pu.go.id
Ada keterkaitan yang erat antara rencana pembangunan Jalan tol Trans-Sumatera dengan pembangunan Jembatan Selat Sunda. Untuk yang pertama pemerintahan Jokowi berjanji akan melanjutkannya pada 2015 mendatang. Sedangkan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang bertujuan meningkatkan konektifitas Sumatera-Jawa terpaksa dibatalkan dengan berbagai pertimbangan. Sebagai gantinya kelak  akan dibangun dermaga dan pelabuhan yang lebih memadai untuk menampung membeludaknya kendaraan yang melintasi jalan tol tersebut.
Hemat saya,  kedua program pemerintah ini harus jalan seiring. Bila jalan tol Trans-Sumatera tetap akan dilanjutkan, maka otomatis pembangunan dan perluasan dermaga atau pelabuhan mutlak dilakukan. Jika jalan tol saja yang digeber dampaknya akan menimbulkan masalah baru sebelum penyeberangan, terutama menjelang hari besar keagaamaan seperti Idul fitri dan natal. Seperti kita ketahui, volume kendaraan meningkat luar biasa menjelang dan pasca mudik. Bukannya berkurang tiap tahun, tapi terus bertambah seiring membaiknya perekonomian warga.
Kendaraan para pelaku ekonomi membaik inilah yang  menumpuk di dermaga karena kendala cuaca atau minimnya armada penyeberangan. Sebenarnya hal ini bisa menjadi peluang menggiurkan bagi pengusaha angkutan kapal. Masalahnya selalu sama, luas dermaga yang ada di Bakuheni-Lampung dan Merak-Banten kurang memenuhi syarat untuk menampung kapal penyeberang yang sebenarnya tidak terlalu banyak. Akibatnya terjadi antrian yang panjang, sementara volume kendaraan terus bertambah di masing-masing pelabuhan. Itulah yang terjadi tiap tahun, bahkan pada momen dan hari tertentu penumpukan kendaraan dan penumpang acap terjadi.
Menurut catatan PT ASDP, dalam kondisi normal saja jumlah penumpang yang menyeberang dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya mencapai puluhan ribu orang dengan ribuan kendaraan. Selama arus mudik lebaran 2014, setengah juta lebih pemudik yang diseberangkan dari Jawa ke Sumatera. Jumlah kendaraan yang menyeberang dari roda dua, empat, bus dan truk mencapai 121.977 unit kendaraan. (antaranews)
Tak heran jika peristiwa arus mudik dan balik selalu menjadi tayangan utama televisi menjelang hari besar keagamaan mengingat panjangnya antrian dan berbagai permasalahan yang menyertainya.
Tentunya tidak dapat dibayangkan jika jala tol Trans-Sumatera selesai digarap sementara perluasan pelabuhan atau dermaga dan penambahan kapal penyeberangan tidak segera dilakukan. Alhasil penumpukan kendaraan nantinya tak hanya terjadi saat arus mudik-arus balik seperti sebelumnya, malah semakin parah karena dan tiap hari akan terjadi penumpukan akibat mulusnya semua kendaraan melintasi tol Trans-Sumatera. Hal ini  dikhawatirkan dapat mendorong kerawanan dan menciptakan masalah sosial di masing-masing pelabuhan.
Memang idealnya  ketika pemerintah memutuskan untuk terus melanjutkan pembangunan Jalan tol Trans-Sumatera 2015 mendatang, maka pada saat yang sama keputusan untuk memperluas pelabuhan dan menambah armada penyeberangan mutlak dilakukan agar tidak menimbulkan masalah dan ketimpangan baru.  Bila perlu pembangunan Jembatan Selat Sunda tetap dilakukan agar tak mengenal lagi sistim antri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H