Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Apa Susahnya Meminta Maaf?

21 Januari 2014   14:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saran seorang tokoh nasional agar Jokowi minta maaf karena belum sepenuhnya mampu mengatasi banjir di Jakarta jadi bahan cemoohan semua orang. Terlebih bagi mereka yang memang dari sononya tidak menyukai Amien Rais dengan alasan yang relatif sama. Mungkin menganggap Amien sudah tua dan pikun, ubanan dan ucapan yang tidak pantas lainnya.

Sepertinya mereka lebih ganteng dari Amien Rais bahkan mungkin merasa lebih pintar. Kalau begitu kok nasibnya tidak setenar JK Rowling atau Andrea Hirata yang sukses dengan karyanya. Kalau hanya sekedar memberikan komentar sampah atau bernada menghujat publik tidak usah diajari. Anak SD saja banyak yang ngomong serampangan. Berarti yang melakukan tadi tidak ada bedanya dengan SD dari segi moralitas.

Saya sendiri walau sejatinya pendukung total Jokowi tidak melihat saran itu sesuatu yang tabu. Malah kesannya sangat bagus. Jangankan seorang pemimpin, orang tua saja sangat menganjurkan seorang anak untuk memulai minta maaf pada temannya terlepas salah atau benar. Ini murni ajaran semua agama. Masalah muncul karena banyak orang yang faham agama tapi enggan melaksanakannya demi sebuah gengsi.

Ajaran agar kita lebih dahulu meminta maaf pada seseorang terlepas benar atau salah sesungguhnya mengandung beberapa manfaat.

Pertama, agar kita menyadari tak selamanya pendapat atau perbuatan yang kita lakukan itu selalu benar. Manusia tempatnya khilaf dan salah. Mustahil merengkuh hidup dalam kesempurnaan.

Kedua, mengajarkan budi pekerti yang baik pada kita agartidak sombong atau angkuh saat melangkah di bumi yang fana ini. Kalau mengikuti faham ajaran yang terkandung dalam semua agama, pasti sepakat dengan anjuran Amien. Cuma kalo ibadah saja jarang malah kalau dilakukan suka nambah-nambah ya jelas tidak akan sepakat. Secara psikologis sudah bertentangan kok.

Yang jadi lucu adalah Jokowi saja yang kena sentil oleh Amien Rais malah menjawab dengan kalem dan santai. Eh malah pendukungnya  yang mengeluarkan kata-kata caci-maki, kecuali saya dan Insya Allah anda tentunya. Dalam ajaran agama, gengsi untuk memulai kebaikan merupakan  salah satu jenis penyakit hati yang berbahaya.  Orang lain yang kena tonjok malah kita yang balik ngebom rumah si pelaku. Inilah contoh ketika Kebenaran dipilih lewat ego, bukan dengan perasaan dan pikiran.

Semua itu dapat terjadi kalau hati sudah diliputi kebencian. Praktis semua perbuatan atau omongan seseorang yang mengandung kebajikan dan kebenaran dimentahkan lagi bersekongkol dengan hawa nafsu. Orang seperti ini kalau menjadi pejabat akan membahayakan sistem, karana ia tidak suka di kritik dan cenderung mencari pembenaran menurut egonya tadi. Untunglah perilaku Jokowi tidak separah segelintir pendukungnya di Kompasiana ini. Segelintir lagi tentu pendukung Jokowi yang ramah dan santun, yang menulis dan komentar tidak penuh kebencian pada satu pihak. Mudah-mudahan ane dan ente masuk habitat terakhir ini.

Menurut saya juga, kita suka dengan Jokowi, tapi bukan berarti boleh menghujat atau memaki mereka yang berseberangan politik dengan Jokowi. Politik itu mah biasa. Hari ini berantem, besok main bola bersama. Kalau belum faham itu jangan berkecimpung dalam dunia politik atau membaca artikel berbau poitik. Saya khawatir ente tambah strees dan tambah dosa.

Jadi sikapi saja semuanya dengan komentar yang tidak mendiskreditkan seseorang. Wajar-wajar saja. nggak usah terlalu fanantik. Kata Badan Inteljen kita (BIN) fanatik selangkah lagi akan menjadi ekstrimis. Nah lho!

Trus dipikir juga. Bukan ente saja yang sanggup masuk penjara demi Jokowi, banyak juga ente-ente lain yang sanggup dibui demi Amien Rais. Massalahnya kalau kedua ente-ente tadi adu otot, ane pengen ngacir saja karena ane suka Jokowi namun nggak mau juga menghujat Amien Rais.

Jadi mohon maaf kalau ente calon ekstrimis tadi nggak suka tulisan ane. Ane Objektif kok.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun