Bagi kita yang sudah mempunyai anak , problematika akan muncul seiring dengan perjalanan waktu. Sejak dimulai dari kehamilan sang Ibu sampai melahirkan, kita senantiasa enjoi dan senang menunggu sang buah hati. Disaat-saat penantian kelahiran sang bayiadaterbetik rasa kecemasan dihati kita, kepada sang Ibu dan anak yang akan lahir.
Disaat yang ditunggu-tunggu sampailah akhirnya, sang anak pun lahir. Rasa syukur yang dalam kepada Allah, yang manaIbu dan anak lahir dengan selamat. Rasa hati begitu bahagia melihat bayi yang mungil dan polos, menatap matanya ada kesejukan dihati.
Waktu terus berjalan sehingga sang bayipun tumbuh dan berkembang sesuai dengan fase-fase perkembangannya. Inilah puncak awal untuk orang tua harus terus belajar menimba ilmu, untuk mendidik sekaligus memahami fase-fase perkembangan anak, yang umumnya Sang ibu yang lebih memperhatikan buah hatinya.
Bagaimana sang Bapak,???
Sebenarnya dalam mendidik anak, kedua orang tua harus saling memberikan kata yang satu, tidak saling membela atau saling menyalah kan, karena anak akan menjadi bingung. Hal inilah yang kadang kala tidak kita sadari, atau tidak tahu atau memang ingin menonjolkan ego kita masing-masing di depan anak.
Timbul pertanyaan bagai mana menyikapi anak kita yang tergolong cerdas??
Contoh masalah akan muncul dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti disaat- kita memanggilnya, sang anak cuek asyik dengan dunianya ( main game, nonton TV, main internet), tidak dihiraukannya panggilan kita, maka kita akan menjadi marah kepada sang anak yang cuek kita panggil. Bahkan sewaktu kita menyuruhnya, ia menolaknya bahkan kita yang disuruhnya membalikkan kata kita.
Saya yakin kebanyakan orang tua apabila hal ini terjadi kita akan marah! Karena tidak diindahkan panggilan kita sebagai orangtua. Sesungguhnya hal tersebut perlu kita sikapi dengan bijaksana, karenaanak yang cerdas itu daya konsentrasi /imajinasi lebih tinggi dengan anak yang normal, atau biasa-biasa.
Sementara kejadian kejadian yang laincara mereka berintraksi antar sesama adik beradik juga temperamen, karena masing-masing mempunyai ego yang tinggi, tetapi apabila kita pandai menengahinya cepat pula mereka berbaikan.
Seperti suatu kejadiandisorehari, Sang Abang mandi terlebih dahu, Sang Adik tidak dapat masuk kamar mandi, Sang Adik marah tidak dapat masuk ,ditinjunya pintu kamar mandi tersebut , sampai bolong.
Belum lagi sikap kita yang barang kali tidak kita sadari, kita cenderung lebih memperhatikan sang adik, ini akan muncul kecemburuan sosial. Ini terjadi sewaktu saya membelikan sesuatu, dan Sang Abang tidak dapat, diluar dugaan saya Sang Abang marah, masuk kamar langsung membanting pintu kamarnya, saya pun tersentak kaget dan menyadari,apa yang kita pikirkan dengan anak pikirkan tidaklah bisa sama kadangkala, hal yang kita anggap kecil ternyata besar/ penting bagi anak kita.
Sesungguhnya bagi kita yang mempunyai anak yang cerdas,sangat bersyukur, tetapi apabila salah kita memahami dan menyikapinya maka akan membawa dampak yang negatif, apalagi kita mempunyai anak yang lebih dari satu.
Anak saya empat, yang pertama kelas tiga SMP IT mendapat juara umum berusia 13 tahun, anak saya yang kedua kelas empatSD mendapat juara satu, berusia 9 tahun, anak saya yang ketiga kelas dua SD mendapat juara tiga,berusia 6 tahun, dan yang keempat berusia 2 tahun sedang belajar Huruf Hijaiyah.
Bagai mana menyikapi mereka? Sungguh luar biasa, kalau kita tidak banyak belajar menimbu ilmuPsikologi perkembangan anak, maka bisa jadi orang tua akan sering berantem dengan anak-anak yang masih kecil. Sudahkah anda siap ?? untuk menghadapi putra-putri kita yang cerdas, sehingga anak kita tidak tersalah didik!!!! Semoga bermanfaat untuk para orang tua atau calon orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H