Sudah dua minggu berlalu sejak saya bergabung dalam serangkaian kegiatan Pendidikan Guru Penggerak. Pada awalnya, saya merasakan kebanggaan karena dapat menjadi bagian dari program Calon Guru Penggerak yang memberikan kesempatan emas bagi saya untuk belajar dan mengembangkan kompetensi diri, serta turut berperan dalam perubahan pendidikan. Namun, dalam perjalanan, terbersit keraguan apakah saya mampu mengikuti kegiatan dengan baik mengingat adanya konflik jadwal antara kegiatan sekolah dan kegiatan lainnya.
Meskipun demikian, saya tetap bersemangat dan optimis untuk menghadapi tantangan ini. Saya berkomitmen untuk memanfaatkan setiap kesempatan dan sumber daya yang ada guna meningkatkan kemampuan sebagai Guru Penggerak. Saya akan menjaga keseimbangan antara kegiatan sekolah dan program ini, serta berupaya mengatasi kendala yang muncul. Saya yakin bahwa dengan ketekunan dan dedikasi, saya dapat menghadapi tantangan ini dengan baik dan meraih hasil yang memuaskan.
Selama dua pekan mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak ini, saya telah memperoleh banyak ilmu yang sangat berharga. Melalui pendidikan ini, saya belajar tentang esensi menjadi seorang pendidik yang sesungguhnya, bagaimana tugas seorang pendidik adalah untuk mengabdi pada anak-anak, serta merancang strategi dan metode pembelajaran yang dapat mewujudkan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saya juga belajar tentang pentingnya mendidik anak sesuai dengan kodrat alam dan kebutuhan zaman, sambil tetap memperhatikan nilai-nilai sosio-kultural dan budaya yang ada.
Partisipasi dalam serangkaian kegiatan di platform LMS membuka mata saya bahwa pemahaman saya tentang pendidikan dan pengajaran masih jauh dari konsep dasar filosofis Ki Hajar Dewantara. Melalui pembelajaran mandiri dengan mempelajari modul-modul ini, saya berharap dapat menjadi seorang pemimpin pendidikan yang mampu menggerakkan transformasi pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan berakar pada jati diri bangsa. Saya ingin menjadi pendidik yang tergerak, aktif bergerak, dan mampu menggerakkan orang lain menuju perubahan yang positif dalam dunia pendidikan.
Saat ini, saya berusaha menerapkan konsep dasar pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran di ruang kelas. Saya merasa penting untuk mencintai dengan tulus anak didik yang saya bimbing. Ketika ada anak yang bermain-main di kelas, saya tidak langsung marah, tetapi lebih mengarahkannya pada hal-hal yang positif, menyenangkan, dan mendukung pembelajaran. Salah satu ide yang muncul dalam pikiran saya adalah membuat sebuah puisi atas rasa bangga dan sayang sebagai sarana pembelajaran untuk siswa di kelas. Saya berharap dengan pendekatan ini, saya dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menginspirasi dan memotivasi anak-anak untuk belajar dengan gembira.
Findings (Pembelajaran)
Setelah mempelajari Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional  Ki Hajar Dewantara, saya bertekad untuk sepenuhnya memahami dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran KHD dalam peran saya sebagai pendidik. Saya menyadari betapa pentingnya peran seorang pendidik yang berkualitas, dan saya akan berusaha terus terbuka terhadap perubahan serta mengikuti perkembangan teknologi untuk mengadaptasikannya sesuai dengan konteks sosio-kultural budaya. Saya berkomitmen untuk menjadi guru yang diidolakan oleh murid-murid, dengan menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan dan berfokus pada kepentingan murid. Saya akan terus belajar dan berinovasi, serta mengeksplorasi kemampuan saya yang belum termanfaatkan secara maksimal, sehingga pembelajaran saya dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan perkembangan teknologi. Semua ini dilakukan semata-mata untuk menciptakan pendidikan yang memerdekakan anak, memungkinkan mereka mengembangkan kompetensi sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki.
Saya sangat menyadari bahwa pendidikan dan pengajaran harus selaras dengan kehidupan dan kehidupan bangsa agar semangat cinta tanah air tetap terjaga. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang memperhatikan kodrat alam, kemerdekaan, kemanusiaan, kebudayaan, dan kebangsaan. Seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya persiapan untuk kepentingan hidup manusia, baik dalam konteks sosial maupun budaya secara luas. Ini berarti bahwa pendidikan adalah usaha yang bertujuan membentuk mental dan karakter bangsa sesuai dengan lingkungannya.
Filosofi pendidikan tersebut juga menggarisbawahi bahwa setiap anak memiliki bakat dan potensi unik. Ki Hajar Dewantara menekankan perlunya melihat anak sebagai individu yang unik dengan gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagai pendidik, kita perlu melakukan asesmen diagnostik awal untuk memahami kebutuhan, profil, gaya belajar, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi setiap anak. Dalam hal ini, pendidik harus merancang pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak, dengan prinsip utama yaitu berfokus pada anak. Selain itu, proses pendidikan dan pembelajaran juga harus mengintegrasikan nilai-nilai budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia, dengan mengarah pada pencapaian Profil Pelajar Pancasila yang meliputi iman, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, berpikir kritis, dan kreatif.