Disebuah kampung yang nun jauh terpencil disuatu daerah yang berpulau-pulau kecil . Sering disebut daerah kepulauan karena memang daerah tersebut terdiri dari pulau pulau. Arus lalu lintasnya dengan menggunakan sampan dan pompong waktu dulu, tetapi sekarang sudah berubah jauh modern karena untuk menjangkau dari satu kampung ke kampung daerah pulau lain sudah menggunakan tranportasi laut yang canggih, sehingga tidak lama bisa cepat untuk sampai tujuan.
Kalau didaerah daratan transportasi umum menggunakan Taxi dan Bus kota untuk didaerah ini menggunakan speed boat dan ferry yangmenghubungkan daerah yang satu ke daerah yang lain. Tergantung jarak tempuh kedaerah tersebut, jika jauh daerahnya menggunakan kapal fery yang besar, tetapi untuk daerah-daerah yang berdekatan menggunakan speed boat yang hanya memakan waktu hitungan beberapa menit saja .
“HaiFitra kapan pulang?” , sapa temanku waktu aku menaiki pelabuhan feri yang datang dari Batam.
”Baru saja sampai hari ini , transit lewat Batam”.Sambutku.
“Jangan lupa nanti malam kita kumpul dirumahku”,kata Andi.
“ InsyaAllah “, jawabku.
Aku kuliah disalah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Karena jauh perjalanan dari kampung aku memilih pulang setahun sekali untuk menghemat biaya. Sampai di rumah langsung aku mencari Ibu dan bapakku.
“Assalaamualaikum”,Sapaku.
langsung suara sayup menjawab salam terdengar dari belakang rumah . Rupanya dari tadi beliau sudah menunggu-nunggu . Aku memeluk ibu dan bapak denganrasa kangen yang dalam. Maklumlah selama ini hanya berkomunikasi sebulan sekali, itupun lewat pos.
“ Apakabarnya Fitra?, Bapak sama ibu sudah dari tadi menunggumu”.
“ Alhamdulillah sehat-sehat aja bu”. Aku dan ibuku serta bapaklangsung duduk untuk ngajak ngobrol bagaimana tentang perkuliahan ku di Yogya.
“Berkat Do’a Ibu Bapak Alhandulillah Lancar-lancar aja, jawabku”.
Suasana hening sejenak karena adikku masih belum pulang sekolahnya di SMP. Setelah sejenaktermenung langsung ibu menawarkan aku untuk istirahat dan menyediakan minuman untukku. Ada rasa getaran dihatiku, tanpa terasa hampir empat tahun aku pergi ke Yogya semenjak kelas dua SMA Karimun . Aku pindah kesana atas usulan orang tua , beliau kuatir aku ikut-ikutan teman yang banyak putus di tengah jalan atau berhenti setelah tamat SMA tidak mahu lagi melanjutkan kuliah.
Kulihat raut wajah kedua orang tuaku, ada rasa iba melihatnya rasa lelah bekerja yang beliau tidak rasakan. Demi untuk membiayai anak-anaknya sekolah ,bahkan sebahagian dari tanah kebun dijual.
“Ibu ..........”. Sapaku, memecahkan keheningan suasana.
“ Oh ...ya, apa Tra?” sapa Ibuku.
” Ibu melamun ya? ibu letih sekali kelihatannya”
“Nggak apa-apa, hanya kurang enak badan hari ini.” kata ibuku.
“Istirahatlahibu ,biar Fitra ngobrol sama bapak aja “jawabku
Aku pun bercerita dengan bapak tentang perjalananku pulang, karena waktu dulu perjalanan ke pulau Jawa menggunakan kapal laut. Untuk pesawat mahal sekali bisa untuk perjalanan empat kali pulang .
Aku adalah salah seorang anak kampung ,yang mungkin barang kali masih tergolong daerah tertinggal waktu itu . Sungguh sangat bersyukur aku mepunyai kedua orang tua yang pola pikirnya sangat luas, walau mereka hanya tamatan Sekolah Rakyat (SR) dan tinggal dijauh kehidupan kampung, tetapi yang sangat aku kagumi beliau sangat memperhatikan tentang pendidikan anak-anaknya.Menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin sampai kejenjang tingkat sarjana adalah cita-cita beliau.
