Mohon tunggu...
Humaniora

Ayumu Tak Pijar Meski Dilibas Waktu

22 Desember 2016   19:02 Diperbarui: 22 Desember 2016   19:12 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kamis, 22 Desember 2016/14.00-16.00

Beberapa jam yang lalu sebelum matahari tenggelam, mahasiswa organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar aksi “Buah Tangan Untuk Ibu” aksi ini digelar dalam rangka memperingati hari ibu. Serangkaian aksi ini, digelar dari jam 14.00 setelah kuliah usai, mahasiswa-mahasiswi bertebaran di perempatan UIN sunan kalijaga atau tempat yang biasa disebut “Pertigaan Revolusi UIN” untuk membagi souvenir berupa hiasan jilbab atau “bros” berbentuk bunga dengan selebaran kertas bertuliskan kata-kata cinta untuk ibu serta sebuah tulisan yang menggambarkan sosok ibu. Souvenir ini dibagikan kepada para pengendara baik itu ibu-ibu, bapak-bapak, mbak-mbak, maupun mas-mas. 

Yang tujuannya sebagai rasa terimakasih kepada ibu, dan untuk mas-mas atau bapak-bapak, diharapkan masih tetap mengingat tentang hari ibu dan memberikan souvenir itu kepada ibundanya yang di rumah. Setelah kegiatan pembagian souvenir, dilanjutkan dengan orasi oleh segelintir mahasiswa yang menyerukan sejumlah kata-kata romantic untuk ibu dan pengguna pertigaan revolusi UIN. Hal ini ditujukan agar semua manusia yang hidup di muka bumi ini, selalu mengingat jasa seorang ibu dan mengasihinya, menyayanginya, menghormatinya, serta menjaga dan merawatnya diusia yang semakin senja.  

Dalam sejarahnya, perigatan hari ibu yang dirayakan setiap 22 Desember membawa makna tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi seorang wanita yang telah memiliki gelar seorang “ibu”. Peingatan hari ibu sesungguhnya dimaksudkan sebagai rasa terimakasih dan apresiasi terhadap ibu, karena perannya yang sungguh luar biasa.

Tidak hanya pekerjaannya di wilayah domestic yang sering dipandang sebelah mataoleh kontruksi masyarakat, namun sesungguhnya ibu ialah tiang sebuah Negara. Bahkan dalam sebuah hadist, Rasulullah S.A.W menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali sebelum akhirnya menyebut ayah. Begitu besar rasa penghormatan terhadap seorang wanita yang bergelar “ibu”. Karena selain mengurus suami, anak-anak, serta lingkungan sosialnya, ia juga berperan sebagai lembaga pendidikan pertama bagi seorang anak.

Disinilah ibu memiliki multifungsi terhadap keluarga, baik fungsinya sebagai pendidikan, perlindungan, ekonomi, rekreatif, serta sosialisasi. Dalam proses sosialisasi, seorang anak mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah lakuserta standar tingkah laku langsung dari ibunya. Tidak heran pula, bahwa dalam islam ada pernyataan “surga berada dibawah kaki ibu”. Maka pandangan sebelah mata kepada ibu yang bekerja pada ranah domestic saja, itu sangatlah salah.

Dengan kegiatan seperti ini, kami atas nama mahasiswa dan atas nama anak dari Rahim ibu, berkontribusi dengan berbagi senyuman kebahagiaan kepada seluruh ibu yang ada di dunia, khusunya ibu kita sendiri…. Baik melalui pembagian souvenir, orasi maupun kampanye dalam bentuk real serta dalam media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun