Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bendera Merah Putih Berlubang, Nasionalisme Pemasang Dipertanyakan

23 Januari 2014   13:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak Jelas Lubangnya, Namun Bila Dilapangan Mungkin Terlihat (foto: pembaca/Tri /detik)

[caption id="" align="aligncenter" width="610" caption="Tak Jelas Lubangnya, Namun Bila Dilapangan Mungkin Terlihat (foto: pembaca/Tri /detik)"][/caption]

Agak terkejut membaca berita dilaman depan detik.com yang memuat pemasangan bendera merah putih berlubang di Simpang Susun Cawang, Jaktim. Banyak yang mengecam dan banyak juga yang menganggapnya berita lebay.

Kita tidak tahu siapa yang memasang bendera tersebut dan apa tujuannya. Dari komentar yang terbaca dan satu sama lain nampaknya saling menguatkan, bendera terpasang di sebuah gedung yang berdiri di atas tanah seorang veteran. Kabarnya sang veteran sangat nasionalis. Tiap tahun dia selalu memasang bendera merah putih tersebut untuk menunjukkan kecintaannya pada negeri ini.

Sebelumnya, juga dari info mereka yang sering melintasi jalan tersebut, bendera yang sering dipasang dan terlihat menyolok selama ini bergambar Mercy alias alias milik partai Demokrat. Pemilik selama ini mengizinkan karena mungkin bagian dari keluarga besar partai bersangkutan atau bisa juga dia tidak tahu dan enggan mengurusi masalah pemasangan bendera Mercy tersebut. Kalau kemudian bendera Mercy berganti mrah putih, maka ada dua kemungkinan.

Pertama, ada yang usil mengganti bendera tersebut dengan bendera merah putih berlubang sebagai pesan ketidakpuasan terhadap kinerja partai demokrat dan SBY. Banyaknya anggaran yang bocor ditandai dengan lubang pada sayapnya. Tapi kenapa harus merah putih yang dijadikan simbol ketidaksukaan tersebut? Mestinya bendera demokrat saja yang dipasang setengah tiang sebagai pertanda demokrat sudah “mati suri”.

Pelakunya tentu mereka yang kecewa dengan demokrat dan SBY. Pemilik tanah boleh jadi bukan yang memasang namun dengan membiarkan pemasangan bendera berlubang tersebut dia termasuk orang yang turut “dikecewakan” tadi. Alasan kecewanya tentu kembali pada yang bersangkutan.

Kedua, Nasioanalisme yang sempit. Terlepas siapa orangnya, pelaku yang memasang bendera tersebut jelas nasionalismenya sangat sempit. Sudah tahu bendera berlubang tapi tetap dipasang. Padahal bendera tersebut akan terlihat jelas oleh khalayak ramai. Sedikit banyak anggapan pemilik tanah atau gedung tersebut adalah seorang yang nasionalis jadi mentah. Walau berkelit dengan mengatakan tidak memasangnya, kenapa membiarkan saja bendera lusuh itu terpasang? Tidak mengetahui atau tidak berada di tempat?

Olala, Akhirnyabanyak berdebat. Sekarang minta saja pemilik gedung/tanah, bila perlu aparatur setempat untuk menurunkan bendera tersebut dari pada menimbulkan caci-maki dari mereka yang bernasionalis tinggi.

Lepas kaitan dengan bendera berlubang tersebut, memang, perkara nasionalisme inilah yang memang kiantergerus. Faktanya ada di mana-mana. Di Institusi pendidikan, banyak sekolah dari SD sampai SMA yang tidak melakukan upacara penurunan bendera tiap hari sabtu. Bendera dinaikan pada hari senin, selanjutnya bendera dibiaran berkibar selama enam hari ditimpa hujan dan panas. Sudah warnanya memudar dan lusuh, bendera tetap dikibarkan karena dipandang masih layak.

Pihak sekolah terkadang abai dengan masalah ini. Kewajiban menurunkan bendera tiap hari sabtu dengan upacara jarang dilaksanakan dengan alasan repot, tak sempat atau hujan. Mendekati hari senin, umumnya sabtu siang atau sore barulah sekolah memerintahkan seorang guru atau beberapa siswa untuk menurunkan bendera tersebut. Itu fakta yang sering terjadi dilapangan.

Tak hanya di sekolah, di instansi pemerintahan saja terkadang bendera sudah terlihat lusuh. Tapi masih tetap dikibarkan. Kesannya lebih parah dari sekolah karena jarang sekali kita melihat upacara penurunan bendera tiap hari sabtu di semua instansi. Kalau ada instansi yang melaksanakannya, baik juga dijadikan reportase warga untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa instansi dan pemerintahan kita saat ini masih menghargai bendera kebangsaannya sendiri. Bagaimana dengan upacara senin di perguruan tinggi? Adakah uapacara penaikan dan penurunan bendera secara rutin? Kalau tidak ada, wajar kalau intelektual yang kita keluarkan tak mampu merawat nasionalisme dan kebangsaan.

Sumber :

Bendera Merah Putih Berlubang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun