Mohon tunggu...
Suhadi Rembang
Suhadi Rembang Mohon Tunggu... Guru Sosiologi SMA N 1 Pamotan -

aku suka kamu suka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pendidikan Media untuk Keluarga di Era Global

6 Oktober 2012   04:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:12 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Media pendidikan masa kini

Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Dahulu, untuk melahirkan manusia yang manusiawi, media pendidikan yang digunakan adalah media kultural. Mendengarkan cerita dari generasi tua menjadi pola yang berulang. Media tutur menjadi alat yang paling populer. Dengan modal berkumpul bersama, tatalaku dalam menyelesaikan masalah hidup di kemudian, diwariskan.

Namun sekarang tidak demikian. Media tutur dengan berkumpul, tak lagi populer. Esensi dari yang dituturkan tidak lagi bertatap muka antara satu dengan yang lain. Pitutur untuk hidup telah disajikan dalam sebuah alat yang namanya media maya atau apalah namanya. Alat yang digunakan diantaranya mulai dari radio, televisi, telephone, hingga internet.

Dengan alat tersebut, isi pitutur untuk menjawab hidup bukanlah dari satu sumber. Berbagai sumber dapat diakses tanpa melakukan tradisi kumpul. Dengan media maya, dunia seakan dalam genggaman pengguna media maya. Pitutur yang dahulu dalam bentuk tatap muka suara, sekarang telah diubah dalam bentuk teks, audio, video, hingga gabungan dari tiga itu. Yang terjadi kemudian adalah terjadinya ketegangan antara fungsi tradisi pitutur dengan media maya. Penghormatan terhadap sumber pitutur dari generasi tua, melemah. Generasi lebih menghormati pitutur dari dunia maya dengan ditandai membeli alat dan biaya koneksi, namun disisi lain, tradisi saling berkunjung antar keluarga jarang terlihat dewasa ini. Disinilah awal terjadinya ketegangan antara kekuatan pengetahuan lokal dengan pengetahuan global.

Pengetahuan lokal semakin ditinggalkan oleh para pengikutnya. Hal ini dikarenakan para pelaku pengetahuan lokal tidak disiapkan sebelumnya dalam menyongsong media maya. Tradisi tutur terbukti belum mampu dihidupkan kembali dalam manifestasi rupa masa kini. Pemenangnya kemudian adalah pengetahuan global yang secara kebetulan telah disiapkan dalam menyongsong media yang terbarukan ini.

Generasi tua tidak lagi mendapatkan ruang pada diri generasi berikutnya. Tampak terjadi keterisolasian antara generasi tua dan generasi muda. Pengetahuan lokal yang dimiliki generasi pendahulunya, semakin tidak berkembang. Hingga kemudian pengetahuan lokal menanti kematian ditelan zaman.

Disfungsi keluarga

Secara fisik, antara generasi muda dan generasi tua tidak ada jurang pemisah. Namun pengetahuan dan keyakinan akan sesuatu hal, sungguh terdapat jurang pemisah. Generasi muda telah asyik dengan berkenalan hal-hal baru yang sifatnya menantang. Keingintahuan generasi muda akan sesuatu hal telah tercukupkan dengan tradisi pengetahuan yang menjauhi habitat sosial asal. Kegoyahan pun tidak terelakkan pada sesuatu yang perlu dipegangteguh sebagai pewaris tahta sosial. Generasi muda semakin tidak mengenali makna dari tradisi yang dimiliki keluarga yang diturun-wariskan.

Keluarga tidak lagi menjadi lembaga terpenting dalam mengenalkan pandangan hidup kelompok dan masyarakatnya. Fungsi keluarga telah tergantikan peranannya oleh media informasi global. Keluarga hanya sebatas hubungan darah dan tanggung jawab pemenuhan kebutuhan ekonomi saja. Urusan moral, etika, hingga agama, tidak menjadi dipentingkan pada tiap-tiap anggota penghuni keluarga. Media iinformasi seakan tampil menjadi sosok orang tua bagi anak-anaknnya yang sekarang sedang aksis mengakses informasi di sana.

Informasi global

Semua masalah kehidupan secara informatif dapat dijawab dalam media informasi global. Inilah keunggulan dari media hari ini. Semua label informasi ada dalam alat tersebut. Informasi yang penting dan tidak penting, informasi positif dan negatif, hingga informasi untuk merusak hingga membangun, ada dalam media global. Selain itu juga, keunikan dari media ini dapat dikendalikan oleh penggunanya, yang penting ketentuan dan sarat dipenuhi oleh pengguna.

Diversitas informasi menjadi hal penting dalam masa depan hidup generasi muda masa kini. Namun informasi global ini miskin memiliki muatan etika, moral, hingga keyakinan. Muatan tersebut yang biasanya didapatkan dari interaksi antara generasi tua dan muda, telah dilompati. Sehingga para pengguna itu sangat miskin akan muatan kehidupan yang hakiki.

Ketegangan akan keyakinan

Bagaimana mengobati luka pada tubuh, informasi global menjadi media yang sangat tepat fungsinya sebelum dilakukan lagnkah medis berikutnya. Pengguna dapat memilih model tindakan medis apa saja ada, tergantung selera dan kekayaan yang dimilikinya. Namun menjadi masalah kemudian adalah informasi-informasi keyakinan yang sifatnya dogmatis yang jauh dari dialogis, menjadi masalah besar dikemudian hari.

Konsep tentang kesucian dan keyakinan yang fundamental, misalnya tentang agama, biasanya didapat dari pengetahuan keluarga dan pengalaman religi pada dinamika sosial. Namun hal yang dipandang suci itu akan menjadi penyulut jika media memberi kabar kesucia lainnya, hingga berujung pada tindakan anarkhis antar sesama.

Kasus munculnya pemikiran baru baik dalam bentuk tulisan, gambar, film, hingga produk-produk kepurbakalaan yang sifatnya kontroversial, tentu akan mengusik kemapanan dari tatanan keyakinan akan sesuatu yang telah mapan. Ketegangan antara temuan baru dan keyakinan yang mapan, tentu akan mengundang reaksi global.

Reaksi yang muncul pada pengguna (atau korban) dari media global kerapkali adalah tindakan yang reaksioner. Bahkan tindakan yang tidak logis dengan merusak hal-hal yang harusnya tidak dirusak, menjadi keputusan yang digemari. Tentu peristiwa yang demikian menjadi penting untuk didiskusikan. Apa sebabnya hingga terjadi demikian, mendesak untuk dtemukan jawaban.

Produk-produk media global yang berdampak pada ketegangan antara pengguna dan pemilik keyakinan, kedepan tidak dapat dielakkan. Kemajuan ilmu pengetahuan menjadi pembuka tabir akan informasi baik yang berhubungan dengan hak-hak teknis hingga keyakinan. Yang menjadi masalah besar adalah ketika suatu keyakinan akan kesucian telah ditentang oleh temuan-temuan secara ilmiah.

Pondasi keyakinan akan kesucian suatu agama yang diajarkan dengan dogma, jelas sangat berbeda dengan metode media global yang menekankan pada logika. Jika muatan akan keyakinan dan kesucian suatu agama dikemudian hari bertolakbelakang dengan temuan ilmiah yang disebarluaskan oleh media informasi global, maka yang terjadi adalah reaksi para pengguna media global yang reaksioner, yang berorientasi menyelamatkan ajaran-ajaran dogmatis dengan dalih kesucian. Perilaku yang muncul dipermukaan adalah reaksi anti kemanusiaan bagi mereka yang mencetuskan isi materi yang bertolakbelakang pada ajaran-ajaran yang bersifat dogmatikal.

Respon pengguna media informasi global akan hal-hal yang berhubungan dengan ketegangan antara keyakinan dan temuan ilmiah yang melawan isi dogma kesucian, menjadi masalah bagi semua pemangku lembaga agama yang ada. Masalahnya adalah bagaimana menyiapkan para pengguna media itu tidak terprovokasi untuk menciptakan perilaku yang anarkhis akibat dari informasi media global, namun juga mampu mengambil hal yang positif dari media informasi global untuk digunakan dalam membangun kehidupan sosial yang diidam-idamkan. Untuk itu perlu adanya rekayasa pendidikan media di era global.

Siapa yang diuntungkan

Media informasi global merupakan tanda dari perubahan masyarakat yang progresif. Tumbuh dan berkembangnya media informasi, tentu tidak lepas dari wacana kepentingan ekonomi. Transaksi nilai tukar inilah yang perlu dipikirkan, mengingat setiap lembaga ekonomi dalam rupa apa saja, selalu mengedepankan profit, bukan pengorbanan.

Siapa yang diuntungkan dalam bisnis informasi global adalah mereka yang memiliki kepentingan. Media informasi global sendiri juga tidak cukup yang hanya dipandang sebagai sarana penjual jasa informasi saja. Dalam industri informasi, media informasi juga dapat menyisipkan kepentingan-kepentingan politik dan budaya yang sungguh menjadi mesin pencetak kemakmuran yang menjanjikan. Siapa pemiliknya dan siapa saja yang menjadi relasinya, cukup mantap untuk dijadikan simpulan awal apakah pemilik media informasi global itu berniat membangun sosial atau pilihan dalam membangun pundi-pundi kekayaan individual.

Rekayasan pendidikan media

Berangkat dari kosngnya sentuhan moral, etika, dan keyakinan pada media informasi global, sekaligus kehawatiran terjadi ketegangan yang diwujudkan dalam tindakan anarkhis, perlu kemudian dilakukan rekayasa pendidikan media. Rekayasa pendidikan media merupakan suatu desain atau model yang digunakan untuk mewujudkan manfaat positif, sekaligus melemahkan ketegangan yang berujung pada tindakan anarkis kolektifisial.

Rekayasa pendidikan media merupakan suatu model alternatif untuk menghadirkan fungsi keluarga pada diri media informasi global. Menurut saya terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan sehubungan dengan pendidikan media untuk generasi masa kini, yaitu; mengunggah tradisi lisan, membumikan tradisi media, dialog untuk masalah, etika pengguna media, akses mana yang penting, ujung tombak media, dan media untuk kebenaran.

Mengunggah tradisi lisan

Kekosongan akan muatan etika, moral, hingga keyakinan spiritual yang ada pada media merupakan sepinya tradisi tutur yang dilanggengkan dengan proses bertatap muka antara generasi tua dan generasi berikutnya. Yang terjadi kemudian adalah lahirnya generasi yang kosong akan muatan-muatan etika, moral, dan keyakinan spiritual. Untuk itu, era global yang ditandai dengan bangkitnya media informasi digital ini, perlu digunakan sebagai media dalam mengunggah tradisi lisan.

Mengunggah tradisi lisan merupakan kegiatan memasukkan isi dari pitutur sosial ke dalam media informasi global. Pitutur dapat dirubah rupanya dengan bentuk teks, audio, video, hingga perpaduan dari ketiganya, namun isinya tetap sama seperti aslinya. Dengan melakukan pengunggahan isi dari pitutur yang isinya tentang moral, etika, dan keyakinan akan spiritual, maka antara generasi tua dengan generasi mudah tetap terjadi tatap rasa. Hanya saja, ruang bertemunya rasa itu dibungkus dalam ruang yang lebih efektif dan efesien.

Tentu saja tindakan dalam mengunggah tradisi lisan ke dalam media informasi global ini banyak tantangan yang akan ditemui. Kendala teknis dan nonteknis menjadi dominan ditemui. Model penggarapan yang partisipatif mungkin akan menjadi jawabannya. Mereka yang terlibat diantaranya terdapat ahli tutur, ahli moral, ahli etika, ahli keyakinan spiritual, dan tentu saja ahli media informasi global, untuk duduk bersama untuk menghasilkan suatu karya media yang apik, estetis, dan eksotik.

Membumikan tradisi media

Membaca,menulis, dan mensosialisasikan, merupakan inti dari tradisi media. Generasi mudah dapat melakukannya dengan melakukan kegiatan yang sifatnya ilmiah. Kegiatan penelitian akan menjadi pilihan karena di dalam tulisan terdapat aktivitas membaca,menulis, dan mensosialisasikan. Tradisi media ini menjadi penting dihadirkan karena dalam generasi sekarang adalah generasi yang mengalami lompatan paksa dari generasi tutur menjadi generasi penonton. Ada hal penting yang tidak dimiliki olehgenerasi saat ini, yaitu membumikan tradisi media.

Dialog untuk masalah

Kita tidak bisa serta merta menyerahkan sepenuhnya urusan informasi kepada media. Informasi akan menjadi berguna jika berinteraksi dengan mereka yang butuh akan informasi itu. Kuantitas dan kualitas informasi juga akan mempengaruhi dinamsika sosial global yang ada. Tentu saja proses penggunaan informasi global ini tidak selalu berdinamika lurus-lurus saja. Adakalanya pemberitaann itu bernuansa miring, adakalanya sepi, adakalanya ramai, dan macam-macan nuansanya. Kondisi yang demikian tentu saja akan menyulut masalah. Lha, ketika ada masalah yang demikian, dialog merupakan solusi yang menarik untuk dihadirkan. Karena selain ada sumber informasi, dialog merupakan proses mewariskan moral, etika, dan keyakinan spiritual yang telah sepi.

Etika pengguna media

Etika pengguna media merupakan tatacara yang disepakati bersama dalam mengakses media informasi global. Tatacara kolektif ini biasanya berisikan tentang hal-hal yang dinggap pantas menurut umum, bukan hal-hal yang dianggap pantas menurut pribadi pengguna masing-masing media.

Esensi dari etika pengguna media berangkat dari banyaknya informasi yang ada di media informasi global yang bersifat etis dan tidak etis. Muatan yang sifatnya merusak nilai-nilai universal yang dianggap suci dan mengancam keselamatan manusia, mahluk hidup lainnya, hingga alam, biasanya menjadi batasan bagi informasi yang dianggap tidak etis. Informasi yang demikian kemudian diharapkan tidak diproduksi, tidak disebarkan, dan tidak diakses, apalagi hingga diterapkan dalam kehidupan global. Adapun informasi yang etis yaitu informasi yang diharapkan kehadirannya untuk diproduksi, disebarkan, diakses, hingga diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat global. Etika pengguna media ini menjadi tanggungjawab sosial, tanggung jawab bersama, sehingga generasi pengguna media dikemudian menjadi generasi yang etis, estetis, hingga eksotis yang penuh manfaatnya dalam kehidupan bersama.

Akses mana yang penting

Akses mana yang penting merupakan kegiatan memanfaatkan media informasi yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan masing-masing pengguna media. Informasi yang ada di dalam media informasi global tidak semuanya cukup dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang tidak perlu, ketika didapatkan pengguna, maka pengguna informasi ini belum bisa memikul tanggung jawab dalam memanfaatkan isi dari media tersebut. Sehingga informasi ini akan mengganggu perilaku yang harusnya tidak ditampilkan dalam kesehariannya.

Ukuran mana informasi yang penting dan yang tidak penting memang sulit. Hal ini dikarenakan sifat pengguna yang ingin tahu sesuatu yang tidak diketahui pengguna media lainnya. Misalnya, pengguna yang sedang sakit perut, tentu sangat tepat jika mencari informasi tentang bagaimana cara dan obat dalam menyembuhkan sakit perut. Kita tidak bisa membayangkan, ketika sakit perut meradang, informasi yang didapatkan adalah obat sakit kepala. Tentu saja informasi ini menjadi tidak penting dan tidak menyelesaikan masalah yang sedang mendera pengguna media.

Media untuk kebenaran

Media informasi yang dibutuhkan kehadirannya dimasa depan adalah media informasi yang mampu mengabarkan kebenaran. Media informasi yang hanya mengabarkan kebohongan akan ditinggalkan pengikut sosial. Kabar kebenaran menjadi kebutuhan jangka panjang, karena kebenaranlah yang akan mengantarkan masyarakat global dalam situasi dan kondisi akan kemakmuran dan keselamatan.

Peran dari media untuk kebenaran yaitu memberi kabar akan koreksi suatu kesalahan masa lalu dan mengabarkan temuan akan kebenaran masa kini, dan mencari kebenaran untuk masa depan. Suatu contoh media yang mengabarkan bahwa ekplorasi alam yang tidak ramah lingkungan maka akan mengancam kemakmuran dan keselamatan di kemudian. Tentu informasi yang demikian menjadi koreksi akan eksplorasi sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan, dan menjadi kabar bahwa dikemudian akan terjadi bencana jika perilaku manusia dengan alam ini tidak ramah lingkungan.

Ujung tombak media

Media informasi dan masyarakat tidak lagi dapat dipisahkan. Selagi masyarakat belum mampu menciptakan dan melahirkan prediksi kejadian di masa yang akan datang, maka media informasi tetap menjadi kebutuhan yang tidak dapat tergantikan. Kelangkaan akan sumber daya yang semakin terbatas, juga menjadi pemicu dekatnya media informasi dengan masyarakat. Karena dengan informasi yang cepat dan tepat, masyarakat global berlomba menggapai kemakmuran yang berkepanjangan.

Dengan bangkitnya teknologi media yang lintas batas, semua alat untuk komunikasi masa depan, akan silih ganti diciptakan. Teknologi media komunikasi dan informasi berlomba dalam menawarkan jasa dan impian masa depan manusia global. Teknologi yang dipandang cocok, akan banyak memiliki pengikut dikemudian.

Namun teknologi tidaklah semata-mata yang dapat melanggengkan media dan masa depan masyarakat global. Yang menjadi ujung tombak dari media adalah seberapa lengkap nilai-nilai universal yang dimuat dalam media yang bersangkutan. Semakin lengkap nilai-nilai universal yang ditawarkan oleh media, maka semakin panjang umur media yang bersangkutan. Seakan media telah menjadi petunjuk hidup dalam kehidupan.

Nilai-nilai universal yang menjadi ujung tombak media dan kelanggengan masyarakat global diantaranya; nilai akan religi, kejujuran, toleran, disiplin, kerja keras, kreatif, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan nilai akan tanggung-jawab sosial.

Keselamatan keluarga global

Ketegangan sosial yang berakhir pada tindakan anarkhis secara kolektif, merupakan kehawatiran penulis dalam memandang media informasi global. Kemapanan akan hal-hal yang dianggap suci dan keyakinan yang diambang batas manusiawi, mau tidak mau, setiap saat harus berhadap-hadapan dengan temuan-temuan yang sifatnya ilmiah.

Dengan menghadirkan tulisan dengan judul “Pendidikan Media untuk Keluarga di Era Global” ini diharapkan mampu mengurangi ketegangan yang akan terjadi. Harapan penulis, tulisan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan keluarga sebagai entitas masyarakat global, dalam mewujudkan keselamatan dari ancaman tindakan anarkhis manusia yang disulut oleh informasi media. Semoga keselamatan selalu menyertai keluarga kita.

Rembang, 05 Oktober 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun