[caption caption="Pesawat terbang pribadi yang banyak parkir di garasi rumah kita [Doc. http://www.pjtv.co.id]"][/caption]Lalu lintas udara semakin kedepan, diramalkan semakin ramai. Padat penuh dengan alat transportasi. Tak lain alat transportasi itu adalah pesawat terbang pribadi. Ini merupakan fenomena transportasi pendatang kedua setelah fenomena transportasi data elektronik pada saat ini. Mengapa demikian? Bagaimana kemudian dalam menyikapi hal tersebut? Serta apa saja masalah yang akan muncul? Tulisan ini sedikit ingin membahas lebih awal akan munculnya fenomena setiap orang akan memiliki pesawat pribadi. Kepemilikan pesawat pribadi di tiap-tiap keluarga, akan mendorong sekolah untuk menggelar ekstrakulikuler stir (mengawaki) pesawat terbang pribadi. Fenomena masa depan ini relatif sama, ketika banyak mobil pribadi, sekolah-sekolah kemudian diminta untuk membuka program ekstrakulikuler stir mobil.
Pesawat terbang pribadi akan marak. Dengan pelipatgandaan kemajuan teknologi teknologi pesawat terbang, pesawat tak lagi perlu landasan selebar dan sepanjang seperti saat ini untuk take off. Landasan pacu dimasa depan adalah selebar parkir mobil, bahkan landasannya cukup selebar jemuran pakian.
Lahirnya generasi baru pesawat terbang ini dimungkinkan, seiring keinginan masyarakat untuk mengirim beragam barang secepat laju data stalelit. Pesawat akan menjadi kebutuhan paling utama seperti halnya sepeda motor dan hanphone pada saat ini. Saling tergantung dan terbatas, serta spesialisiasi profesi orang yang semakin sempit, juga mendorong kebutuhan ketersediaan pesawat terbang pribadi ini.
Banyaknya industri perakitan pesawat yang berlimpah, tiap-tiap orang yang akan memiliki pesawat. Industri pesawat akan memberi kemudahan dengan program kredit pesawat. Seperti halnya kredit sepeda motor, cukup membawa KTP, sudah dapat membawa pesawat pribadi baru dari dealer pesawat terbang. Pada saat itulah terjadi kemudahan dalam memiliki pesawat.
Jika itu terjadi, bagaimana masyarakat menyikapi hal tersebut, tentu cenderung bersentuhan dengan bagaimana lalu lintas udara yang super padat itu, awak pesawat harus selamat. Dengan keberlimpahan pesawat pribadi, tentu awak pesawat akan butuh keterampilan mengawaki pesawat. Untuk memiliki keterampilan mengawaki pesawat dengan selamat, maka kebutuhan mendasar adalah kursus stir (mengawaki) pesawat terbang.
Beberapa kelompok pendukung maraknya pesawat terbang pribadi ini adalah menjamurnya bengkel pesawat terbang. Pasar lowak pesawat terbang juga akan marak bak pakaian bekas yang ditentang dipinggiran jalan layaknya pedagang kaki lima pesawat terbang. Lembaga pendidikan pencetak montir-montir pesawat terbang semakin menjadi pilihan anak-anak dalam melanjutkan studi. Beragam transaksi barang juga marak menggunakan jasa peswat terbang. Para penjual dan pembeli tak lagi bertemu di pasar-pasar tradisional, yang ada adalah pasar koordinat berapa. Mereka hanya mengirim koordinat berapa yang dijadikan tempat transaksi. Masyarakat tak butuh lagi membangun jalan beraspal dan berbeton, karena sumber daya alam dan energi terbarukan telah lepuh menyatu dengan udara karena eksplorasi besar-besar di masa yang telah silam.
Jumlah pesawat yang begitu lewah, dimungkin terjadi kelonggaran terhadap siapa yang memiliki peran melatih mengawaki pesawat terbang. Pada saat itulah muncul kelompok-kelompok kreatif stir pesawat. Tak ketinggalan, sekolah-sekolah juga akan membuka ekstrakulikuler stir pesawat terbang untuk memantik para siswa yang semakin sepi mendaftar karena masyarakat telah menjadi pemilik ilmu pengetahuan dan keberteknologian.
Ketika mobilitas barang dan sosial tak lagi terkendali, masalah yang mungkin muncul adalah munculnya isu membela hak asasi udara. Seperti halnya gunung, hutan, dan air. Ruang udara juga akan menjadi tematik menarik dibela haknya. Ruang udara akan diperumpamakan sebagai ruang suci, mulia, perempuan, dan harus di jaga ketenangannya. Banyak tafsir yang direproduksi dari teks suci, rasionalitas, hingga kearifan lokal, untuk membela ruang udara.
Komisi perlindungan udara, pelestari udara, dan seni udara, akan marak muncul untuk berekspresi. Karena ruang udara adalah sumber kehidupan alam semesta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H