Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Secangkir KafeinISME #3 Melawan Keterbatasan

28 September 2015   21:58 Diperbarui: 28 September 2015   21:58 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti malam kemarin,  malam jumat kemarin suara radio rnw yang selalu menemani berjualan terdengar lebih lantang berbunyi. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam lewat sedikit. Toples warna merah tempat menaruh uang penghasilan warung juga belum ramai dengan tokoh pahlawan Indonesia. Yahh alhamdulillah meski sedikit namun sudah bisa membuat tersenyum. Jalanan depan rumah juga sesekali terdengar suara knalpot motor yang  berlari kencang. Entah apa yang membawanya kemari, tiba-tiba saja seorang teman datang ke warung -JanjiJhonny-. Namanya Mas Ari. Orangnya kecil dengan wajah yang bulat serta rambut yang selalu pendek.

...Huahahahaha, seko ngendi mas? Kok iso mampir mrene? Dialog  pembuka kamis malam kemarin...kalimat pembuka obrolan malam itu.

Tentu saja menjadi hal yang perlu saya herankan, sebab beberapa waktu lalu ketika saya datang ke rumah untuk main, hanya “besok kapan-kapan mau mampir” yang terucap. Seorang penggila musik cadas yang kurang begitu suka dengan kopi. Padahal jika ia bisa menikmati kopi maka sempurnalah ia dengan aliran musik kesukaannya.

Vanilla coffee latte dengan topping art cokelat yang bertuliskan inisial nama usahanya Soul Legion (SL), saya buatkan khusus untuknya. Belum juga saya sempat membuat secangkir kopi untuk menemaninya mengobrol, datang teman saya berdua ke warung. Yang satu bernama Sony dan satunya lagi Mas Kethip sapaan akrab di kampung saya. Eaaaa...akhirnya ada reuni kecil antara Mas Kethip dengan Mas Ari. Dulunya mereka adalah teman semasa SMP, yang membuatkan dua gelas Teh Legomoro yang selalu menjadi favorit disini. 

Lucu kalau dipikir, padahal menu utama disini adalah kopi namun kadang minuman berbahan baku utama teh dan susu justru lebih menjadi pilihan. Paling tidak ada sebuah jembatan bagi masyarakat Bantul yang belum begitu akrab dengan minuman dari kopi biji untuk mengenalkannya melalui minuman lain.

.....................

Melawan Keterbatasan

....Mau sakjane meh ngajak temen yang satu mas, tapi tadi habis dari jogja ke tempat temen terus mampir kesini. Sekalian main ketempatmu mas Jhonny...

Sebuah keinginan besar saya ingin mengetahui perjalanan Mas Ari ini dengan usaha sablon kaosnya terpenuhi malam itu. Jujur saja ketika datang pertama kali di rumahnya di Desa Sumber Batikan Bantul, ada sebuah cerita menarik nih yang bisa dibagi lewat “Secangkir KafeinISME”. Dugaan saya benar malam kemarin sedikit demi sedikit kisah hidupnya dengan Soul Legion Cloth miliknya berhasil saya korek.

Berawal dari sekolahnya di sekolah kejuruan, yang di Jogja Sekolah Musik Seni Rupa sudah memiliki nama besar. Suatu ketika ia magang pada sebuah perusahaan sablon baju. Berbekal ilmu tersebutlah ia coba membuat sendiri usaha sablon di rumahnya.  Awalnya ia membuat produk untuk dirinya sendiri. Kaos polos ia sablon sesuai ide dan imajinasinya. Hingga kemudian ada seorang teman SMP yang tertarik dengan hasil karyanya. Sebuah ide untuk joinan usaha pun dimulai. Yang bikin menarik adalah mereka berdua mengawali usaha tanpa memasukkan dana awal. Hanya modal marketing conthong (marketing mulut) yang mereka jalankan. Hasil keuntungan dari penjualan sepakat mereka bagi dua dengan tetap menyisihkan sebagian rupiah untuk pengembangan alat.

 Jeli membaca peluang, itu yang akhirnya menjadi order pertamanya. Waktu itu ada fenomena di Bantul, dimana anak sekolah membuat kaos bertuliskan nama sekolahnya. Di samping peluang ada permasalahan juga. Salah satunya adalah jika menggunakan nama sekolah kemudian mereka bikin dan ditawarkan ke anak-anak sekolah, bisa jadi mereka akan terkena denda royalti . Namun ia juga berpikir jika dari  anak sekolah tersebut yang bikin sendiri kaos sekolahnya, tentu Mas Ari tidak perlu membayar royalti. Sebab kebanggaan semua siswa di dunai ini adalah ketika bisa membuat kaos dengan tulisan nama sekolahnya. Jika sewaktu-waktu ditanya oleh guru kenapa kok bikin kaos tersebut jawaban anak tersebut pasti “bangga”. Maka tutup sudah permasalahannya. Rejeki? Akhirnya berpihak padanya. Pelan-pelan order mulai berdatangan, entah itu kaos untuk olahraga anak sekolah, kaos merchandise anak band dan  masih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun