Mohon tunggu...
Esa Rezki Habibillah
Esa Rezki Habibillah Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa

Saya adalah seorang Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, sekaligus Desainer di perusahaan alat olahraga khususnya bola basket, sepak, volley dan lain lain. Saya sangat senang belajar hal-hal baru dan semakin meningkatkan kemampuan yang sudah ada, melakukan yang terbaik dan berusaha untuk bisa bermanfaat untuk orang orang disekitar saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Acara TV Anak Semakin Jarang VS Acara TV Sampah yang Semakin Meradang

13 Oktober 2023   01:15 Diperbarui: 13 Oktober 2023   10:11 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perbandingan acara TV dulu dan sekarang. (Ilustrasi Pribadi)

Masa anak-anak merupakan masa yang menyenangkan. Karena masa anak-anak adalah masa transisi dimana masa anak-anak adalah fase bermain sambil belajar. Ketika melihat anak-anak bermain, rasanya bahagia sekali bukan? Mengingat kita yang dulu masih menjadi anak-anak yang begitu bebas, tidak ada beban dan selalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

Tidak bisa dipungkiri, masa kecil atau kanak-kanak memang sangat sulit dilupakan, begitu pula tontonan atau acara yang sering kita tonton dahulu, seperti film kartun, acara anak, lagu anak, dan masih banyak lagi. Apa kalian masih ingat, apa saja acara dan tontonan yang menjadi acara favorit kalian dahulu? Sampai kita sering lupa waktu tiap menonton acara favorit kita, apalagi disaat Minggu pagi, dimana hari libur merupakan "surganya acara anak" dari pagi hari hingga menjelang sore.

Dahulu saat masa kanak-kanak,  bagi generasi yang lahir pada tahun 1990-2000an, dan generasi-generasi sebelumnya, hari minggu merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu karena adanya berbagai tayangan untuk anak-anak, sebut saja acara kartun seperti Digimon, Hamtaro, Sailormoon, Shinchan, Captain Tsubasa, dan masih banyak lagi, dan juga acara lain seperti Ultraman, Power Rangers, Kamen Rider, dan yang lainnya. Dan tidak hanya acara kartun, tetapi juga banyaknya lagu anak-anak yang sangat populer dan mendominasi panggung musik tanah air. Sejumlah penyanyi cilik pun menjadi idola yang sangat digandrungi. Sebut saja Tasya Kamila, Joshua Suherman, Tina Toon, Dea Imut, Sherina, dan masih banyak lagi. 

Beberapa judul di atas ditayangkan pada stasiun TV yang berbeda-beda dan di jadwal yang berbeda juga sehingga anak-anak bisa menyaksikannya secara berurutan. Kegalauan terbesar baru terjadi saat ada dua judul favorit yang tayang di jam sama, apalagi di episode itu ada cerita krusial yang sudah kita tunggu-tunggu selama seminggu lamanya. Hampir seluruh stasiun televisi Indonesia selalu berlomba-lomba untuk menayangkan kartun-kartun terbaik dan acara anak lainnya.

Namun saat ini, semuanya berubah, sudah jarang kita lihat acara anak di layar kaca kita, bahkan di hari Minggu pun kita disuguhkan acara-acara yang tidak mendidik bahkan banyak acara yang hanya menjual gimmick dan hal-hal yang tidak pantas dan tidak berkulitas, dan bahkan bisa disebut acara sampah. Pertanyaan terbesarnya adalah, mengapa hal ini bisa terjadi? Kemana perginya acara-acara berkualitas dan memorable itu? Mengapa seolah mereka hilang ditelan bumi begitu saja? Jawabannya adalah dikarenakan stasiun televisi sekarang, hanya mengincar rating semata, tanpa memperhatikan kualitas dan unsur edukasi di dalam tayangan yang disiarkan.

Sejumlah stasiun TV saat ini lebih suka menayangkan program talkshow, realityshow, sinetron, acara musik, dan acara-acara yang tidak berkualitas lainnya. Padahal seperti diketahui, acara-acara tersebut sangat tidak layak untuk ditonton anak-anak, apalagi diluar jam tidur anak-anak bahkan beberapa sinetron dan acara sampah ditayangkan di Minggu pagi yang notabenenya banyak anak-anak yang akan menontonnya. 

Parahnya, acara-acara tersebut mengajarkan banyak hal yang tidak seharusnya ditonton anak-anak, seperti konten dewasa, bahasa kasar, percintaan, perselingkuhan, aib, masalah rumah tangga, dan bahkan guyonan yang penuh kontroversial. Tak jarang program-program tersebut ditegur oleh KPI, karena dilaporkan oleh pemirsa dengan berbagai laporan. Namun tetap saja, mereka mengulangi kesalahan serupa lagi dan lagi, seakan tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Lalu apa tindakan KPI? Sekedar melepas surat peringatan lagi dan lagi.

Perubahan yang drastik ini sangat dirasakan oleh generasi-generasi sebelum kita, yaitu para orang tua dan kakak-kakak yang lebih tua dari kita, seperti contoh yang dikatakan oleh Bapak Marki Soeroso, "Sekarang acara TV ga kayak dulu lagi, dulu masih banyak sekali acara-acara yang sangat mendidik dan sangat bermanfaat seperti Keluarga Cemara, dan acara anak seperti Saint Saiya dan Satria Baja Hitam, sekarang TV isinya sinetron yang tidak jelas", dan dari generasi 90 an seperti yang disampaikan oleh Kak Denny, "Dulu kalau udah di rumah aku sering nonton stasiun TV yang namanya Spacetoon, disana mulai dari pagi sampai malem acaranya kartun dan buat anak-anak semua, sedangkan sekarang, stasiun TVnya udah ngga ada, karena mungkin udah kalah dengan rating" begitu paparnya.

Lalu apa dampaknya untuk perkembangan generasi sekarang, yang telah terkontaminasi acara-acara yang sama sekali tidak berkualitas tersebut? Banyak sekali dampak buruknya, seperti meniru adegan yang ditonton seperti melakukan kekerasan, memaki, berkata kasar, menghina, dan hilangnya rasa sopan santun ke orang yang lebih tua. Melihat banyaknya dampak buruk yang ditimbulkan dari tayangan televisi yang tidak mendidik ini, maka penting bagi para orang tua untuk melakukan perhatian pada anak, dan bukan hanya orang tua, tetapi pihak stasiun televisi yang seharusnya menjadi media yang menyuguhkan acara-acara yang berkualitas, dan pihak pemerintah dan khususnya KPI yang seharusnya mengawal dan mengawasi secara ketat mana tayangan yang berkualitas dan mana yang tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun