Melvin (dalam Kamal, 2020) menyatakan bahwa ketidakberdayaan ialah harapan yang dimiliki individu namun perilakunya sendiri tidak dapat menentukan tercapai atau tidaknya harapan tersebut.Â
Pendapat lain disampaikan oleh Kalekin dan Fishman (1996), ketidakberdayaan ialah jarak atau gap antara harapan individu dan kemampuan real individu.Â
Dengan kata lain, ketidakberdayaan ini dapat diartikan sebagai sebuah persepsi individu yang menanggap bahwa segala tindakannya tidak akan menghasilkan apapun (powerless).
Carpenito (2009) menjelaskan ketidakberdayaan disebabkan oleh beberapa faktor yakni kurangnya wawasan dan pengetahuan, adanya erasaan tidak berharga, ketidakadekuatan koping sebelumnya, kurangnya kesempatan dalam menentukan keputusan atau pilihan hidupnya.Â
Sedangkan Doenges dan Towsend (2008), menjelaskan faktor penyebabnya ialah: mengalami perubahan gaya hidup karena lingkungan tempat tinggal, ketidakmampuan untuk membuat keputusan dan memiliki keterampilan komunikasi verbal yang kurang lebih ekspresif perasaan tentang penyakit atau kondisinya, ketidakmampuan untuk memenuhi peran karena penyakit progresif menyebabkan kecacatan, misalnya: multiple sclerosis, kanker yang tidak dapat disembuhkan atau AIDS, ketidak puasan dengan kehidupan (tujuan hidup yang telah dicapai), merasa frustrasi dengan kesehatan dan kehidupan sekarang, pola parental ketika klien adalah anak remaja yang terlalu otoriter atau terlalu peduli/mencintai, penerimaan umpan balik negatif yang konsisten sepanjang tahap perkembangan anak kecil hingga remaja, tidak ada minat dalam perkembangan hobi dan aktivitas sehari-hari
Munculnya ketidakbermaknaan hidup ini menimbulkan dampak yang terbagi atas dua, yaitu dampak psikologis dan dampak fisik. Dampak psikologis  berkenaan dengan gangguan-gangguan mental, seperti timbulnya depresi, stres, ingin menyakiti diri sendiri, cemas, dll. Sedangkan dampak fisik berkenaan dengan fisik, seperti menurunnya imun tubuh yang memicu munculnya berbagai macam penyakit fisik.
Solusi untuk menyikapi ketidakberdayaan adalah dengan menemukan tujuan atau makna hidup. Makna hidup adalah hal penting dan berharga bagi kehidupan seseorang. Tinggi atau rendahnya makna hidup seseorang berdampak pada bagaimana pandangannya terhadap harga diri, kesehatan, dll. (Gumilar & Uyun, 2009).
Kebermaknaan Hidup
Frankl (2004) menjelaskan makna hidup ialah sesuatu yang penting menjadi nilai khusus bagi seseorang. Kebermaknaan hidup berarti kualitas penghayatan individu dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya dan seberapa jauh ia telah mencapai tujuan-tujuan hidupnya dalam hal memberi makna kehidupan.Â
Dalam hal ini individu bebas memaknai dirinya sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemaknaan hidup ini merupakan tanggung jawab individu itu sendiri, karena hanya ia yang mengalami pengalaman-pengalaman hidupnya.