Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Motif Kang Emil Mundur Dari Tim Transisi

13 Mei 2015   23:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sejak awal saya berkeyakinan, walikota Bandung, Kang Emil, cepat atau lambat pasti akan menolak duduk sebagai anggota Tim Transisi bentukan Menpora. Minimal walau kang emil menerima tawaran tersebut, dia akan bekerja setengah hati mengingat tugas yang diembankan pada tim transisi  masuk kategori kelas berat.  Tantangannya lebih hebat dari sekedar pendakian gunung Pangrango pulang pergi tanpa makan dan minum. Rintangannya dianggap lebih dahsyat dibanding letusan Gunung Papandayan, karena jika Kang Emil menerima tawaran tersebut, sama saja Kang Emil memancing “ledakan-ledakan” lain dari suporter klub Indonesia yang tak kalah menggunung. Mau tak mau dengan pertimbangan tersebut, seperti dugaan saya sebelumnya, surut juga langkah Kang Emil berada di Tim Transisi.

Terbukti kemudian, sehari setelah saya menulis artikel mengenai kerugian yang didapat Kang emil jika bergabung dengan Tim Transisi, Walikota Bandung ini menyatakan pamit dari wadah bentukan Menpora. Bukan berarti Kang Emil mundur setelah membaca artikel tersebut, tapi karena apa yang saya yakini tadi  merupakan pandangan umum dan diamini oleh sebagian besar tokoh dan warga kota Bandung.

Keyakinan di atas selain didasari oleh faktor politis, juga didasari oleh beban psikologis dari Kang Emil sendiri mengingat prestasi Persib Bandung saat berkiprah di AFC Cup 2015 kali ini menunjukan trend positif. Faktor kebangkitan Persib Bandung ini tentu sudah dikalkulasi oleh Kang Emil dan mulailah ia berhitung ulang akan posisinya. Mungkin peluang Kang Emil tetap berada di tim transisi akan terkunci jika prestasi Persib Bandung jeblok. Faktanya Persib Bandung saat artikel ini ditulis berhasil menjuarai grup H dalam penyisihan grup H AFC Cup 2015. Seandainya Kang Emil tetap menerima tawaran Menpora, mungkin keadaan menjadi lain. Walau akan lolos dari grup B, langkah Persib selanjutnya akan terlihat gamang. Sebagus apapun prestasi yang diraih, semuanya menjadi percuma jika FIFA akhirnya men-suspend Indonesia akibat polemik yang tak berkesudahan.

Dampaknya  luar biasa. Kecintaan masyarakat kota Bandung pada Kang Emil akan menurun drastis. Alih-alih digadang sebagai calon presiden alternatif di masa depan, untuk menduduki jabatan Walikota periode kedua saja mungkin bobotoh kompak tidak akan mendukungnya. Bobotoh adalah Persib, Persib adalah Bandung. Mengecewakan bobotoh sama artinnya melukai perasaan mayoritas warga Bandung. Tentu dengan pertimbangan seperti ini, Kang Emil akan agak berat menerima tawaran Menpora. Terbukti, dia lebih memilih untuk menghargai perasaan Persib dan warga Bandung yang telah menitipkan amanahnya secara langsung, dari pada memenuhi tugas dari Menpora yang tentunya diangkat atas dasar hak prerogatif seorang presiden.

Motif lainnya Kang Emil mundur dari tim transisi tentu faktor legalitas dan visi politik ke depan. Kang Emil menyadari bahwa itikad baiknya untuk memperbaiki dunia persepakbolaan kita akan terbentur pada beberapa kendala, tak hanya dari ancaman FIFA, keteguhan klub-klub ISL yang menolak berkompetisi di bawah manajemen Tim transisi tak akan mudah diatasi. Kang Emil sadar betul. Klub-klub ini mewakili kemajemukan Indonesia. Suara kemajemukan itu harus didengar, bukan dibungkam dengan berbagai dalih dan alasan. Berbuat baik tak harus dari dalam, dari luar Tim Transisi juga bisa. Inilah pilihan yang paling ideal bagi  Kang Emil.

Selamat atas pilihan bijak dari Kang Emil. Tos!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun