merusak reputasi kita sendiri;
3. Kelola pengaturan privasi dengan baik dan bijak dengan membatasi akun-akun yang tidak dikenal;
4. Manfaatkan Literasi Digital dan Edukasi Diri untuk mempelajari keamanan dan etika digital akan membantu Anda menghindari kesalahan di masa depan, dan selalu tanamkan bahwa nggahan di media sosial tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga dapat memengaruhi orang lain dan menciptakan persepsi publik.
Jejak digital memiliki manfaat sekaligus risiko bagi pengguna. Oleh karena itu, penting untuk mengelola jejak digital dengan bijak agar terhindar dari ancaman privasi dan masalah di masa depan. Dengan kesadaran dan tindakan pencegahan, kita sebagai kaum muda, bisa memanfaatkan teknologi dengan lebih aman dan bertanggung jawab.
Penulis :
- Esa Rezki Habibillah
- Gunawan Rico Wibisono
Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H