Kedua orang tuaku bekerja siang dan malam mencari nafkah untuk membiayai anak-anaknya sekolah, tidak mengenal lelah. Bila siang berkebun dan malam harinya membuat kerajinan (home industri ) sebagai tambahan penghasilan. Sungguh luar biasaperjuangan dan pengorbanan beliau kepada kami anak-anaknya.
Waktu berputar begitu cepat tanpa terasa, aku pun selesai kuliah. Kedua orang tuaku sungguh merasakan kegembiraannya sewaktu mendampingiku wisuda sarjana.Karena masih sangat langka dikampungku yang selesai sampai tamat sarjana. Aku tidak pulang langsung, aku ingin menikmati suasana Yogya lagi dengan sambil bekerja lepas.
Aku tidak memanfaatkan Ijazahku sebagai sarjana pendidikan , aku bekerja diluar profesiku. Setelah satu tahun lebih orang tuaku menyuruhku pulang kampung saja mengabdi di kampung halamanku. Ternyata benar begitu aku sampai dirumah, aku diminta untuk membantu di SMP yang ada dikampungku, aku disambut dengan baik oleh Kepala Sekolah ketika aku bersilaturahmi.Bahkan esok paginya aku disuruh langsung mengajar tanpa repot-repot membuat permohonan pada waktu itu.
.Aku merasa bangga dan senang sewaktu hari pertama aku mengajar, karena sesuai dengan ijazah yang kumiliki sebagai pendidik. Waktu berjalan sebulan akupun menerima gaji, aku termenung ada kepuasan dihati mengajar tetapi gaji yang kuterima sama dengan aku bekerja dua hari waktu kerjaku kemaren di Yogya.
Waktu itu guru honor memangmerupakan sebuah pengabdian, tidak seperti sekarang yang sudah bisa untuk penghasilanhidup bahkan orang berbondong-bondong untuk honor di sekolah baik yang memang sarjana pendidikan maupun yang non pendidikan.
Akupun berbincang dengan orang tua bahwa gaji honorkujauhuntuk mencukupi kebutuhanku.
“Dirumahkan sudah ada yang dimakan “ Ibuku berbicara memotong .
“ carilah sambilan paruh hari yang lain “, orangtuaku menghibur.
Kucoba bertahan satu tahun hidup dikampung mengabdi di sekolah, sambil kerja lepas sebagai tambahan penghasilan. Kemudian ada pendaftaran penerimaan guru PNS waktu itu belum otonomi daerah,akupun mencoba mendaftar, seleksi bahan lulus dan ikut ujian tulis di Tanjung Pinang.
Sebulan kemudian ada pengumuman di koran penerimaanGuru PNS yang lulus.Kucari pinjaman koran di perumahan Puskesmas karena koranpun masih susah dicari. Ternyata namaku muncul lulus didaerah kabupaten lain yang tidak kukenali, setelah selang beberapa minggu pengambilan SK untuk bertugas di Bengkalis.
Berangkatlah aku ke Pekan baru mengambil SK dan tempat aku bertugas, disepanjang jalan Feri aku bertanya kepada ABK kapal, setelah hampir lima jam sampai di Bengkalis. Ternyata masih sekitar dua puluh kilometer lagi ketempat sekolah aku bertugas. Sehingga setelah mencari informasi dan mencari tumpangansampailah ketempat tujuan.
Orang tuakubeberapa bulan kemudian menjengukku ditempat aku bertugas, begitulah orangtua, aku dibuatnya masih seperti anak yang baru kuliah bahkan walaupun sudah berumah tangga. Tetapi sekarang.....kedua orang tuaku sudah uzur. Beliau tidak bisa berjalan jauh menaiki kapal bila ingin melihat cucunya, sehingga aku yang harus pulang kerumah orang tuaku.
Semoga bermanfaat untuk para orangtua dan anak-anak yang sedang menuntut ilmu jangan sia-siakan harapan orangtua yang sudah bekerja keras untuk kesuksesan anaknya, Kata bijak mengatakan “ If you think you can , you will can”.Untuk anak-anak dari kampung semangatlah!!!!!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H