Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ngebet Ikut Lomba, Males Nyari Referensi

11 Oktober 2014   07:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:30 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap minggu Kompasiana pasti menggelar berbagai kegiatan lomba menulis untuk semua kompasianers yang telah terferifikasi. Hadiahnya selalu menggiurkan. Kamera, uang tunai, emas, falshdisc, sepatu bot  atau jas anti hujan. Dua hadiah terakhir kemungkinan besar direncanakan saat menyambut ‘musim air jatuh dari langit’.

Siapa sih yang tidak tergiur mendapatkan hadia-hadiah  itu? Saya sendiri selalu tergiur. Namun penyakit umumnya orang pemalas seperti saya dan mungkin penulis pemula lainnya seperti saya juga, adalah ogah mencari referensi-referensi yang njlimet. Sehingga dapat dikatakan lomba yang digelar Kompasiana terasa  sedikit lebih berat dan ribet dibanding lomba menulis puisi atau cerpen yang sering digagas mitra Kompasiana melalui  FB Fiksiana Community. Padahal hadiah yang ditawarkan FC tak tinggi-tinggi amat. Namun hebatnya  peserta pada membludak setiap kali event digelar FC.

Gejala apakah  ini dan apa penyebabnya?

Hmm, mungkin saja....


  • Sebagian besar penulis di Kompasiana nggak mau berpikir ribet. Mereka maunya yang santai kuadrat.
  • Mengikuti lomba menulis puisi atau cerpen persyaratannya dianggap lebih mudah dibanding lomba-lomba lintas tema yang digelar  Kompasiana.
  • Lomba menulis puisi atau cerpen tak terlalu menyita waktu saat ngumpuli bahan tulisan. Paling menyita gula dan kopi karena penulis dipaksa banyak merenung sambil memandang langit (Menunggu bintang jatuh?)
  • Ngumpulin referensi terkadang mengurangi produktifitas menulis. Gara-gara ngumpulin dan mengolah bahan, sehari bisa menulis sebiji jadinya seminggu satu kali saja publish tulisan. Perhatian penulis mungkin terbetot pada ajang lomba.
  • Yang terakhir dan mungkin ini yang paling sadis, mengikuti lomba itu hukumnya haram kata ISIS atau oknum FPI, kecuali menang!

Hahaha...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun