Mohon tunggu...
Erza Giffard Samuel Mendrofa
Erza Giffard Samuel Mendrofa Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Roh Kudus Sebagai Pribadi yang Ilahi Ditinjau dari Yohanes 14:16

4 Desember 2019   20:36 Diperbarui: 4 Desember 2019   20:39 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini, tidak sedikit jumlah orang Kristen yang meragukan sifat keilahian Roh Kudus dan kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Bahkan berakhir pada membatasi kemampuan Roh Kudus untuk dapat berkarya dalam kehidupannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya paham Arinianisme sendiri menjadi bukti bahwa topik ini sudah cukup populer di kalangan masyarakat luas. Roh Kudus di dalam sebuah buku yang berjudul "Kitab Suci tentang Roh Kudus" hanya dianggap sebagai roh yang ilahi saja tetapi Ia bukanlah Allah itu sendiri. Sehingga, topik ini pun menjadi penting untuk dibahas karena jika masalah ini dibiarkan berlanjut, maka hal ini akan mempengaruhi cara pandang seseorang tersebut terhadap kedudukan Roh Kudus dalam salah satu konsep utama Kekristenan yaitu Allah Tritunggal dan terlebih lagi hal ini akan menghambat pertumbuhan rohani orang tersebut secara pribadi.

Penulis berpendapat bahwa Roh Kudus ialah pribadi yang ilahi dan setara hakekat-Nya dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Hal ini didasarkan pada penafsiran singkat John M. Frame di dalam buku "Systematic Theology" mengenai Injil Yohanes 14:16, Roh Kudus disebutkan sebagai seorang Penolong. Dalam bahasa Yunani, kata "Penolong" ini menggunakan istilah parakletos. Istilah yang sama terdapat pada 1 Yohanes 2:1 untuk menggambarkan Yesus, disana Lembaga Alkitab Indonesia menggunakan kata "pengantara" untuk mengartikannya. Sehingga Yesus sering dikatakan sebagai "first paraclete." Parakletos sendiri mempunyai arti seorang pendamping, penasihat, atau pembela.

"Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya." (Yohanes 14:16). Sesungguhnya dalam bahasa Yunani, frasa "yang lain" dapat digambarkan dengan dua istilah, yaitu allos dan heteros. Di dalam buku karangan W. E. Vine yang berjudul "An Expository Dictionary of New Testament Words," istilah allos memiliki arti menunjuk pada yang lain tetapi masih dalam jenis yang sama, sedangkan heteros sendiri berarti menunjuk pada yang lain serta jenisnya berbeda. Bahasa Yunani yang digunakan dalam frasa "yang lain" pada Yohanes 14:16, ialah allos. Ini berarti bahwa Roh Kudus yang adalah "second paraclete" itu tetaplah sama dengan Yesus yang adalah "first paraclete." Karena dengan penggunaan istilah allos dan bukan heteros dalam tulisan ini, mengindikasikan bahwa Tuhan Yesus dan Roh Kudus merupakan pribadi yang berbeda namun memiliki sifat-sifat yang tetap sama yaitu sifat keilahian-Nya. Oleh sebab inilah, William Hendriksen di dalam buku commentary mengenai Yohanes 14:16 berkata, "Ia adalah Penolong yang lain, bukan Penolong yang berbeda. Kata yang lain menunjukkan seseorang seperti aku sendiri, yang akan mengambil tempatku, melakukan pekerjaanku. Sehingga, jika Yesus adalah seorang pribadi, maka Roh Kudus seharusnya adalah seorang pribadi juga." Bahkan William Hendriksen melanjutkan dengan berkata, "Untuk alasan yang sama, jika Yesus bersifat ilahi, maka Roh juga adalah bersifat ilahi."

Jadi, berdasarkan beberapa argumentasi di atas, penulis menyimpulkan bahwa Roh Kudus adalah pribadi yang ilahi serta hakekatnya setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak sebagai bagian dari konsep Tritunggal dalam Kekristenan. Dia layak mendapatkan segala kemuliaan, sama seperti ketika kita memuliakan Yesus dan Bapa melalui segala hal di dalam kehidupan kita. Sehingga kita pun tidak akan dan tidak seharusnya menganggap Roh Kudus hanya sebagai pribadi yang ilahi namun bukan Allah itu sendiri, atau bahkan menganggap Dia hanya sekedar roh yang tidak berpribadi dan tak berkuasa.

Melalui penulisan artikel ini, penulis berharap para pembaca akan bisa memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai keilahian Allah Roh Kudus serta memiliki dasar Alkitabiah yang terfokus serta kuat dalam memegang prinsip tersebut. Penulis pun berharap, para pembaca tidak hanya sekedar memahami artikel ini sebagai suatu pengetahuan saja, melainkan para pembaca nantinya akan bisa menerapkan konsep pemahaman ini di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Salah satunya ialah dengan tidak membatasi kuasa Roh Kudus untuk berkarya di dalam kehidupan membaca melainkan dapat lebih lagi dapat berserah kepada Allah Roh Kudus serta menikmati-Nya dalam kehidupan pembaca sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun