Semarang (08/09/2020) - KKN merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan sebagai salah satu wujud dari caturdharma perguruan tinggi. Oleh karena itu, percepatan penanggulangan Covid-19 sangat strategis jika dilakukan melalui kegiatan KKN Tematik. Memacu mahasiswa untuk memberikan kontribusi konkrit dalam penanganan Covid-19. Implementasi kebijakan PRA kampus merdeka, belajar merdeka, serta kampus mengajar.
Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Covid-19, Literasi & Numerasi yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti ini berlangsung dari tanggal 17 Agustus - 17 September 2020. Kegiatan KKN-T ini merupakan aktualisasi kolaborasi Ditjen Dikti Kemendikbud bersama Badan Penanggulangan Bencana (BNBP), Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Rektor Perguruan Tinggi, dan Pemangku kepentingan terkait (hingga tingkat daerah).
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Ellynsia Salwa Fawwaziara salah satu pelaksana KKNT Covid-19 UPGRIS melaksanakan KKN di Kelurahan Karangtempel, Semarang Timur, Jawa Tengah. Program yang dilaksanakan adalah pelatihan Hidroponik sebagai solusi ketahanan pangan di masa pandemi. Ketahanan pangan menjadi salah satu target pemerintah untuk menjaga stabilitas ketersediaan pangan di saat pandemi ini. Pelatihan ini dilakukan secara bertahap yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 3 setiap hari Minggu pada pagi hari pukul 08.00 dan 09.00 yang bertempat di Balai RT di RT 05 RW 03 Kelurahan Karangtempel, Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Mahasiswi KKNT yang dibimbing oleh Ira Setiawati, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing Lapangan memperkenalkan "Kebun Sayur Keluarga" secara hidroponik dengan memanfaatkan botol bekas kepada ibu-ibu rumah tangga. Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemberian nutrisi. Sistem hidroponik ada bermacam-macam, ada Sistem wick atau sistem sumbu, NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique), dll. Untuk pelatihan ini menggunakan sistem wick/sumbu, sumbu yang digunakan berasal dari kain flanel serta memanfaatkan botol bekas sebagai instalasinya, sehingga tidak memerlukan lahan yang luas untuk pelaksanaannya.
Langkah pertama untuk penyemaian benih sayur yaitu menyiapkan benih sayuran, nampan, media tanam rockwool, cutter, air, penggaris. Lalu memilih benih dengan merendam kedalam air bersih yang fungsinya untuk mendapatkan benih yang bagus. Kemudian Potong rockwool sesuai ukuran dan dibasahi dengan air sampai merata. Selanjutnya setiap potongan rockwool dilubangi satu per-satu, jika sudah memasukkan benih yang sudah direndam ke dalam lubang rockwool dan tutup dengan plastik hitam. Tempatkan benih yang disemai ditempat yang teduh dan amati hingga 2-3 hari sampai benih sprout/pecah baru tanaman dikenakan cahaya matahari. Untuk penyiraman selama masa penyemaian usahakan rockwool selalu dalam kondisi lembab, cukup dengan menyemprotkan air pada media tanam.
Langkah kedua yaitu pembuatan nutrisi dan pemindahan bibit sayur yang berusia 1 minggu ke instalasi botol bekas. Nutrisi yang digunakan untuk bibit sayur yaitu AB Mix, merupakan nutrisi yang sering digunakan untuk budidaya hidroponik. Nutrisi AB Mix perlu dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan ke tumbuhan. Karena benih yang digunakan yaitu caisim maka untuk takaran kebutuhan nutrisi caisim yaitu 5 ml nutrisi A : 5 ml nutrisi B : 1 Liter air. Takaran tersebut merupakan takaran untuk sayur daun pada umumnya, untuk takaran pakcoy atau selada sudah berbeda lagi. Apabila sudah melarutkan nutrisi AB Mix, selanjutnya yaitu memindahkan bibit yang semula di nampan kemudian dipindahkan kedalam netpot dan botol bekas. Kemudian merawat sayuran dengan menambahkan larutan nutrisi apabila sudah menyusut dan selalu basahi rockwool apabila mulai mengering.
Teknik hidroponik ini diperkenalkan oleh mahasiswa KKNT kepada warga, selain sebagai solusi ketahanan pangan tujuannya yaitu hidroponik ini dapat kembali menghidupkan ekonomi masyarakat yang cukup terhambat akibat pendemi. Hasil panen hidroponik dapat dijual ke pasar dan tentunya hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat selama di rumah.
Di akhir pelatihan pembenihan, mahasiswa KKNT melakukan penyerahan benih sayuran, rockwool, dan netpot kepada warga yang mengikuti pelatihan, pelaksanaan hidroponik nantinya akan tetap dipantau dan dibina oleh mahasiswa. “Melalui kegiatan pelatihan hidroponik ini, saya mengetahui bagaimana memanfaatkan lahan yang sempit agar tetap produktif. Hal ini tentunya sangat bermanfaat untuk saya agar bisa tetap produktif meskipun hanya di rumah saja” ucap Yus salah seorang warga yang menjadi peserta pelatihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H