Judulnya boleh memuat kata “pesaing” agar kelihatan seram-seram sadis. Tapi baca saja kata yang saya beri tanda petik tadi sebagai mitra. Ya lebih elok begitu dari pada mengesankan adanya persaingan terselubung dibalik kelambu politik antara Ahok dan dua calon mendagri lainnya, Saldi Isra dan Agustin Teras Narang, seperti hasil riset yang dirilis sebuah lembaga oleh kompas.com.
Memang dari hasil riset tersebut yang dilakukan Institute for Transformation Studies (Intrans), nama Ahok mengungguli kedua nama yang disebut berdasarkan kualitas yang dimiliki. Bukan berarti kedua calon lainnya tak berkualitas. Namun dari ketiga nama yang disodorkan Intrans, tak bisa ditampik, selain unggul secara kualitas, Ahok juga unggul dari segi integritas dan kinerja, terutama menyangkut pelayanan publik dan transparansi keuangan yang selama ini seringkali diabaikan oleh pejabat "mumpung" lagi berkuasa.
Dua calon lainnya yang di-plot Intrans juga bukan nama baru. Saldi Isra, yang kini menjabat guru besar ilmu hukum Tata Negara Unand Padang ,kita ketahui sering mengisi berbagai seminar dan diskusi. Pendapatnya sering dikutip media menyangkut polemik ketatanegaraan. Gaya bicaranya yang sopan dan kefasihannya merangkai kata sebagai ciri khas para intelektual Minang, memang sangat dirindukan oleh mayoritas orang yang bosan dengan kalimat berteler-teler alias panjang tak berkesudahan yang sering dipertontonkan oleh pakar-pakar termasuk pakar 4x6=6x4..
Sementara Agustin Teras Narang, nah yang satu ini saya tak begitu kenal dan tak tahu juga apa prestasinya sehingga Intrans berani menjagokan gubernur Kalteng ini. Bukan berarti saya alergi atau Agustin miskin prestasi, cuma mungkin media saja yang lupa atau kurang getol mengulasnya. Selama ini harus dikaui media terlalu sibuk mengulas Jokowi, Ahok, Risma, Ganjar, Ridwan Kamil dan lain-lain sehingga lupa pada keberhasilan Agustin selama memimpin Kalbar.
Masyarakat Kalteng mungkin lupa mendongkrak popularitas Agustin dengan mengunggah keberhasilan atau kelemahannya di blog, media, atau FB seperti Erfas yang membela PR Matematika adiknya. Jadi kalau rakyat kebanyakan seperti saya sampai tak tahu prestasi Agustin ya harap maklum saja. Wong saya sendiri bingung membaca keberhasilan Gubernur saya. Ini beneran atau apa? Ehem!
Nah pemirsa, dari ketiga nama yang disodorkan Intrans tadi, saya cenderung memilih dua nama sebagai calon kuat mendagri yakni, Ahok dan Saldi Isra. Secara nurani dan ini sering saya tulis diberbagai kolom komentar tulisan teman, dil luar sikap Ahok yang gampang meledak, saya cenderung menyukai Ahok menjadi mendagri, agar kepala-kepala daerah korup dan jahil segera “dipersatukan” kembali di habitat mereka yang sebenarnya yakni, di Nusa Kambangan. Namun apa iya rakyat Jakarta , di luar FPI, rela melepas Ahok yang sudah banyak memberikan perubahan bagi kota mereka?
Ehem!
Sumber :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H