Perkembangan Wayang Purwa Dari Masa ke Masa
Dari penjelasan sejarah dan contoh beberapa pertunjukan, terlihat bahwa dari awal pemunculan wayang hingga ketenaran saat ini, mungkin tidak menjadi warisan budaya, tetapi membutuhkan waktu tertentu. Sedangkan wayang pertama kali digunakan oleh nenek moyang untuk memanggil roh atau arwah, kemudian berkembang menjadi alat propaganda yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Budha. Wayang saat ini telah menjelma menjadi media bercerita, bentuk hiburan yang paling digemari masyarakat Indonesia, dan sarana pengenalan budaya secara turun temurun melalui wayang. Ada beberapa catatan tentang Wayang beber dan Wayang purwa. Meskipun Wayang-purwa merupakan produk pengembangan lebih lanjut dari tradisi seni Wayang-beber, bukan berarti tradisi Wayang-beber mati dengan ditemukannya Wayang-purwa. Di sisi lain, menarik untuk disimak bahwa Wayang Purwa dan Wayang Beber hidup berdampingan dalam sejarah kebudayaan Indonesia. Berbeda dengan Wayang kulit atau Wayang Wong (pertunjukan manusia), musik pengiring Wayang-beber sangat sederhana: gong, kenong, gendang dan biola. Wayang adalah budaya tradisional yang masih lestari dan tidak terbatas pada Wayang purwa atau Wayang golek. Ada beberapa jenis wayang lain yang juga tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Kini, UNESCO telah menobatkan seni wayang sebagai warisan budaya Indonesia yang diakui dunia internasional. Sejarah Wayang purwa Menurut Sri Mulyono (1978) dalam bukunya "Wayang -- Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya", Wayang purwa didefinisikan sebagai sajian wayang yang dasar ceritanya diambil dari Mahabharata dan Ramayana. Dengan kata lain, pembahasan Wayang purwa dapat berupa Wayang kulit yang meliputi Wayang beber, kemudian Wayang golek dan Wayang Wong (orang). Purwa berarti permulaan. Oleh karena itu, selain Wayang beber yang relatif sederhana, Wayang Purwa dianggap paling tua dari Wayang kulit lainnya.
   Guritno bahkan mencontohkan, wayang kulit purwa disebutkan dalam Mpu Kanwan Kakawi pada masa pemerintahan Raja Erlanga dari Arjuna Wiwaha pada abad ke-11. . Pertunjukan wayang pertama kali muncul pada masa pemerintahan Mataram III Kedir (1135-1552 M), ketika wayang dimaksudkan sebagai sarana hiburan masyarakat dan dakwah kerajaan. Berawal dari lingkungan dakwah, wayang berkembang dengan model yang berbeda-beda untuk menunjukkan ciri khas masing-masing kerajaan. Terlihat bahwa setiap kerajaan memiliki karakter wayang yang berbeda-beda, bahkan dalam bentuk Wayang Puwa (orangutan), karena hal ini memperkuat fungsi asli keberadaan wayang dalam masyarakat, yaitu untuk memohon arwah leluhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H