[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="TRIBUNNEWS/DANY PERMANA"][/caption]
Pertemuan Jokowi dengan pendiri Facebook Mark Zuckenberg (Mr. Zuck) jadi perbincangan publik. Terutama jadi perbincangan hangat antar dua kubu yang dulu pro dan kontra Jokowi. Yang pro bangga sekali dengan pertemuan tersebut. Mereka merasa Jokowi presiden yang hebat sesuai dengan tagline-nya. Bayangkan, SBY saja yang sudah dua periode jadi presiden, sekalipun belum pernah ditemui langsung oleh Mr. Zuck. Ini Jokowi. Belum dilantik saja dia Mr. Zuck sudah sowan. Bukankah itu hebat?
Yang kontra lain lagi. Dan tentu mereka tak menyukai pertemuan tersebut. Seprti saya misalnya. Mudah saja saya menyebut pertemuan tersebut sarat dengan kepentingan asing. Siapa tahu Mr. Zuck ingin agar eksistensi FB di Indonesia terus bertahan. Siapa tahu dia butuh proyek untuk mengamankan eksistensinya. Siapa tahu dia minta hadiah dari Jokowi karena pamor capres terpilih ini melesat juga atas bantuan Facebook. Siapa tahu kan?
Saya sendiri tak yakin jikalau Mr. Zuck menganggap Jokowi presiden yang istimewa. Bertemu dengan orang populer bagi Mr. Zuck mungkin sudah biasa. Kita saja yang berlebihan menanggapinya. Cuma naluri kita mengatakan, pertemuan Mr. Zuck dan Jokowi tentu tak jauh-jauh dari keingina CEO Facebook ini untuk terus menjaga pasaran mereka di tanah air.
Kita tahu pengguna Facebook di Indonesia cukup besar. Tiap bulannya pengguna aktif Facebook di Indonesia mencapai 69 juta. Dibanding dengan media sosial lai, Facebook menguasai 98% pangsa pasar di Indonesia. Peringkat dua dan tiga diduduki Googe Plus dan Twitter dan dengan pangsa pasar 54%dan 44% (kompas.com)
Mengingat tingginya pengguna Facebook di Indonesia, tentu ini momen yang tepat bagi Mr. Zuck untuk menemui presiden terpilih. Kita tahu Jokowi ingin membuat program pro rakyat dan cenderung membela kepentingan dalam negeri. Karakter Jokowi yang sarat dengan Sukarnoisme ini menjadi kekhawatiran sendiri bagi Mr. Zuck. Dengan menemui Jokowi lalu menawarkan program e-blusukan yang befungsi untuk menyerap aspirasi masyarakat merupakan menjadi salah satu cara bagi Mr. Zuck untuk menjaga eksistensi mereka di Indonesia.
Sayangnya Jokowi bilang,”Tak ada makan siang yang gratis.” Alasannya mungkin Aspirasi itu diserap oleh wakil rakyat di dewan, bukan di Facebook. Heheheh...
Namun yang sebenarnya, Jokowi menyadari, sangat berat baginya menerima tawaran Mr. Zuck itu. Jika diterima, maka tuduhan bahwa dia terlalu tunduk dengan kemauan asing, maka popularitasnya akan anjlok di mata pendukung sendiri. Terutama dikalangan tua PDIP yang sangat kuat aroma Sukarnoisme-nya. Bukankah Sukarno salah satu presiden dunia yang tidak mau tunduk pada segala hal berbau asing?
Dengan realitas ini dan jawaban yang disampaikan Jokowi, Apa gunanya membanggakan pertemuan Jokowi dan Mr. Zuck? Kita mestinya bangga jika nanti Jokowi bertemu dengan Prabowo saat pelantikannya. Mereka saling berpelukan, saling meminta maaf sambil terisak-isak. Nah, yang begini baru boleh disanjung dan dibanggakan.
Sumber :
Zuckenberg Tawarkan E-Blusukan, Tertarikkah Jokowi?
Facebook ungkpa Penggunanya Di Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H