“Koe sesuk awan eneng acara ora Jhon (Kamu besok siang ada acara enggak) ?” Teriak Yuki dari bangku berbackground papan gambar Sutan Syahrir di warung kopi Janji Jhonny, Senin (4/4) malam.
Sebuah pertanyaan yang membuat penasaran. Terlebih pertanyaan itu ia lontarkan setelah hampir 1 jam ngobrol. Sambil menyeduh kopi pesanannya, Arabika Sembalun Sajang Honey Proses. Jawaban atas pertanyaan itu terlontar untuk menggali maksud lebih dalam. Rupanya kalimat tersebut adalah ajakan untuk mengikuti aktivitas yang selama ini menjadi tumpuhan hidupnya. Di Gedung Buana Bhakti DIY, Selasa (5/4) pukul 10.00 WIB akan diadakan lelang barang.
Selama ini, telinga saya hanya kenyang dengan mendengar cerita tentang lelang-melelang. Berkali-kali ia bercerita pengalaman lelang yang telah diikutinya. Otak saya hanya bisa merekonstruksi kejadian tersebut dengan segudang kisah yang pernah ia ceritakan di warung mungil yang berada di Bantul ini. Daaaaan besok pagi kejadian itu bakal saya alami sendiri. Waoow....bakal menjadi pengalaman hidup yang menarik besok.
Langka dan Sebuah Kelompok
....Masih berselimut kantuk dengan suhu badan di atas normal. Robusta Manggarai rupanya mampu memberikan efek lebih dari harapan untuk badan saya. Sesuai janjian semalam, pagi itu saya langsung datang di kontrakannya di daerah Kersen.
Pukul 9 lebih sedikit Binter 200 cc dengan suara yang menderu tiba. Kami pun berangkat menuju gedung di kompleks Stadion Amongrogo dengan kendaraaan masing masing. Sebuah kejadian konyol terjadi saat kami berangkat. Suara garang mesin buatan Jepang tiba-tiba terhenti di tengah jalan, sekitar 2 km dari kontrakan. Rupanya kendaraan tersebut haus dan si empunya lupa untuk mengisi bensin.
Hanya sekitar 5 menit setelah kami tiba, para petugas Satpol PP yang berjaga di Gedung Buana Bhakti berteriak memanggil para peserta lelang. Ramai betul suasana gedung hari itu. Kurang lebih 100 orang mengisi gedung beratap ukiran kayu nan megah. Gedung yang biasanya sering dipakai untuk kondangan, berubah menjadi tempat pelelangan kendaraan dinas. Barisan kursi lipat berbaris teater siap untuk memangku pantat para pelelang.
Lelang pagi kemarin terbagi menjadi dua sesi. Pertama adalah sesi lelang untuk kendaraan roda empat dan kedua adalah kendaraan roda dua. Sebanyak 30 kendaraan operasional Pemerintah Kota Yogya ditawarkan kepada para pemburu barang murah. Mulai dari ambulans, pick up, hingga truk dengan spesifikasi khusus dilelang hari itu.
“Kamu beruntung bisa ikut lelang seperti ini, karena ini langka dan 6 bulan lagi belum tentu ada,”kata Yuki.
Menurut Yuki, dulu open bidding memang kerap terjadi. Namun semua berubah seiring pperkembangan jaman. Kemajuan teknologi rupanya membawa dampak, salah satunya pergeseran sistem lelang menjadi online. Apabila terjadi tatap muka pun biasanya yang dilakukan dengan closed bidding. Cukup memasukan harga ke dalam amplop dan nanti saat pengumuman baru disampaikan siapa yang menang,
Lelang Open bidding yang saya saksikan kemarin memberi pengetahuan sekaligus pengalaman yang unik. Tadinya saya pikir akan banyak terjadi pertarungan harga antara para pemain. Tetapi yang terjadi di lapangan berbeda dari imaji seperti melihat lelang di film Mouse Hunt. Rupanya mereka punya tradisi tersendiri yaitu rembug. Sehingga banyak kendaraan yang bisa dikondisikan harganya. Mungkin para guru bisa belajar dari para pelelang tentang musyawarah dalam hal kehidupan. Bagi saya apa yang terjadi kemarin memberi pelajaran yang berarti, punya uang tidak berarti serakah, begitulah kiranya.