Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Malaysia Perlu Belajar Dengan RI Menangani Musibah

18 Maret 2014   10:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:48 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita kurang tahu apa yang ada di kepala pejabat Malaysia. Pernyataan mereka menyangkut hilangnya MH370 sering berubah-ubah sehingga sesama warga berbahasa Melayu saja sedikit bingung mengartikannya.  Cek saja. Mulanya mereka menolak anggapan MH370 disabotase. Di kemudian hari mengakui ada kemungkinan pesawat itu dibajak. Padahal sabotase atau dibajak pengertiannya tak beda-beda amat. Dibajak sudah pasti disabotase karena pelakunya berada di TKP atau di pesawat. Contohnya kasus penabrakan pesawat terhadap WTC yang kemudian dikenal dengan istilah “misil udara”.

Lain halnya dengan sabotase. Sabotase dalam penerbangan tidak identik dengan pembajakan. Saat peristiwa terjadi pelaku tak perlu ada di TKP sebab dari jarak jauh sebuah sabotase bisa saja dilakukan. Contohnya keberhasilan tentara Iran yang mendaratkan pesawat tanpa awak milik AS secara paksa dengan merusak radar dan sinyal. Dalam kasus MH370 sabotase mungkin saja terjadi seperti dugaan sebagian ahli yang menyatakan ada kemungkinan pesawat tersebut dikendalikan melalui ponsel oleh seseorang yang tahu betul tentang pesawat dan seluk-beluk penerbangan termasuk cara menghindar dari pantauan radar. Tiori ini didukung juga oleh keluarga penumpang yang mengaku masih dapat menghubungi keluarganya  pasca ghaibnya pesawat tersebut.

Gambaran di atas seakan ingin menunjukkan bagaimana kacaunya pemerintah Malaysia menyikap isu atau pandangan yang beredar. Pejabat mereka cenderung latah dan inkonsisten menyikapi kejadian. Usia sebuah pernyataan tak pernah bertahan lama. Dalam hitungan jam pernyataan “A” berubah menjadi “B”. Akibatnya Vietnam jengkel dan terpaksa menghentikan pencarian karena dibingungkan oleh pernyataan pejabat Malaysia yangberseberangan satu sama lain. China sempat jengkel dan menganggap pemerintah Malaysia sedang kacau. Publik seperti kita juga bingung; ada apa dengan pejabat Malaysia sekarang? Atau mereka sengaja menyembunyikan sesuatu di bawah tekanan negara tertentu?

Saya sendiri menduga penyebab utama pejabat Malaysia menjadi kacau akibat panik yang berlebihan. Negeri serumpun ini shok. Mereka tak menduga mendapat cobaan luar biasa ini. Selama ini mungkin hidup mereka tenang-tenang saja. Ekonomi kuat. Rakyat lumayan sejahtera. Negara mereka jarang ditimpa masalah yang berat.  Minim dari masalah membuat mereka belum terlatih dan terbiasa menyelesaikan sebuah persoalan yang berat. Dan jelas  mereka kaget ketika tertimpa urusan yang pelik. Praktis pemerintah mereka menjadi bingung sendiri.

Rakyatnya juga berperilaku aneh di berbagai medoso. Ada dukun terhebat yang menggelar ritual di bandara lengkap dengan kedunguannya. Sekelompok perawat lalu menglok-olok perbuatan tersebut diruang kerja, merekam, dan menayangkannya di media sosial. Akhirnya terpaksa berhadapan dengan hujatan publik karena dianggap tak punya empati. Lengkap sudah cobaan yang diterima pemerintah dan rakyat Malaysia dengan kebingungannya tadi.

Gambaran yang terjadi di Malaysia sangat beda dengan bangsa kita yang rutin dikunjungi oleh bencana dan musibah. Kita sering dan pernah diterjang Tsunami hebat, Gempa , banjir bandang gunung meletus, kerusuhan rasial, pesawat jatuh, helikopter ambruk, bahkan sampai pengeboman teroris. Tetapi lihat bedanya. Pemerintah kita tidak panik, malah dianggap lemot. Semua pernyataan pejabat kita tidak ada yang tumpang tindih. Media juga tak mau sembarang mengutip kalau tidak mau kantornya “dikepung” keluarga korban musibah dan pihak yang simpati. Masyarakat juga tak kehilangan empati. Mereka enggan menjadikan sebuah musibah sebagai olok-olok, kecuali mungkin otak pelakunya ditaruh dalam got.

Berdasarkan itu memang tak ada salahnya pemerintah Malaysia belajar pada bangsa kita bagaimana menangani suatu musibah. Walau dianggap sedikit lemot setidaknya pemerintah kita tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang inkonsistensi. Malaysia perlu belajar banyak hal pada kita. Termasuk kalau berminat bisa juga mempelajari cara jitu melakukan sabotase dan membajak anggaran negara. Kalo soal ini mayoritas pejabat di Indonesia memang jagonya. Cuma kita harap Malaysia tak perlu mempelajari ini.Takut setelah pinter KKN malah diklaim budaya asli mereka. Marah besar para pejabat korup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun