Tertangkapnya Fariz RM oleh Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan dikediamannya, Selasa (6/1/2015), makin menambah panjang daftar selebritis Indonesia yang tersandung psikotropika berbahaya tersebut. Jauh sebelumnya Rafli Ahmda juga tersandung kasus yang sama. Rafli diciudk petiugas dari kediamannya setelah diintai sekian lama. Hasilnya, petugas menemukan ekstasi dan ganja di kamar Raffi. Cukuplah barang bukti tersebut membawa raffi menginap di hotel prodeo sekian tahun dan kemudian dibebaskan karena dipandang berkelakuan baik.
Kasus yang menimpa Fariz dan Raffi tak melulu dilakoni oleh selebritis. Banyak juga pejabat dan warga non selebritis yang tersandung kasus narkoba dengan berbagai alasan dan motif. Timbul pertanyaan sekarang, alasan apa yang membuat seseorang sudi hidup berdampingan dengan narkoba, walau sudah mengetahui dampak negatif dan resiko hukumnya jika tertangkap aparat?
Ternyata banyak sekali alasan dan motifnya. Namun cukuplah angka 10 di bawah ini mewakili semua itu.
1.Gaya hidup
Alasan ini identik dengan perilaku manusia-manusia yang bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup (Hedonis) Para selebritis dan pejabat yang hartanya berlimpah seringkali menghamburkan hartanya dengan berkarnoba ria karena kesenangan dan kebahagiaan hidup didapat saat otak mereka sudah bercumbu dengan bidadari diawang-awang sana.
2. Pengaruh komunitas
Kecenderungan ini terjadi ketika seseorang ingin diterima dengan komunitas tertentu yang identik dengan penggunaan narkoba. Mau tidak mau agar eksistensinya terwakili, ikut menggunakan narkoba adalah jalan paling ideal agar kehadirannya menyatu dengan komunitas tersebut. Namun tak sedikit juga sesorang yang hidup di suatu komunitas tertentu menjadi pengguna narkoba bukan karena ingin eksistensinya diakui tapi karena ia tak mampu untuk menolak godaan tersebut.
3.Mengobati stress
Pikiran kalut dan sumpek, alasan yang mendorong seseorang untuk menggunakan narkoba. Menurut pengakuan mantan pengguna, memang narkoba membuat hidup selamanya jadi indah. Semua permasalahan hidup teratasi jika dalam keadaan fly. Hutang menjadi lunas. Ketika pengaruhnya hilang, cukup pakai narkoba lagi, hutang kembali lunas, stress teratasi dan begitulah seterusnya.
4.Menghilangkan rasa sakit
Dalam dunia kedokteran, kokain biasanya digunakan untuk menekan rasa sakit dan morfin bertujuan menghilangkan nyeri hebat yang dirasakan pasien. Seseorang yang mengidap penyait tertentu yang sifatnya akut seringkali mengobati rasa sakitnya dengan mengkonsumsi narkoba. Mulanya memang untuk mengobati rasa sakit, namun akhirnya sebelum rasa sakit itu datang, seseorang yang sudah taruma, nekat mengkonsumsi narkoba karena sudah mengalami ketergantungan.
5.Lambang pemberontakan
Masih ingat dengan-anak Punk? Punk mulanya lahir di London, Inggris sebagai wujud pemberontakan anti kemapanan dalam masyarakat. Gaya berpakaiannya sangat urakan. Kesannya tidak normatif bagi sebagian besar masyarakat.
Tabiat anak-anak Punk ini juga menjangkiti kalangan anak muda yang anti kemapanan. Kesan urakan mereka umumnya disampaikan dengan penggunaaan narkoba, sebuah pemberontakan untuk menyampaikan pesan pada dunia dengan kalimat yang bunyinya mungkin begini,”Lihat, kami tak peduli lagi dengan kalian!”
6.Agar lebih Pede
Ya, narkoba memang bisa menutupi kepribadian seseorang yang pemalu. Bukan sekali dua kali saya melihat seseorang yang mulanya malu menyanyi dipanggung, tiba-tiba menjadi superaktif setelah mengkonsumi narkoba. Maunya dia terus yang menyanyi, akibatnya bukan sekali dua kali juga menyaksikan keribuatan di atas panggung karena si pengkonsumsi tadi sudah kehilangan rasa malu. Terus ingin menyumbang lagu dengan nafas ngos-ngosan dan suara fals lagi.
7.Menambah Nyali
Sama seperti alasan nomer 6, terkadang seseorang yang bermental lemah terpakasa memakai narkoba untuk meningkatkan nyalinya. Rasa takut memang hilang kalau pengaruh obatnya sangat kuat. Pernah suatu kasus, ketika polisi razia motor, si pengguna yang lagi fly malah merobek baju dan menantang polisi untuk menembak dadanya. Mungkin karena ia sering menjadi korban razia dan tak berdaya, sehingga untuk melawan aparat terpaksa menjadikan narkoba sebagai senjatanya, senjata makan tuan yang menghantarkan seseorang kebalik jeruji penjara.
8.Biar dicap dewasa
Perilaku ini biasanya menyasar anak-anak muda kosmopolitan. Tidaklah dianggap gaul dan dewasa jikalau belum bersentuhan dengan benda haram tersebut.
9.Motif ekonomi
Profesi yang paling cepat menghasilkan uang namun resikonya sangat berat memang menjadi pengedar narkoba. Putaran uangnya sangat luar biasa. Bayangkan, benda bentuk pil diare yang jumlahnya ratusan tapi nilainya sudah puluhan juta. Harga sebutir ektasi memang lumayan tinggi, apalagi ekstasi impor dari Belanda sebagai pusat ekstasi dunia. Kenikmatan mengkonsumsi diiringi dengan besarnya putaran uang tadi membuat seseorang yang ekonominya “kalut” terkadang rela menjadi pengedar narkoba demi mendapatkan uang dalam jumlah besar dan waktu yang singkat. Tetapi resikonya jelas sudah terbayangkan oleh mereka.
10.Ketergantungan
Dari point 1 sampai 9 di atas, maka ketergantungan adalah alasan pamungkas kenapa seseorang rela menceburkan dirinya di jurang narkoba. Tak peduli dia kaum hedonis, selebritis papan atas atau papan bawah, stress atau tidak, kalau sudah mengalami ketergantungan, maka menggunakan narkoba dianggap jalan penyelesaian hidup terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H