Sikap kita terhadap perbedaan sebenarnya telah selesai. Misal sikap terhadap budaya luar. Tentu semua telah sepakat bahwa sikap kita adalah tidak menolak apalagi bermusuhan.
Ajaran luhur yang diwariskan selaku bangsa yang besar adalah menyaring dan menyaring. Mana yang baik, kita serap. Sebaliknya, mana yang buruk, tidak kita serap.
Hal ini dapat dilihat dalam bahasa, kita mengenal kata serapan. Dalam keyakinan kita mengenal sinkretis. Dalam interaksi kita mengenal imitasi. Dalam teknologi kita juga mengenal inovasi. Semua yang beda tampak rukun. Bahkan kalau kita berani lebih dalam, perbedaan adalah akar dari keragaman yang kemudian sebagai cikal bakal terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun dewasa ini, kehidupan kita seakan terusik. Bahkan kehidupan kita benar-benar terusik dengan jauhnya sikap menerima perbedaan. Hal ini dapat dilihat adanya fenonema menolak kehadiran pasangan calon presiden. Jika demikian, berarti sikap kita terhadap perbedaan sudah selesai.
Kepada semua warga Indonesia. Marilah kita bersama-sama berhening sejenak terhadap fenomena menolak kehadiran pasangan calon presiden.
Alangkah baiknya, kita tetap merawat perbedaan. Mari saling hormat-menghormati satu sama yang lain. Jangan korbankan landasan nilai sikap ini rusak karena hanya tindakan pemilihan pasangan calon presiden.
Mari beri kesempatan kepada semua pasangan calon presiden untuk hadir di tengah-tengah kita. Mari kita saling bicara. Mana yang baik kita serap. Dan yang buruk jangan kita serap. Yang baik kita pilih. Dan yang buruk, jangan kita pilih.Â
Merawat perbedaan adalah hal penting, daripada merusak sikap luhur bangsa.
Hidup IndonesiaÂ
Salam harmoni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H