Mohon tunggu...
Esa Lauhmahfudz
Esa Lauhmahfudz Mohon Tunggu... -

Karena aku pelupa, makanya aku menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Motivasi Diri II - Regards, Esa Lauhmahfudz

11 Maret 2014   05:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:04 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup sesungguhnya memang akan dipenuhi dengan rasa kecewa. Iya, rasa kecewa itulah yang membuat kita sadar, bahwa kita masih hidup. Secara empiris, orang yang pernah dikecewakan biasanya akan lebih bisa menghargai hidup daripada yang tidak pernah, dikecewakan.



“Saya kecewa sama orang-orang disekeliling saya. Kecewa.”, ucap seorang adik tingkat kepada saya sore ini, di kampus.

Kecewa? Ah, itu wajar. Saya juga pernah kecewa kok. Orang-orang di luar sana mungkin juga, hanya saja mereka pandai bersyukur. Atau mungkin lebih pandai bertahan diam dan menikmati kekecewaan. Atau mungkin terlalu terbiasa akan hal itu? Ah sudah lah, jangan mengira-ngira.

Kecewa? Iya. Saya kecewa :)

Kecewa kepada para pemimpin bangsa ini. Apalagi menjelang hajatan akbar 5 tahunan pada bulan april 2014 nanti, para calon presiden saling menyibukkan diri bersama partainya, berlomba-lomba menarik hati rakyat untuk dapat memilihnya. Tapi apa setelah itu? Setelah terpilih, mereka malah kemudian pura-pura menderita penyakit buta, tuli dan amnesia.

Iya, tidak mau melihat, mendengar dan lupa pada janji mereka untuk rakyat.

Sepertinya manusia memang diciptakan untuk bersalah, itulah sebabnya Tuhan maha pengampun.

Ada beberapa kisah yang membuat anak manusia harus menarik napas panjang. Memaksa laju darahnya yang tiba-tiba berhenti untuk kembali mengalir. Memenuhi pikiran dan hatinya. Tapi ia tak paham, mengapa sebenarnya. Saya?

Memang sangat misterius. Lebih misterius dari labirin alam yang pernah mengunci pendaki-pendaki Mahameru, mungkin juga tak kalah rahasianya dibanding mengapa Tanah Toraja mampu menarik berbagai hal kepadanya dan lebih tak bisa dimengerti dari pesona kerandoman yang kadang membawa saya pada tempat-tempat yang melahirkan senyum.

Ya, jauh lebih sangat misterius.

Pada tempat dimana kesendirian berada, akan menjadi tempat yang paling terkenang. Tempat dimana hati berbicara dengan begitu baik kepada akal, begitupun sebaliknya. Dimana panca indera berada pada kondisi benar-benar perasa. Itulah tempat dimana dimensi ruang dan waktu bertemu pada satu persekutuan untuk mengubah diri.

Pernah suatu hari saya mengikuti sebuah seminar yang diadakan oleh Himpunan salah satu jurusan di kampus. Ada yang menarik perhatian saya ketika itu, dimana salah satu pembicara mengatakan bahwa “Menjadi kuat bukanlah karena otot yang besar ataupun kekuasaan yang absolute, tapi orang yang dapat mengikuti arus dan menaklukannya”.

Saya menarik kesimpulan dari kutipan pembicara, bahwa kita adalah pencipta karakter kita sendiri, pembentuk kehidupan kita dan penulis lingkungan kita sendiri. Namun kebanyakan dari kita ketika ingin memperbaiki keadaan, hanya sampai pada fase kegelisahan saja, tak mau memperbaiki diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita tetap terbelenggu.

Sebenarnya, untuk memerdekakan diri bukan hanya sampai keinginan dan doa saja tetapi harus sampai pada taraf usaha yang sungguh-sungguh.

Dunia adalah kaleidoskop kita, dan segala keanekaragaman warna yang tersedia di hadapan kita pada setiap saat adalah gambar-gambar pikiran kita yang selalu bergerak yang diatur secara elok.

Karena kita adalah apa yang kita sedang pikirkan, dimasa depan.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk kita. Kita yang begitu mirip dengan cara yang berbeda. Berbeda karena kita sering kali berbeda pendapat. Perbedaan pendapat yang harusnya menyadarkan kita, bahwa kita harusnya saling menemani, bahwa kita harusnya saling bersama.

Aku ingin mencintaimu seperti Mamah ku, ketika kecil dulu mengajariku untuk mampu berjalan. Yang tulus dan tak pernah meminta balasan apapun, sederhana. Yang hanya meminta untuk didampingi. Itu saja J

Karena aku percaya, cinta selalu membangkitkan kekuatan, bukan mengajarkan kita lemah dan tidak melemahkan semangat tapi membangkitkan semangat.

Today, I just remember about your face, your laugh, your smell, your kindness and everything about you. I gotta learn something but I don’t know what to do because maybe, you will never come back.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun