Mohon tunggu...
Ulfaa
Ulfaa Mohon Tunggu... Mahasiswi Kampus Islami

Panggil saja Ulfa, seorang mahasiswi sederhana yang punya mimpi begitu luar biasa, dan yeah salah satunya adalah menjadi dosen muda di universitas impian yang gagal saya raih. Orang bilang kegagalan adalah sebuah keberhasilan yang tertunda, kan? Jadi, saya rasa saya masih ada kesempatan untuk meraihnya. Jika tidak diberi kesempatan menjadi mahasiswa di sana maka kesempatan itu menjadi dosen, hehehehe bantu do'a yaa♡

Selanjutnya

Tutup

Politik

The New Rules of The World by John Pilger

27 Maret 2025   16:49 Diperbarui: 27 Maret 2025   16:49 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Film dokumenter The New Rules of The World karya jurnalis asal Australia John Pilger menyelidiki dampak dari globalisasi, menggambarkan bagaimana fenomena ini telah menciptakan kesenjangan ekonomi yang semakin besar antara negara kaya dan miskin, serta memperburuk kondisi sosial dan kemiskinan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Lebih dari sejuta orang, terutama yang muda, menggelar aksi protes besar-besaran melawan sistem ekonomi baru yang disebut globalisasi. Protes ini merupakan salah satu gerakan terbesar sejak tahun 1960-an, menuntut perbaikan dalam hal kemakmuran dan pengentasan kemiskinan.

Globalisasi tidak menghasilkan pemerataan kekayaan, tetapi justru menciptakan kesenjangan sosial yang tajam. Sebuah kelompok kecil penguasa kini memiliki kekayaan yang lebih besar daripada keseluruhan penduduk Afrika. Salah satu kritik Pilger terhadap globalisasi adalah eksploitasi buruh murah di negara-negara miskin. Banyak barang terkenal, seperti sepatu olahraga dan pakaian, diproduksi di negara-negara dengan upah rendah, di mana kondisi kerja sangat buruk dan pekerjanya hampir diperlakukan seperti budak. Sebagai contoh, para pekerja di Indonesia yang memproduksi barang untuk merek-merek terkenal seperti Nike dan Adidas hanya dibayar sekitar 1 dolar per hari, sementara biaya hidup mereka sangat tinggi.                                                                                        

Indonesia, negara kaya dengan sumber daya alam melimpah seperti tembaga, emas, kayu, minyak, bahkan keahlian SDMnya, masih terperangkap dalam lingkaran imperialisme ekonomi global. Seperti yang dijelaskan oleh Pramoedya Ananta Toer, Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya telah "diisap" oleh negara-negara maju selama ratusan tahun. Kini, Indonesia tidak hanya dirugikan oleh masa kolonialisme, tetapi juga oleh sistem globalisasi yang terus-menerus memiskinkan rakyatnya meskipun sumber daya alamnya sangat kaya.
 

Film ini dengan kuat menunjukkan bahwa meskipun ada klaim globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan global, kenyataannya yang terjadi justru adalah eksploitasi terhadap tenaga kerja murah dan peningkatan ketidakadilan sosial. Apa yang sesungguhnya terjadi di depan mata kita adalah justru yang terjadi sebaliknya, yang miskin menjadi semakin miskin sementara yang kaya menjadi luar biasa kaya. Pilger mengecam model ekonomi yang mementingkan keuntungan dan pertumbuhan ekonomi yang cepat, namun mengabaikan kesejahteraan manusia, terutama mereka yang paling rentan. Desa global seperti inikah yang disebut sebut sebagai masa depan umat manusia? Ataukah ini semata-mata adalah cara lama yang dulunya dilakukan pada jaman para raja dan sekarang diteruskan oleh perusahaan multinasional dengan berbagai lembaga keuangan pemerintah sebagai penopangnya?


   

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun