Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sengketa Duo Ideologis di Semenanjung Korea

1 April 2014   20:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan gabungan AS-Korea Selatan (kompas.com/Reuters/Al Arabiya)

[caption id="" align="aligncenter" width="597" caption=" Latihan gabungan AS-Korea Selatan (kompas.com/Reuters/Al Arabiya)"][/caption]

Akar keributan dan kerusuhan di dunia ini sebenarnya bukanlah agama atau isu sekretarian lainnya. Akarnya adalah kesombongan negara-negara besar yang ingin memaksakan kehendak mereka terhadap negara lain. Pemaksaan ini berkaitan dengan motif ekonomi. Tetapi yang terlihat sangat jelas adalah perebutan pengaruh antara dua kutub, kutub sosialis dan kapitalis.

Pasca perang dunia kedua pertarungan dua kutub ini memang terus berlangsung. Bukan secara fisik tapi secara ideologis. Segala usaha mereka lakukan untuk memecah belah negara lain dengan masing-masing memberikan bantuan baik ekonomi atau militer.

Di Asia kutub sosialis yang dimotori oleh Rusia (dulu Uni Soviet) dan RRT, melindungi kepentingan ideologis mereka dengan membantu Vietnam Utara dan Korea Utara. Sebaliknya Kutub kapitalis yang menjadikan HAM dan demokrasi sebagai senjatanya, dalam hal ini dimotori AS dan Inggris, memberikan bantuan pada Vietnam Selatan dan Korea Selatan.

Begitu juga di Timur Tengah. Peperangan yang terjadi antara Iran dan Iraq murni karena kedua kutub tadi turut campur menjual mesin perang dengan minyak sebagai bayaran. Kedua negara hancur dan kedua kutub meraih 3 keuntungan sekaligus : Pengaruh, laba penjualan senjata dan tentu Minyak!

Tak hanya di Asia, di eropa kedua kutub ini terus berseteru dengan membagi negaranya Hitler mnjadi dua bagian: Jermana Barat yang kapitalis dan Jerman Timur yang mengarah pada sosialis.

Memang dalam pertarunga dua kutub ini, kelompok kapitalis sedikit banyak memenangkan pertarungan ideologis ditandai dengan bubarnya Uni Soviet, unifikasi Jerman dan Vietnam.Namun Rusia dibantu RRT tak berdiam diri dan terus memperluas pengaruh ideologi mereka dengan kekuatan ekonomi. Walau mereka tak secara langsung mengusung ideologis tersebut dalam pertarungan politik internasional, namun mengingat banyaknya negara yang mulai tidak menyukai AS dan Inggris, terutama di Amerika Latin, hal ini menjadi buktibahwa kekuatan kapitalis dan pendukungnya mulai digerogoti oleh saingan mereka hanya bermodal ekonomi.

Kekuatan ekonomi ini juga yang membuat Rusia berani menganeksasi Krimea tanpa bisa dicegah oleh kekuatan barat. Lebih dari itu Putin malah kembali ingin bernostalgian dengan kejayaan masa lalu dengan keinginan terselubungnya mendirikan Uni Soviet jiid dua. RRT juga tak ragu-ragu mendukung Suriah dan Korut demi kepentingan jangka panjang mereka. Jatuhnya Korut ke faham kapitalis akan merepotkan RRT karena letaknya persis berada dihalaman belakang mereka.

Nasib duo Korea ini memang kontras. Yang satu bergelimang dengan kemakmuran, yang lainnya bergelimang dengan kesengsaraan. Sebenarnya dengan faktor kesamaan bahasa bisa saja kedua negara ini menyatu kembali seperti halnya Jerman Barat dan Jerman Timur. Tetapi kedua kutub sepertinya tidak berminat atau memang kurang serius untuk mendamaikan mereka. Persetruan duo Korea bisa dimanfaatkan untuk menjajal produk-produk masing-masing negara dengan tajuk latihan gabungan militer bersama dan lain-lain. Jadilah duo Korea diperbudak oleh kepentingan dua kutub yang sama-sama tidak membawa perdamaian di muka bumi.

Beranjak dari itu sudah saatnya bangsa Indonesia mengawasi dan mewaspadai permainan dua kutub ini. Kita tak boleh diatur dengan keharusan mengikuti satu dari dua ideologi  yang sama-sama memiliki kelemahan dan hanya menimbulkan pertentangan dan permusuhan sesama umat manusia. Kita harus mengekspor ideologi kita sendiri yang menjunjung tinggi demokrasidan berdaulat dalam hal apa saja, baik secara teritorial, ekonomi, dan penguasaan sumber daya alam. Kita harus mewaspadai negara-negara tetangga kita yang bisa jadi sudah mendapat pengaruh kuat dari salah satu ideologis.

Kita harus bermartabat. Dan kita merindukan seorang pemimpin yang menjadikan negara ini berdaulat seutuhnya.

Baca kompas.com

Duo Korea Berbalas Tembakan Artleri Di Perbatasan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun