Mantenan merupakan prosesi mengikuti ritual pernikahan dari awal sampai akhir. Bagi keluarga petani, mengikuti prosesi mantenan adalah wajib. Bahkan tidak hanya keikutsertaannya hadir saat anggota keluarga akad nikah berlangsung, jauh-jauh hari, anggota keluarga sangat terlibat aktif dalam menentukan calon jodohnya, hingga ritual sepasar pascapernikahan berlangsung.
Pagi itu, semua anggota keluarga berkumpul. Hampir semuanya mengenakan pakaian batik terbaru. Tampak bapak bapak mengenakan peci berbatik lengan panjang, dan bersarung motif kotak lurus warna sogan. Pun demikian dengan ibu ibu. Mereka mengenakan gamis terbaru, berlipstik agak tebal, bersandal jinjing, Â sedang sibuk menata jajanan khas. Sebagian lagi adalah anak anak muda, laki dan perempuan, terlihat agak perlente. Â Tidak lain adalah akan mengantarkan saudara akad nikah.
Tak lama kemudian, laki laki dg perawakan cungkring berjas hitam yg menutupi kemeja putih terlihat kerahnya, keluar dari rumah limas. Tepat dipenghujung deretan kursi berterop sedang, terdapat tumpeng kecil bertutup daun pisang, disitulah laki laki itu duduk diantara sesepuh keluarganya.
Pak modin tampak siap siap. Bibirnya berdoa, pun dengan yg lainnya menengadahkan kedua kuncup tangannya. Saat itulah, tanda dimana rombongan keluarga harus siap-siap berangkat di rumah mempelai perempuan.
Beberapa mobil warna putih dan hitam dop tampak perlahan mendekati rumah. Tak lama kemudian diikuti dengan deretan sepeda motor. Tepat di dekat serambi rumah, mobil pikep dikerubuti banyak orang. Dimobil itulah, jajanan gemblong/jadah, aneka kue, cucur, krecek/ rengginang kipas, tumpi, wedaran ongko welu, ketan tetel, madu mongso, lemper, dan banyak ragam jajanan lainnya, bercamput dwngan kembang mayang, Â ditata rapi. Dengan cekatan ibu ibu bergamis lebar itu mengaturnya.Â
"Sampun siap sedoyo, monggo, "Â
selorohnya dengan diikuti laki laki berjas cungkring itu masuk mobil dengan didampingi keluarga intinya. Beberapa mobil tampak memberi jalan utk mobil warna putih dan hitam itu, utk melaju duluan bersama pikep contang yg penuh dengan jajanan yg didampingi dua orang di pojok belakang dengan membawa ayam jago berselendang batik tulis.Â
Tak lama kemudian, mobil yang berada di pojok gang itu pun, segera memposisikan diri. Terdapat pula tiga bus angkutan sedang menyusul. Dengan hitungan menit, semua telah terisi penumpang. Semua pengiring tampak berarak dengan posisi masing masing. Semuanya kendaraab itu rapi berderet beriringan yg ikuti puluhan sepeda motor, menuju rumah calon pengantin perempuan.
Kira kira 5 menit perjalanan, rombongan sudah sampai lokasi. Suara langgam bernada bas agak tidak beraturan tampaknya sdh beberapa menit dibunyikan. Dua derop besar bertutup tirai lembut, dan satu terop sedang itu tampak megah dengan alur kursi berbaris rapat, sudah siap menyambut kedatangan keluarga laki laki.Â
Tepat dibawah terop sedang, disebelah lajur kanan, penerima tamu bapak bapak sepuh berkumis berantakan setengah putih, melempar senyum. Dan disebelah lajur sebelah putih, ibu ibu setengah baya juga berbaris rapi. Meraka adalah penerima tamu yang hangat dan penuh dengan kekerabatan. Â
Laki laki cungkring bersandal slop itu, dengan sekejab diapit paling depan yanh disisi kanan kirinya kembang mayang. Semua rombongan segera menyesuaikan diri. Setelah barisan keluarga inti dan sesepuh, barisan yang masuk terop selanjutnya adalah pembawa jajanan khas beserta seperangkat alat mas kawin. Â
Dalam hitungan detik, semua kursi di bawah terop bertirai hijau lembut itu, penuh dengan pengiring. Adapun tetangga sekitar memilih duduk mengalah di terop ukuran sedang disamping kiri, tampak juga terlihat ada yg membawa kursi tambahan utk duduk. Saat itulah prosesi pernikahan dilangsungkan. Master ceremonial berbusana jawa lengakp, beserta tim dokumentasinya, tampak sigap memainkan perannya.Â
Mantenan kelurga petani sungguh berlangsung dengan kekeluargaan. Semua keluarga dengan cukup hormat menghadiri prosesi ini. Sebuah mantenan. Penanda bertambahnya anggota keluarga baru, ditambah dengan bersatunya dua  keluarga besar. Disinilah pelipatgandaan anggota keluarga petani berlangsung. Sebuah moment tradisi yg dibalut nilai nilai suci, dan tentunya tradisi,  tergelar.Â
Berbahagialah anak anak petani. Kalian semua selalu dekat dengan keluarga yang hanyat, penuh cinta, dan kasih sayang. Â Selamat menjalin ikatan suci. Dan jangan lupa, tetap merawat negeri. Semoga lekas punya momongan, seiring musim penghujan, seiring pula tanam padi dimulai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H