Mohon tunggu...
Eryani Kusuma Ningrum
Eryani Kusuma Ningrum Mohon Tunggu... Guru - Miss eR

Pengajar Sekolah Dasar... Suka jalan-jalan (travelling)... Suka berkhayal lalu ditulis... Suka menjepret apalagi dijepret... kejorabenderang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Bu Juju yang Menggugu Baik Ditiru

29 Mei 2018   23:31 Diperbarui: 30 Mei 2018   00:13 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Juju dengan muridnya di tahun pertamaku, dokpri

Saat itu aku hanya seorang mahasiswa yang mencari sarana sekolah untuk bekal skripsi mengejar wisuda. Dengan kepercayaan diri, aku berani untuk melamar ke dua sekolah dengan status mahasiswa PGSD sebuah universitas negeri di Jakarta. Singkat cerita, aku pun akhirnya mendapatkan panggilan kerja sebagai guru honor ditambah ekstra tata usaha di sekolah tersebut.

Beliau adalah Djuairiah atau biasa dipanggil dengan sebutan bu Juju. Seorang guru wanita yang energik, optimis, bertanggung jawab dan sabar. Dari awal beliau menuntunku layaknya senior yang mengajarkan sang junior dengan contoh yang luar biasa. Cara mengatur anak-anak, memberikan kepercayaan dan memberikan tanggung jawab yang mungkin hanya sebagai ilustrasi di bangku kuliah. Beliau lah buku berjalan saat lajuku meraih toga.

Aku tak tau bagaimana beliau bisa menepiskan kesedihannya saat sebuat penyakit kronis hinggap menjalar di tubuhnya. Dengan semangat hidup, semangat mengajar, dari timur ke utara, ia berjuang menghilangkan rasa sakit dengan tetap berhadapan bahagia dengan murid-muridnya. Hingga akhirnya bu Juju dapat melewati masa-masa kritisnya sampai sel kanker payudaranya menghilang. Dan hebatnya, ia tak menunjukkan dirinya sakit dihadapan rekan guru lainnya.

aku bersama guru lainnya dan bu juju (sebelah kananku), dokpri
aku bersama guru lainnya dan bu juju (sebelah kananku), dokpri
Aku teringat akan pesannya kepadaku bahwa anggaplah murid-murid sebagai teman, sahabat bahkan anak. Pastinya akan menjadikan kita dekat dengan mereka. Mengetahui segala perasaan, perilaku hingga mengetahui bagaimana menaklukan mereka dengan penuh kasih sayang. Tak aneh jika murid-muridnya akan patuh dengan segala perintahnya, segan dengan kewibawaannya, sayang layaknya orang tua dan takut apabila amarah menghinggapnya namun tetap kasih sayang selalu dialiri di setiap langkahnya. Ini yang menjadikan patokanku sebagai seorang guru. My inspiration...

Hingga pada saatnya, aku mengikuti caranya mengajar bahkan untuk mengerti keadaan murid-muridku. Satu hal lagi, bu Juju adalah guru yang jujur dan tidak berharap materi yang lebih dari sekedar gaji. Bahkan ada satu kegiatan akhir kelas enam yang menarik perhatianku. Dimana ia senang mengajak lima murid terbaiknya untuk bersenang-senang. Saat itu aku pun diajaknya untuk bertandang mengelilingi Jakarta seraya tak lepas memberikan pelajaran untuk lima murid hebatnya. Kami bertujuh menumpang transjakarta menuju Monas lalu Kota Tua. Tak lupa untuk berfoto ria sambil menjelaskan sejarahnya. Hingga akhirnya makan bersama dengan rasa bahagia dan kenyang tentunya. Sungguh kebiasaan itu menulariku hingga aku bisa memanjakan murid-muridku dengan kesenangan yang tentunya menjadikan mereka belajar untuk berbagi.

Tak hanya itu, bu Juju adalah seorang penggila bola dalam negeri. Bersama sang suami dan anak-anaknya yang jelas aku kenal tentunya, mereka menjadi keluarga yang kompak di akademis maupun di kegiatan olahraga. Pak Rohim, suami bu Juju juga seorang guru SD yang mempunyai passion tinggi. Sungguh mereka suami istri yang menginspirasi.

Suatu sore, aku pernah diajak keluarga tersebut menonton pertandingan bola yang menjadi kegiatan menontonku pertama di GBK. Ada gendang euphoria tersendiri saat di bangku Persija yang menjadikanku ikut-ikutan semarak bersemangat walau aku bukan penggilanya. Rupanya tak lepas sebagai guru, bu Juju juga menjelaskan kepadaku teknik bahkan pemain-pemainnya sehingga aku mengerti jalan cerita pertandingan itu. Ah sungguh pengalaman yang tak terlupa.

Sebenarnya ada banyak cerita yang tak terlupa saat bersama bu Juju. Hingga saat hatiku hancur dengan sang kekasih, beliaulah orang kedua setelah Ibu dirumah sebagai penyemangat sehingga aku move on dengan cepat. Hahaha... geli rasanya kalau melihat bu Juju sebagai senior yang bersahabat juga merasakan kesedihan namun penuh semangat memotivasiku bahwa akan banyak seorang lelaki yang pantas untuk bersanding denganku.

Hmmm... mungkin sudah setahun lamanya aku tak bertemu dengannya. Sudah dua belas bulan lamanya aku tak berkunjung ke sekolah dimana aku pertama kali belajar dan mengajar. Tiba-tiba malam ini sosoknya hadir di ingatanku menyempurnakan kebersamaanku dengannya, tentunya dengan guru lainnya juga.

Semoga ia sekeluarga sehat selalu dan aku terus dapat bersilaturahmi dengannya. Satu hal yang ia pesankan kepadaku disaat aku mendapatkan surat tugas di sekolah yang baru, "Ry jangan lupakan orang-orang yang pernah bersamamu karena mereka bisa menginspirasi kita apalagi disaat kamu menjadi petinggi kedinasan karena bisa jadi mereka akan bangga kepadamu"

Aku mengaminkan nasehat dan doa bu Juju itu. Oh ya, saking menginspirasi dan tak terlupa akan sosoknya, pernah aku mengejarnya di jalan. Aku melihat sosok bu Juju saat aku berangkat ke kampus beberapa hari yang lalu di bulan ramadan ini. Benar saja, saat aku mengegas laju motorku mengejar motornya, aku langsung berteriak, "Bu Juju duluaan yaa.. hati-hati" . Entah mengapa ada rasa haru menyelimuti saat bertemu dengannya mungkin memang seharusnya aku berkunjung ke sekolah lamaku itu. Daan rupanya ia berhasil mengejarku sambil bertanya, "Mau kemana Ry"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun