Mohon tunggu...
Eryani Kusuma Ningrum
Eryani Kusuma Ningrum Mohon Tunggu... Guru - Miss eR

Pengajar Sekolah Dasar... Suka jalan-jalan (travelling)... Suka berkhayal lalu ditulis... Suka menjepret apalagi dijepret... kejorabenderang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Balik Dapur yang "Riweuh," Ada Pengunjung yang "Sumringeuh"

3 September 2017   17:02 Diperbarui: 3 September 2017   17:14 6623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
riweuhnya suasana nasi cikur, dokpri

Aroma menyengat dari balado jengkol yang mungkin dinikmati pecintanya atau bahkan dibenci "haters"nya dalam pelengkap Nasi Cikur Bandung mengisi ruang udara hidung saya. Dari balik dapurnya yang "riweuh" atau ribet/sibuk, para teteh senantiasa ramah melayani pengunjung yang sumringah antre untuk merasakan nasi cikur atau nasi kencur yang wangi dan renyah. Apalagi ditambah dengan berbagai varian lauk dan tentunya.

 "Jengkol tak boleh ketinggalan" sahut Boz Madyang yang tak ketinggalan membungkus satu porsi nasi cikur beserta jengkol lengkap dengan lauknya.

Saya sempat mewawancarai pedagang Nasi Cikur tersebut, sebut saja teteh. Menurut teteh, ia bersama team mengolah langsung alias memasak langsung di dapur tenantnya. Jengkol yang menjadi primadona penyukanya bisa diolah sampai 10 kg setiap hari selama festival, hmmm, kamu suka jengkol? Yuk buruan icipin... karena saya juga akhirnya merasakan jengkol yang renyah dan menurut saya sedap untuk dimakan.

"Aduh! Mudah-mudahan saya tidak ketagihan ya"

bola ubi, dokpri
bola ubi, dokpri
Lalu tak lepas mata saya melihat para akang-akang muda dengan gesitnya mengolah ubi merah menjadi bola-bola yang digoreng dalam lautan minyak panas. Ubi merah pilihan yang dicampur dengan tepung sagu lalu diulenin dan dibentuk bulat menghasilkan manis legit si gorengan bola ubi. Seporsi Rp. 20.000,- kita bisa mendapatkan enam buah bola ubi yang manis ini. 

Selain bola ubi, hidung saya pun mencium harumnya pandan dengan kinca duriannya yang khas di Serabi Hijau 11 Bersaudara. Persis di depan tenant bola ubi Bandung tersebut, Serabi Hijau 11 Bersaudara memasang 10 tungku penanak serabi yang diletakan di depan tenantnya. Mungkin untuk mengambil perhatian pengunjung, si akang serabi menunjukkan kebolehannya dalam menuangkan serabi hijaunya yang tanpa bahan pengawet itu ke dalam tungku, aduuh raos pisan euy ditambah kinca duriannya.

serabi hijau, dokpri
serabi hijau, dokpri
Sajian Kuliner Tanah Sunda "Raos Pisan Euy"

Festival Kuliner Serpong yang berlangsung dari 10 Agustus sampai 10 September ini terletak dipelataran Summarecon Mal Serpong dengan mengangkat tema "Raos Pisan Euy" yang tentunya sudah jelas mengusung budaya tanah Sunda. Namun tak hanya itu, ada beberapa makanan khas daerah lainnya seperti Bongkot Nasi Campur Bali sampai Bakwan Malang Arema King hingga cemilan diluar khas Jawa Barat seperti Kue Ape Betawi hingga Tahu Pletok Slawi.

Terdapat total 104 tenant yang terdiri dari 66 booth makanan, 30 gerobak, 3 bale gede, 2 bale kecil dan 3 pojok dolanan. Saya memperkirakan 3 tenant di bale gede adalah tenant yang diprediksikan cukup antre dan ramai pengunjung seperti Nasi Jamblang Mang Dul.

Nasi khas Cirebon yang dibungkus daun jamblang/daun jati itu menjadi unik dengan berbagai lauk pauk dimulai dari Rp. 3000,- sehingga tentunya semakin banyak mengambil lauk atau pelengkapnya, semakin banyak juga total harga yang harus dibayarkan dengan porsi nasi yang dibilang seperti nasi kucing. Saya sampai teringat sebuah 'iklan' saat seseorang yang mengantre di depan saya dengan puasnya mengambil kuah daging yang diguyur di atas dua nasi dan sambal sehingga ia hanya merogoh kocek Rp. 15.000,- yang pastinya membuat perut kenyang.

varian makanan FKS, dokpri
varian makanan FKS, dokpri
Tak terasa panas menyengat membalut kulit membuat dahaga semakin memancarkan peluh. Saya pun segera ke tenant Es Goyobod Bandung khas Garut. Tak tanggung saya memesan porsi besar dengan tambahan es batu tentunya. Rupanya porsi besar membuat perut saya penuh karena isian dari es goyobod seperti adonan tepung hunkwe, kolang-kaling, mutiara, kelapa dan alpukat membuat perut saya semakin terisi dan penuh walau rasa dahaga lenyap menyegarkan.

Tak lupa sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah, saya langsung ke tenant pastelia untuk membungkus beberapa buah siomay ayam dan tak tahu kenapa saya pun akhirnya memakan satu buah siomay sebagai cemilan saya. Rasa ayamnya yang berserat dan bumbu kacangnya yang kental membuat mulut ini tak berhenti mengunyah.

suasana dekorasi FKS, dokpri
suasana dekorasi FKS, dokpri
Berbagai Makanan Khas Sunda

Selain itu, masih banyak makanan khas Sunda yang dapat pengunjung cicipi seperti Seblak Murni Jeletet yang memang jeletet "WOW" cabainya. Levelnya yang menggairahkan untuk dicoba dan dapat menguras keringat. Dimulai dari level 1 sampai level 5 dengan berbagai varian toping. Level seblak ini berdasarkan centong, maksudnya jika level 1 berarti satu centong bumbu cabai dengan toping bebas dari bakso, ceker ayam, sayap ayam sampai telur ceplok. Katanya yang mencoba sih, pedesnya membuat pusing di kepala hilang... aduuuh... gak kebayang.

Ada juga Cirreng Cipaganti yang berisi bumbu kacang seperti Pecel, Nasi Tutug Oncom dan Puyuh Sangrai. Atau yang mau mengenang masa kanak-kanaknya dengan mengunyah Cilor dan Telung kekanakan yang adalah adukan telur yang dituang dalam minyak panas lalu digulung dalam tusukan sate. Jadi teringat bahwa masa kecil itu sangat membahagiakan, hahaha...

Twitter, Instagram dan Vlog Competition

Bagi pengunjung Festival Kuliner Serpong, jangan ketinggalan untuk mengikuti Twitter dan Instagram Competition dan berhadiahb kartu makan FKS dan SOUQ senilai jutaan rupiah. Atau bagi yang doyan ngeVlog juga ada kompetisinya dengan grand prize Iphone 7 dan voucher belanja di Summarecon Mal Serpong. Seandainya saya jago ngeVlog, pasti saya ikut deh, ayo buruan ikut!!  jadi berkurang loh saingan seperti saya yang cuma "berniat" ikut ngeVlog padahal gak jago ngeVlog.

dok kompasiana
dok kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun