Bagi sebagian orang, terutama loyalis Anas di kubu PPI, penahanan Anas oleh KPK tak ubahnya "permainan" kelas tinggi yang bertujuan membungkam Anas. Kesannya Anas dizholimi oleh pihak-pihak tertentu dalam hal ini oleh Cikeas dan KPK.
Kesan itu seakan "diamini" oleh Direktur Political Communication Institute, Heri Budianto, saat menafsirkan ucapan terimakasih Anas pasca ditahan KPK. Dimata Heri, ucapan terimakasih Anas merupakan sindiran yang dahsyat dan sarat politik serta warning yang jelas bagi Cikeas. Ucapan itu tak lebih sindiran halus terhadap SBY dan ketua Komisi Pemberantasan korupsi (KPK), Abraham Samad, yang diduga berperan penting dengan penahanan Anas.
Penilaian Heri bahwa Anas ingin mengungkapkan adanya intervensi politik Cikeas lebih kencang daripada aspek hukum sendiri (dalam hal ini KPK) tak jauh beda dengan dugaan loyalis Anas sebelumnya menyangkut pertemuan “Rahasia” anatra Bambang Widjojanto dan Deni Indrayana di Cikeas, walau akhirnya sulit dibuktikan.
Dari rangkaian proses penahanan ini, wajar bila muncul stigma bahwa Anas memang dizholimi secara politik dan hukum oleh Cikeas dan KPK. Tetapi anggapan tetaplah sebuah anggapan yang mewarnai jalannya sebuah peristiwa. Tak semua anggapan dibenarkan karena dalam dunia politik lazimnya sebuah kekhilafan sulit diakui dan seseorang yang terpojok selalu mencari jalan “pembenaran”, termasuk dalam kasus Anas ini.
Saya sendiri kurang sependapat kalau Anas dizholimi. Malah menurut saya lebih tepat Anas-lah yang menzholimi dirinya sendiri. Anas menyadari bahwa posisinya tak aman karena dijepit oleh kepentingan politik dan hukum yang diperanakn oleh Cikeas dan KPK. Tetapi Anas tak kuasa menahan peran liar para loyalisnya yang sering bersuara minor terhadap Cikeas dan KPK.
Anas juga tak kuasa mencegah tim pengacaranya melakukan ‘akrobatik politik’ dengan tindakan yang tak perlu seperti membuat strategi yang menyarankan Anas tidak memenuhi panggilan KPK karena bertendensi adanya pelangaran HAM, termasuk Anas gagal juga menghadirkan pengacaranya saat pemeriksaan di KPK. Apa susahnya Anas menghadirkan mereka sehingga proses penanganan perkaranya lebih mudah dan cepat? Lucunya Anas membiarkan saja para pengacara datang mengunjunginya sekalian protes karena KPK melarang keluarga Anas datang membezuk!
Dari sedikit rangkaian peristiwa ini, Anas tanpa disadari ingin memelihara kesan bahwa dia dizholimi, walau sebenarnya Anas-lah yang menzholimi dirinya sendiri. Beranjak dari sini, jangan harap Anas membuka lembaran baru untuk menambahkan nama lain di buku daftar tersangka milik KPK dalam kasus yang sama. Alih-alih mengungkap siapa-siapa yang layak menjadi target KPK berikutnya, menandatangani surat penahanan dari KPK saja tidak dilakukan oleh Anas. Bagimana mungkin mereka dapat bekerjasama membereskan negeri ini dari para koruptor?
Jadi kita kasihan saja dengan Anas dan para loyalisnya. Mereka rupanya tak punya itikad baik untuk membantu KPK memenuhi sel-sel para koruptor yang sudah lama disiapkan. Kasihan, Monas dan azab Tuhan sudah menanti!
Referensi :
Ucapan Terima Kasih Anas Peringatan Bagi Cikeas
Keluarga dilarang jenguk, Pengacara Anas Protes
Anas Tak Datang, Strategi Pengacara Anas?
Anas Tak Tanda Tangani Surat Penahanan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H