Mohon tunggu...
erwin afian
erwin afian Mohon Tunggu... -

sendiri setia pada sunyi berteman sepi dalam bayang-bayang Tuhannya.......

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anggota Densus Bertemu Tersangka Teroris di Satu Surga yang Sama

5 Oktober 2012   08:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:14 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

bagai terbangun dari mimpi panjang. ia bangkit mencoba berdiri. sambil membetulkan letak serangkaian bahan peledak yang tergantung melilit dadanya dengan untaian kabel berwarna warni. membelitnya. benar. ia adalah salah satu tersangka teroris yang beberapa waktu silam dikabarkan mati dengan luka tembak. saat sebuah densus anti teror mengepungnya. berusaha menangkapnya.

sejenak ia nampak bingung. menengok ke kiri ke kanan. sebuah tempat asing. pikirnya. dimanakah ini? tanyanya bergumam. sebuah tempat yang hampa tanpa tempat berpijak. ia melayang. biru laut adalah warna yang nampak olehnya. bukan langit. katanya lagi pada dirinya sendiri. inikah surga? tapi manakah bidadari yang menghuninya? yang katanya akan berbondong-bondong menyambutnya? jangankan telanjang bidadari. buah segala macam buah yang katanya ranum dan tinggal petik saja nggak ada.

belum lagi habis rasa herannya. tiba-tiba bahunya terasa ada yang menepuk dari belakang. terkejut ia. sambil menengok ia mengambil pisau yang terselip di pinggangnya. digenggam erat siap menikam. dilihatnya seseorang berseragam lengkap bersenjata laras panjang berdiri dibelakangnya. sekejap ia tikamkan pisau itu. menancap tepat pada jantung sasarannya. orang berseragam itu jatuh terkapar. ia tidak siap dengan reaksi yang begitu cepat. tapi heranlah saat dengan tenang ia dapat segera bangkit kembali sambil mencabut pisau yang menancap tembus jantungnya.

kita sudah sama-sama mati nggak usah saling bunuh lagi. katanya seraya mengembalikan pisau yang berlumur darah itu pada pemiliknya. diterimanya pisau itu dan bergumam. maafkan aku. tadi hanya refleks. tapi dimanakah kita ini? yang ditanya menggelengkan kepala. kupikir kita telah sampai di surga. namun kenapa tempat ini tidak seperti surga yang pernah kita dengar? lanjutnya ikut heran.

kalo begitu ayo kita sama-sama cari tahu dimanakah sebenarnya kini kita berada? dan mereka pun bergandengan tangan bagai kakak beradik bersaudara. yang hilang di tengah pasar malam........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun