Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berobat dan Sekolah Gratis di Sumsel

17 Juni 2014   03:16 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:26 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
palembang.tribunnews.com

[caption id="" align="aligncenter" width="435" caption="firanus.blogspot.com"][/caption]

Banyak yang tidak mengetahui, sesungguhnya jargon sekolah dan berobat gratis itu sudah dinikmati oleh warga sumsel sejak lama. Terlepas dari berbagai kelemahan yang ada, bisa dikatakan, Sumsel adalah pelopor bagi kedua program tersebut. Makanya ketika gubernur DKI Jakarta memamerkan KJP dan KJS, warga Sumsel yang melihat itu mungkin akan tersenyum geli, karena sejatinya mereka sudah cukup lama menikmati kedua program yang dibalut dengan cara berbeda tersebut.

[caption id="" align="aligncenter" width="254" caption="robbysumselgemilang.blogspot.com"][/caption]

Program Sekolah Gratis Di Sumsel

Program Sekolah dan Berobat gratis di Sumsel sendiri sudah dirintis oleh Gubernur sebelumnya yakni Syahrial Oesman yang menjabat periode 2003-2008, namun semakin matang dan menemukan bentuknya setelah gubernur Sumsel dijabat oleh Alex Noerdin.

Kelebihan program sekolah gratis (PSG) Sumsel dibanding 6 propinsi lainnya yang kemudian meniru jejak Sumsel, sebagaimana diakui sendiri oleh mendikbud (mendiknas) sebelumnya, Bambang Sudibyo, adalah terletak pada sasarannya. Jika dipropinsi lain sekolah gratis hanya diprioritaskan pada sekolah negeri, maka di Sumsel program ini  menyasar semua sekolah baik negri maupun swasta mulai dari jenjang SD sampai SMA.

PSG Berdasarkan Sharing

Dana PSG dan berobat gratis sendiri tidak murni berasal dari APBD Sumsel, tetapi sharing dengan seluruh kabupaten atau kota yang ada. Besaran dana sharing itu tergantung dari kemampuan kabupaten atau kota masing-masing. Sebagai contoh kota Pagaralam tempat saya berdomisili. Pagaralam hanya mampu memberikan dana sharing Rp. 3.500/siswa/bulan, sisanya Rp. 6.500 ditanggulangi propinsi. Alhasil semua siswa dijenjang SD mendapat bantuan dari pemerintah propinsi Rp. 10.000/bulan yang dikucurkan tiap tiga bulan sekali. Besaran ini akan berbeda untuk jenjang yang lebih tinggi.

Lain halnya dengan Kabupaten Musi Banyu Asin (Muba) yang sekarang dipimpin oleh Pahri Ashari. Khusus Muba semua dana ditanggulangi oleh kabupaten tersebut karena memang mereka mampu untuk mencukupinya. Tak hanya mampu menanggulangi 100% dana sekolah dan berobat gratis tersebut, kabupaten Muba juga sanggup menyekolahkan para santri-santri yang cerdas mewujudkan impian mereka untuk  menjadi dokter. Program ini sudah berjalan selama tujuh tahun.  Program yang sama juga dilakukan oleh gubernur Sumsel. Mungkin satu-satunya program “Santri jadi dokter” ini hanya ada di Muba dan di Sumsel.

[caption id="" align="aligncenter" width="256" caption="palembang.tribunnews.com"][/caption]

Dan yang lebing membanggakan lagi, terhitung tahun 2015, propinsi Sumsel kembali menggelontorkan program prestisius yakni, Kuliah Gratis. Hayo, Propinsi mana yang sangat peduli pada dunia pendidikan selain Sumsel? Sayangnya tak banyak yang tahu  dengan gagasan cemerlang dari para pemimpin asal Sumsel.

Referensi :

Mendiknas : Pendidikan Gratis di Sumsel Beda

Program “Santri Jadi Dokter” Muba Kembali Digelar

Kuliah Gratis di Sumsel Pada 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun